Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan Krisis ekonomi global telah memberikan pelajaran berharga bagi
5. Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan Krisis ekonomi global telah memberikan pelajaran berharga bagi
otoritas moneter bahwa menjaga inflasi yang rendah tidaklah cukup untuk mencapai tujuan stabilitas makroekonomi. Beberapa krisis yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir menunjukkan bahwa ketidakstabilan otoritas moneter bahwa menjaga inflasi yang rendah tidaklah cukup untuk mencapai tujuan stabilitas makroekonomi. Beberapa krisis yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir menunjukkan bahwa ketidakstabilan
Kenyataan ini membuka paradigma baru dalam kebijakan moneter. Kebijakan moneter yang memiliki tujuan utama menjaga stabilitas harga perlu bersinergi dengan kebijakan makroprudensial yang berorientasi pada menjaga stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan. Lebih spesifik, kebijakan moneter berpotensi mendukung stabilitas sistem keuangan melalui kemampuannya mempengaruhi kondisi keuangan dan perilaku di pasar keuangan dalam mengambil risiko. Transmisi kebijakan moneter melalui balance sheet, bank lending, bank capital channel, serta risk-taking channel menjustifikasi peran kebijakan moneter untuk melakukan respon apabila terjadi potensi instabilitas yang disebabkan oleh sektor keuangan. Di sisi lain, kebijakan makroprudensial yang didisain untuk memitigasi prosiklikalitas dalam perekonomian dapat mendukung kebijakan moneter dalam mengendalikan fluktuasi output dan inflasi.
Paradigma ini memberikan sejumlah implikasi pada kerangka ke- bijakan moneter inflation targeting framework (ITF) yang diterapkan:
Namun, ITF perlu disesuaikan untuk mengakomodir stabilitas sistem keuangan. Dalam hal ini, Flexible ITF dengan horizon yang lebih panjang memberikan ruang bagi kebijakan moneter untuk merespon berkembangnya ketidakseimbangan di sektor keuangan, terutama apabila ketidakseimbangan tersebut dapat menyebabkan risiko sis- temik yang menggangu perekonomian dan outlook inflasi. Namun, instrumen kebijakan moneter tidak perlu digunakan untuk merespon kenaikan asset bubble yang bukan bersumber dari kredit perbankan. Hal ini mengingat bahwa aset bubble biasanya ditandai oleh kenaikan Namun, ITF perlu disesuaikan untuk mengakomodir stabilitas sistem keuangan. Dalam hal ini, Flexible ITF dengan horizon yang lebih panjang memberikan ruang bagi kebijakan moneter untuk merespon berkembangnya ketidakseimbangan di sektor keuangan, terutama apabila ketidakseimbangan tersebut dapat menyebabkan risiko sis- temik yang menggangu perekonomian dan outlook inflasi. Namun, instrumen kebijakan moneter tidak perlu digunakan untuk merespon kenaikan asset bubble yang bukan bersumber dari kredit perbankan. Hal ini mengingat bahwa aset bubble biasanya ditandai oleh kenaikan
lisis yang selama ini dilakukan dalam memformulasikan kebijakan moneter, termasuk model dan indikator yang digunakan. Model- model yang digunakan untuk proyeksi dan simulasi kebijakan perlu mengakomodir hubungan timbal-balik dan interaksi antara sektor keuangan dan sektor riil. Tidak adanya interaksi kedua sektor ini seringkali menyebabkan kebijakan moneter overlook terhadap apa yang terjadi di sektor keuangan, sehingga seringkali memandang rendah risiko di sektor keuangan pada saat ekspansi dan memandang berlebihan terhadap risiko pada saat kontraksi.
