Best practices dan implementasi di negara lain Dalam memitigasi meluasnya dampak krisis, diatasi dengan biaya

1. Best practices dan implementasi di negara lain Dalam memitigasi meluasnya dampak krisis, diatasi dengan biaya

bail out dengan menggunakan dana public yang cukup besar. Seperti yang dilakukan oleh Indonesia pada krisis 1997/1998, AS dan Inggris juga mengeluarkan biaya bail out yang sangat besar. Pada krisis global 2008, AS bail out dengan menggunakan dana public yang cukup besar. Seperti yang dilakukan oleh Indonesia pada krisis 1997/1998, AS dan Inggris juga mengeluarkan biaya bail out yang sangat besar. Pada krisis global 2008, AS

Pengalaman krisis tersebut menunjukkan bahwa bank sentral memiliki peran yang krusial dalam memelihara stabilitas sistem keuangan.Peranan ini bukanlah peran yang baru, namun eksistensinya semakin diperkuat dengan adanya pengalaman krisis keuangan global dan perkembangan isu di sektor keuangan.Pengalaman krisis menunjukkan bahwa bank sentral dituntut untuk melangkah lebih jauh dari konsep kebijakan moneter dan terlibat dalam upaya memelihara SSK.

Pada prakteknya peran stabilitas sistem keuangan di bank sentral kurang memiliki kejelasan, landasan konsep dan definisi yang jelas.Berbeda dengan tujuan mencapai stabilitas harga, di beberapa negara peran menjaga SSK tidak dinyatakan secara eksplisit dalam undang-undang bank sentral. Hal ini menyebabkan pelaksanaan peran bank sentral sering didasarkan pada interpretasi undang-undang .Dengan tidak adanya mandat secara eksplisit, bank sentral tidak memiliki akuntabilitas yang jelas dalam memelihara SSK.Meskipun di beberapa Negara komitmen bersama untuk menjaga SSK dituangkan dalam memorandum of understanding (MOU) diantara institusi yang terlibat, namun hal ini tetap tidak dapat mengikat institusi terkait baik secara by nature maupun hukum dalam menyelesaikan krisis (Cihak, 2010).

Berikut beberapa hal yang mendukung diberikannya peran memelihara stabilitas sistem keuangan kepada bank sentral:

Bank sentral dapat memberikan respon kebijakan yang lebih tepat dalam hal terjadi vulnerabilities yang dipicu oleh sektor keuangan, seperti credit boom dan bubble harga asset. Dalam hal ini, respon kebijakan yang lebih tepat akan sulit dilakukan apabila bank hanya fokus pada tujuan mencapai stabilitas harga. Disamping itu, adanya peran bank sentral dalam SSK akan mendorong sinergi yang lebih baik antara perumusan kebijakan moneter dan kebijakan pengaturan dan pengawasan bank (mikroprudensial). Dalam merespon krisis, sinergi kebijakan moneter dan prudential policy sangat dibutuhkan untuk memitigasi risiko sistemik.

Risiko yang bersifat sistemik apabila tidak diantisipasi dapat mem- bahayakan sistem keuangan dan ekonomi. Blinder (2010) mengin- terpretasikan definisi “mengatur risiko sistemik” dan “memelihara SSK” sebagai 2 (dua) hal yang hampir sama. Menurut Blinder terdapat

2 (dua) konsep systemic risk, yaitu: Pertama, sekumpulan lembaga keuangan skala besar akan berpotensi

menimbulkan risiko sistemik apabila terdapat kesalahan operasional pada lembaga keuangan tersebut sehingga dapat secara signifikan mengganggu sistem keuangan ( too big to be allowed to fail messily/ Systemically Important Financial Institutions/SIFI).

Kedua, sekumpulan lembaga keuangan dalam jumlah banyak akan berpotensi menimbulkan risiko sistemik apabila lembaga keuangan tersebut berperilaku sama. Sebagai contoh di krisis sistem perbankan di Indonesia pada tahun 1997/1998 yang dimulai dengan jatuhnya beberapa bank kecil.

