Optimalisasi Fungsi Kerugian Dalam analisis fungsi kerugian di atas diperoleh hasil bahwa pada saat

XI. Optimalisasi Fungsi Kerugian Dalam analisis fungsi kerugian di atas diperoleh hasil bahwa pada saat

terjadi goncangan output interaksi antara kebijakan moneter dan fiskal sudah efektif. Namun pertanyaan berikutnya adalah apakah interaksi kebijakan moneter dan fiskal tersebut sudah optimal atau belum. Untuk menjawab hal ini dilakukan penggeseran nilai parameter dalam persamaan kebijakan moneter ( Taylor rule) serta kebijakan fiskal (pengeluaran pemerintah) dan mencari nilai fungsi kerugian yang paling minimum setelah dilakukan simulasi stochastic pada goncangan tertentu.

Pada persamaan Taylor rule beberapa parameter yang nilainya digeser antara lain yang menggambarkan tingkat penghalusan suku bunga U R \ 1 Pada persamaan Taylor rule beberapa parameter yang nilainya digeser antara lain yang menggambarkan tingkat penghalusan suku bunga U R \ 1

beberapa parameter yang nilainya digeser adalah yang merupakan dera- G 11 jat penghalusan dari pengeluaran pemerintah, yang merupakan para- G 20 meter respon pengeluaran pemerintah terhadap output, yang merupa- G 21 kan parameter respon pengeluaran pemerintah (lag) terhadap output dan

] 1 yang merupakan parameter respon pengeluaran pemerintah terhadap defisit anggaran.

Seperti halnya pada persamaan Taylor rule, penggeseran parameter dilakukan dengan mengkombinasikan dua parameter yaitu parameter penghalusan pengeluaran pemerintah ( ) yang dikombinasikan dengan G 11 masing-masing parameter respon pengeluaran pemerintah tersebut di atas. Dengan mengkombinasikan dua parameter kemudian dilakukan simulasi stochastic pada gonncangan output dan goncangan inflasi, maka secara grafis fungsi kerugian dapat digambarkan secara tiga dimensi seperti yang terlihat pada grafik permukaan fungsi kerugian untuk tiap-tiap kombinasi parameter sebagai berikut.

Grafik 11.1: Goncangan Inflasi: Kebijakan Fiskal Indogen (bobot output sama dengan bobot suku bunga)

Grafik 11.1 di atas menjelaskan bahwa dengan adanya berbagai kombinasi parameter derajad penghalusan pengeluaran pemerintah (delta11) dan respon pngeluaran pemerintah terhadap output (delta20), di mana kebijakan fiskal bersifat endogen dan bobot suku bunga dan output sama, maka kombinasi parameter tersebut dalam menghadapi goncangan inflasi akan menghasilkan fungsi kerugian terkecil sebesar 1,5865.

Kaidah fungsi kerugian tersebut tetap menggunakan tiga macam kaidah fungsi kerugian kebijakan optimal I,II dan III berdasarkan bobot yang diberikan terhadap masing-masing varian seperti yang telah dijelaskan sebelumnya sehingga untuk tiap-tiap kombinasi parameter akan dihasilkan tiga macam grafik permukaan fungsi kerugian. Apabila fungsi kerugian tersebut dicari nilai minimumnya untuk tiap-tiap kombinasi parameter yang ada, maka akan diperoleh tabel sebagai berikut.

Tabel 11.1: Fungsi Kerugian Untuk Tiap Kombinasi Parameter

Sumber: Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik: data diolah.

Tabel 11.1 tersebut di atas menjelaskan temuan-temuan sebagai berikut. Pertama, Tampak bahwa dengan menggunakan kombinasi parameter suku bunga dan parameter pengeluaran pemerintah dalam fungsi kerugian, semua fungsi kerugian yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan menggunakan parameter hasil estimasi sebelumnya. Hal ini berarti bahwa koordinasi kebijakan moneter dan fiskal belum optimal karena nilai fungsi kerugian pada parameter hasil estimasi secara mutlak masih lebih besar jika dibandingkan dengan fungsi kerugian pada kombinasi parameter yang ada. Koordinasi kebijakan moneter dan fiskal masih perlu untuk ditingkatkan guna memperkecil kerugian sosial. Kedua, dalam menghadapi goncangan output kombinasi parameter kebijakan fiskal (pengeluaran pemerintah) ternyata memberikan fungsi kerugian yang jauh lebih kecil dibandingkan kombinasi parameter kebijakan moneter (suku bunga). Hal ini mengimplikasikan bahwa dalam menghadapi goncangan output, koordinasi kebijakan fiskal dan moneter tetap diperlukan, namun penggunaan instrumen kebijakan fiskal lebih dikedepankan dibandingkan instrumen kebijakan moneter. Ketiga, sebaliknya dalam menghadapi goncangan inflasi kombinasi parameter kebijakan moneter ternyata memberikan fungsi kerugian yang lebih kecil dibandingkan kombinasi Tabel 11.1 tersebut di atas menjelaskan temuan-temuan sebagai berikut. Pertama, Tampak bahwa dengan menggunakan kombinasi parameter suku bunga dan parameter pengeluaran pemerintah dalam fungsi kerugian, semua fungsi kerugian yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan menggunakan parameter hasil estimasi sebelumnya. Hal ini berarti bahwa koordinasi kebijakan moneter dan fiskal belum optimal karena nilai fungsi kerugian pada parameter hasil estimasi secara mutlak masih lebih besar jika dibandingkan dengan fungsi kerugian pada kombinasi parameter yang ada. Koordinasi kebijakan moneter dan fiskal masih perlu untuk ditingkatkan guna memperkecil kerugian sosial. Kedua, dalam menghadapi goncangan output kombinasi parameter kebijakan fiskal (pengeluaran pemerintah) ternyata memberikan fungsi kerugian yang jauh lebih kecil dibandingkan kombinasi parameter kebijakan moneter (suku bunga). Hal ini mengimplikasikan bahwa dalam menghadapi goncangan output, koordinasi kebijakan fiskal dan moneter tetap diperlukan, namun penggunaan instrumen kebijakan fiskal lebih dikedepankan dibandingkan instrumen kebijakan moneter. Ketiga, sebaliknya dalam menghadapi goncangan inflasi kombinasi parameter kebijakan moneter ternyata memberikan fungsi kerugian yang lebih kecil dibandingkan kombinasi

11.1 di atas juga menghasilkan kecenderungan bahwa semakin kecil varian variabel suku bunga relatif terhadap variabel output, semakin kecil kerugian yang dihasilkan. Implikasi dari hal ini adalah penggunaan instrumen suku bunga secara tepat sasaran dan tepat waktu akan memperkecil kerugian sosial yang berarti.