kebijakan moneter, indikator kuantitas seperti kredit dan uang beredar mempunyai peran dalam formulasi kebijakan moneter, namun tidak berarti bahwa indikator-indikator tersebut menjadi ‘intermediate target’ karena inovasi keuangan dan integrasi keuangan secara global menyebabkan hubungan antara kuantitas uang dan perekonomian terus berubah. Kuantitas uang dan kredit ini lebih banyak berperan sebagai informasi dalam proses transmisi moneter dan risiko di sektor keuangan. Dalam sistem keuangan yang didominasi oleh perbankan, informasi mengenai kondisi perbankan seperti permintaan dan pe- nawaran kredit, standar pemeberian kredit, delinquency ratio, dan NPL, maupun tingkat leverage debitur, sangat bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
an makroprudensial membawa konsekuensi bahwa tidak dapat di- pisahkannya kedua kebijakan ini dalam institusi yang berbeda agar dapat berjalan secara efektif. Dalam konteks ini, apabila fungsi an makroprudensial membawa konsekuensi bahwa tidak dapat di- pisahkannya kedua kebijakan ini dalam institusi yang berbeda agar dapat berjalan secara efektif. Dalam konteks ini, apabila fungsi
kebijakan moneter dan stabilitas sistem keuangan menjadi lebih krusial. Respon kebijakan moneter terhadap berkembangnya keti- dakseimbangan di sektor keuangan melalui kenaikan suku bunga sulit untuk diterima secara politik. Oleh sebab itu, komunikasi yang persuasif kepada masyarakat tentang outlook yang lebih berjangka panjang dan pentingnya menjaga stabilitas makro dan finansial dalam jangka panjang sangat diperlukan. Komunikasi ini semakin penting karena interaksi antara sektor keuangan dan sektor riil yang semakin kompleks dalam perekonomian yang semakin terintegrasi secara global semakin mengharuskan komunikasi yang intensif dengan pelaku pasar.
Daftar Pustaka Agung, J, Kusmiarso,B, Pramono,B, Prasmuko, A, dan Prastowo (2001).
Credit crunch di Indonesia setelah krisis : fakta, penyebab, dan implikasi kebijakan. Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter, Bank Indonesia.
Bank of England (2009). he role of macroprudential policy: A Discussion Paper - November 2009.
Bank Indonesia (2010). Laporan Perekonomian Indonesia 2009. Bank In- donesia
Borio, C (2007b): “Monetary and prudential policies at a crossroads? New challenges in the new century”, Moneda y Crédito, 224, pp 63-101. Also available as BIS Working Papers, no 216, September 2006.
Borio, C, C Furfine and P Lowe (2001): “Procyclicality of the financial system and financial stability: issues and policy options” in “Marrying the macro- and micro-prudential dimensions of financial stability”, BIS Papers, no 1, March, pp 1-57.
Borio, C and P Lowe (2002): “Asset prices, financial and monetary stabil-
ity: Exploring the nexus,” BIS Working Papers, no 114, July. Borio, C and I. Shim. (2007). What Can (Macro-) Prudential Policy do
to Support Monetary Policy? (December 2007). BIS Working Paper No. 242.
Borio, C and W White (2004): “Whither monetary and financial stability?
he implications of evolving policy regimes”, in Monetary policy and uncertainty: adapting to a changing economy, proceedings of sympo- sium sponsored by the Federal Reserve Bank of Kansas City, Jack- son Hole, 28-30 August, pp 131-211. Also available as BIS Working Papers, no 147, February 2004.
Craig, R.S., Davis, E.P., Pascual A.G. (2006). Sources of Procyclicality in East Asian Financial System. In Procyclicality of Financial Systems in Asia. Edited by Stefan Gerlach and Paul Gruenwald. Palgrave Macmillan.
Goodfriend, M. (2007). How the World Achieved Consensus on Monetary Policy, NBER Working Papers 13580, National Bureau of Economic Research, Cambridge-Massachusett.
International Monetary Fund (2009). Lessons of the Global Crisis for Macro- economic Policy. Febrary 2009.
Kaminsky, G., Reinhart, C. and Vegh, C.A. (2004), When it Rains, it Pours: Procyclical Capital Flows and Macroeconomic Policies (Sep- tember 2004). NBER Working Paper No. W10780.