Dalam kasus lainnya, risiko sistemik dapat dialami oleh suatu lembaga keuangan yang memiliki peranan besar dalam sistem pembayaran dan setelmen.Sebagai contoh, meskipun NYSE Euronext bukan perusahaan yang sangat besar, namun kegagalan yang dialami perusahaan ini dapat menimbulkan dampak yang tidak dapat ditoleransi.

Berdasarkan konsep sistemik tersebut, potensi risiko sistemik perlu dipantau agar tidak menimbulkan instabilitas keuangan.Dengan melihat cakupan lembaga keuangan sistemik yang sangat luas, bank sentral perlu memantau tidak hanya perbankan namun juga institusi keuangan lainnya dan pasar keuangan yang dapat berpotensi sistemik. Blinder berpendapat bahwa mengingat keterkaitan erat antara upaya memelihara stabilitas sistem keuangan dengan upaya pencapaian kestabilan moneter, peran pemantauan sebagai systemic risk regulator perlu dimandatkan kepada bank sentral dan peran ini harus dinyatakan secara eksplisit (Diagram 1).

Diagram 1. Spektrum Tanggung Jawab Bank Sentral

Sebagian para ahli berpendapat bahwa tanggung jawab dalam bidang kebijakan moneter adalah sepenuhnya dalam kendali bank sentral sementara tanggung jawab lainnya dilakukan oleh lembaga terpisah. Namun, Blinder berpendapat bahwa pemisahan tugas-tugas diluar kebijakan moneter justru mengabaikan konsep economies of scope. Tugas memelihara SSK berkaitan erat dengan upaya mencapai tujuan di bidang moneter melalui penstabilan output dan inflasi. Menurut Blinder bukan tindakan yang logis dan bijaksana untuk memisahkan tanggung jawab di bidang SSK ( macroprudential) dengan tugas di bidang pengaturan dan pengawasan microprudential khususnya lembaga keuangan skala besar yang berdampak sistemik ( large systemically important financial institutions).Hal ini dilatarbelakangi bahwa kegiatan operasional dan keuangan dari SIFI tersebut dapat mempengaruhi stabilitas sistem keuangan. Dengan kata lain, potensi systemic risk dapat diminimalisasi apabila masing-masing SIFI beroperasi secara baik dan sehat. Disamping itu, mengingat SIFI tersebut berskala besar dan dimungkinkan saling terkoneksi secara politis, regulator untuk SIFI haruslah independen dari intervensi politik.

Berbagai pertimbangan tersebut mengarahkan pada pemberian tang- gung jawab pelaksanaan kebijakan moneter, memelihara stabilitas sis- tem keuangan, dan systemic regulator kepada bank sentral. Sementara itu, economies of scope antara pengawasan dan pengaturan lembaga keuangan skala besar dengan pengaturan dan pengawasan lembaga keuangan skala kecil cenderung tidak ada. Dibandingkan lembaga keuangan skala besar, lembaga keuangan skala kecil memiliki karakteristik neraca, profil risiko, dan struktur manajemen yang berbeda satu sama lain. Lembaga keuangan skala besar berorientasi global, sementara lembaga keuangan skala kecil cenderung berorientasi lokal. Karena beberapa pertimbangan tersebut, pengawasan lembaga keuangan skala kecil dapat dilakukan oleh institusi/ otoritas mana saja, meski saat ini umumnya di beberapa negara fungsi mikroprudensial masih berada di bawah bank sentral karena meskipun skalanya kecil tapi apabila berperilaku sama dapat memberikan risiko sistemik juga, seperti krisis di Indonesia 1997/1998.

Mandat Stabilitas Sistem Keuangan di Beberapa Bank Sentral

Secara umum tujuan bank sentral dibedakan menjadi dua, yaitu single objectives (price stability) dan dual objective (price stability dan financial stability)atau multi objectives (financial stability, payment system stability, economy growth, dll).Dalam perkembangan yang terjadi, terdapat beberapa bank sentral yang secara eksplisit menuangkan mandat stabilitas sistem keuangan baik sebagai tujuan maupun tugas dalam undang-undang bank sentral. Beberapa bank sentral tersebut adalah sebagai berikut: