Koordinasi Fiskal Moneter

5. Koordinasi Fiskal Moneter

Kebijakan fiskal dan moneter merupakan elemen kebijakan ekonomi makro yang memiliki keterkaitan erat. Kebijakan fiskal mencakup pengaturan perpajakan dan pengeluaran pemerintah untuk mengatur aktivitas ekonomi agregat. Variabel utama dalam kebijakan fiskal meliputi defisit pemerintah, utang, tingkat pajak, serta tingkat pengeluaran. Kebijakan moneter, di sisi lain, mengatur ketersediaan kredit dengan jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga. Tujuan utama kebijakan moneter adalah stabilitas harga, namun, kebijakan moneter juga dapat digunakan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, stabilitas nilai tukar dan neraca pembayaran.

Kebijakan fiskal di Indonesia dilaksanakan oleh Kementrian Keuangan sedangkan kebijakan moneter dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Kedua lembaga ini menjalankan tugasnya independen satu dengan lainnya, walaupun demikian, implikasi kebijakan fiskal dan moneter tidaklah independen. Implikasinya adalah keterkaitan antara kebijakan fiskal dan moneter sehingga kedua lembaga ini perlu menciptakan suatu kerangka koordinasi. Koordinasi ini penting karena kedua lembaga memiliki tujuan yang sama yaitu pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, dan peningkatan lapangan kerja. Koordinasi kedua lembaga juga harus mempertimbangkan Kebijakan fiskal di Indonesia dilaksanakan oleh Kementrian Keuangan sedangkan kebijakan moneter dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Kedua lembaga ini menjalankan tugasnya independen satu dengan lainnya, walaupun demikian, implikasi kebijakan fiskal dan moneter tidaklah independen. Implikasinya adalah keterkaitan antara kebijakan fiskal dan moneter sehingga kedua lembaga ini perlu menciptakan suatu kerangka koordinasi. Koordinasi ini penting karena kedua lembaga memiliki tujuan yang sama yaitu pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, dan peningkatan lapangan kerja. Koordinasi kedua lembaga juga harus mempertimbangkan

Kebijakan fiskal discretionary mempengaruhi kebijakan moneter melalui dua jalur yaitu jalur langsung dan jalur tidak langsung (Gambar 10). Jalur langsung meliputi dampak defisit fiskal dan pajak terhadap inflasi serta dampak fiskal terhadap suku bunga pasar. Jalur tidak langsung meliputi asa pelaku pasar terhadap outome dari suatu kebijakan fiskal pemerintah. Ekspansi fiskal pemerintah yang meliputi peningkatan pengeluaran pemerintah dapat menyebabkan defisit anggaran. Peningkatan pengeluaran juga dapat disebabkan oleh status quo kebijakan yang tidak strategis seperti

kebijakan subsidi. 3 Pilihan kebijakan untuk membiayai defisit anggaran antara lain pencetakan uang baru oleh otoritas serta peningkatan target pemasukan pajak. Pilihan pencetakan uang menyebabkan jumlah uang beredar meningkat dan nilai riil uang turun akibat inflasi. Pilihan ini memang tidak lagi preferable bagi pengambil kebijakan di dunia, namun, kebijakan ini akan dilakukan sebagai desperate measure. Pilihan yang feasible adalah peningkatan target pajak dari barang konsumsi melalui pajak penjualan. Peningkatan harga akibat kebijakan ini tentu memiliki adverse effect terhadap stabilitas harga.

3 Kebijakan subsidi energi, misalnya, membengkak Rp90 triliun dari Rp160 triliun menjadi Rp250 triliun pada tahun 2011. Implikasinya adalah peningkatan defisit anggaran dari yang telah ditetapkan sebesar Rp125 triliun di RAPBN 2011.

Gambar 11. Dampak Kebijakan Fiskal terhadap Outcome Kebijakan Moneter

Pembiayaan defisit fiskal juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan pasar keuangan melalui instrumen surat utang negara. Pembiayaan melalui mekanisme ini menjadi salah satu pilihan utama pemerintah Indonesia saat ini, relatif terhadap pengajuan utang luar negeri baru. Kebijakan penerbitan surat utang memiliki dampak terhadap suku bunga di pasar yang memiliki implikasi terhadap suku bunga kredit. Kebijakan fiskal juga dapat mempengaruhi outcome kebijakan moneter melalui jalur permintaan agregat. Peningkatan gaji publik meningkatkan konsumsi agregat yang memiliki implikasi inflasi karena penawaran agregat inelastis di jangka pendek. Keadaan ini berpotensi terjadi di Indonesia karena belanja gaji cukup tinggi dan rencana kenaikan gaji pokok sebesar 10% di tahun 2012.

Implikasi kebijakan fiskal berupa inflasi dan perubahan suku bunga kredit akan mempengaruhi kebijakan moneter secara tidak langsung, yaitu melalui asa. Outcome kebijakan fiskal bisa dianggap sebagai kejutan terhadap planning yang telah dilakukan pelaku pasar sehingga mempengaruhi perilaku konsumsi rumah tangga serta perilaku produksi dan penetapan harga oleh perusahaan.

Perlu ada upaya untuk membangun koordinasi fiskal-moneter di Indonesia antara Pemerintah melalui Kementrian Keuangan dan Bank Indonesia. Koordinasi ini bertujuan untuk mencapai tujuan bersama yaitu pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga tanpa mengorbankan tujuan dari masing-masing lembaga (Abimanyu, 2010). Tujuan ini juga sejalan dengan fungsi Bank Indonesia dalam pengawasan makroprudensial serta Kementrian Keuangan dalam penetapan UU sektor keuangan.

Tabel 5. Aspek Koordinasi Fiskal Moneter

Koordinasi Fiskal Moneter Dasar Hukum

Penetapan Target Inflasi oleh Kemenkeu dan Pelaksan- UU BI aan oleh BI