Hasil Simulasi Reaksi Impuls terhadap Goncangan Eksogen Hasil simulasi reaksi impulse mencerminkan perilaku optimal pelaku

IX. Hasil Simulasi Reaksi Impuls terhadap Goncangan Eksogen Hasil simulasi reaksi impulse mencerminkan perilaku optimal pelaku

ekonomi terhadap goncangan eksogen dan selanjutnya menguji apakah mekanisme hubungan antar variabel dalam model relatif koheren secara teoiritis. Beberapa aspek penting dalam simulasi reaksi impulse adalah pertama, perekonomian diasumsi berada pada kondisi keseimbangan jangka panjang, namun terdapat goncangan yang mengakibatkan perekonomian keluar dari keseimbangannya. Jika goncangan tersebut bersifat sementara, maka keseimbangan tersebut akan kembali pada kondisi semula namun jika goncangan tersebut bersifat permanen akan menggeser keseimbangan perekonomian tersebut secara permanen. Kedua, goncangan-goncangan di dalam reaksi impulse merupakan goncangan yang tidak terantisipasi sebelumnya, namun setelah terjadi, goncangan-goncangan tersebut dipahami secara lebih jelas dan baik oleh para pelaku ekonomi rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. Ketiga, setiap goncangan merupakan goncangan individu yang terjadi hanya pada satu variabel saja. Keempat, hasil reaksi impulse dalam model DGE ini adalah nilai prosentase (basis point) untuk variabel inflasi dan nilai prosentase deviasi dari steady state-nya untuk variabel output. 4

Untuk melihat arah interaksi kebijakan moneter dan fiskal di Indonesia apakah bersifat substitusi atau komplemen, disimulasikan dua goncangan dalam model yakni goncangan sementara inflasi yang umumnya berasal dari goncangan cost push dan goncangan sementara ouput yang berasal dari goncangan permintaan. Dalam simulasi ini, sebelum dilakukan goncangan, seluruh variabel akan bernilai nol (nilai persentase deviasi terhadap steady state-nya adalah nol) yang berarti bahwa seluruh variabel berada dalam nilai steady state. Untuk masing-masing variabel inflasi dan output kemudian diberikan goncangan pada awal periode untuk menghasilkan reaksi impulse, dimana setiap variabel akan bereaksi terhadap goncangan tersebut.

4 Hasil nilai untuk inflasi merupakan nilai sebenarnya atau, namun untuk suku bunga S t =S t

( ) dan variabel-variabel lainnya ( ), merupakan deviasi i ˆ t i t i 1 i X ˆ t { X t XX { OQ X t OQ X dari nilai steady state

Goncangan inflasi (variabel pi) berupa kenaikan inflasi sementara sebesar 1 persen diawal periode sebagai akibat peningkatan biaya produksi (grafik 9.1) 5 . Peningkatan inflasi ini akan dibarengi dengan adanya peningkatan output dari sisi permintaan dan hal ini menggambarkan adanya trade off antara inflasi dan output. Sebagai bank sentral yang berorientasi kuat pada pengendalian inflasi dengan kerangka target inflasi, maka peningkatan inflasi yang berakibat pada peningkatan kesenjangan inflasi selanjutnya akan direspon bank sentral dengan meningkatkan suku bunga kebijakan (variabel ir) pada periode pertama. Dari sisi kebijakan fiskal, pemerintah akan menurunkan pengeluarannya (variabel g) karena output (variabel y) dianggap sudah cukup meningkat. Menurunnya output pada gilirannya akan menurunkan pajak.

Grafik 9.1: Goncangan Inflasi

5 Kenaikan inflasi 1% pada grafik 9.1 adalah mulai dari nol ke angka 1. Demikian juga pada grafik 9.2 kenaikan output 1% adalah dari angka nol ke angka 1. Untuk variabel yang lain cara membacanya sama yaitu mulai dari nol (titik origin).

Dalam simulasi ini goncangan output berupa kenaikan output (variabel y) secara temporer sebesar 1 persen diawal periode sebagaimana terlihat pada grafik 9.2. Goncangan output dapat diartikan sebagai peningkatan permintaan terhadap barang sehingga menyebabkan peningkatan output. Peningkatan output dari sisi permintaan ini juga dibarengi dengan adanya peningkatan inflasi (inflasi permintaan), namun peningkatan inflasi ter- sebut relatif lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan output yang ada. Sebagai bank sentral yang berorientasi kuat pada pengendalian inflasi dengan kerangka target inflasi , maka peningkatan inflasi yang relatif kecil tersebut tidak terlalu direspon, bahkan untuk lebih meningkatkan output dari sisi penawaran agar permintaan terpenuhi, bank sentral cenderung untuk menurunkan suku bunganya (variabel ir). Dari sisi kebijakan fiskal, pemerintah akan tetap mengurangi pengeluarannya (variabel g) karena output dari sisi permintaan dianggap sudah cukup meningkat.

Grafik 9.2: Goncangan Output

Dari hasil simulasi tersebut dapat diketahui reaksi kebijakan mo- neter dan fiskal terhadap goncangan sebagai berikut. Pertama, jika terjadi goncangan inflasi berupa kenaikan inflasi 1%, interaksi kebijakan moneter dan fiskal bergerak searah atau komplementer yakni otoritas moneter akan menaikkan suku bunga dan otoritas fiskal akan menurunkan pengeluarannya. Kedua, jika terjadi goncangan output berupa kenaikan output sebesar 1%, interaksi kebijakan fiskal dan moneter bergerak ke arah yang berlawanan atau subtitusi yakni otoritas fiskal akan menurunkan pengeluarannya dan otoritas moneter akan menurunkan suku bunga. Dengan demikian interaksi kedua instumen kebijakan bergantung pada tipe goncangan yang terjadi dalam sistem dan pada stuktural model yang dipasangkan pada data.