Evaluasi Penerapan Moving Class pada Pembelajaran Biologi di SMA 1 Slawi Tahun 2011

(1)

i

EVALUASI PENERAPAN MOVING CLASS PADA

PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA 1 SLAWI

TAHUN 2011

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi

Oleh Ria Lidiawati

440140706

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang berjudul ”Evaluasi Penerapan Moving Class pada pembelajaran biologi di SMA 1 Slawi tahun 2011” disusun berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing. Sumber informasi atau kutipan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam program sejenis di perguruan tinggi manapun.

Semarang, Agustus 2011

Ria Lidiawati NIM 4401407065


(3)

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul:

Evaluasi Penerapan Moving Class Pada Pembelajaran Biologi di SMA 1 Slawi Tahun 2011

disusun oleh

Nama : Ria Lidiawati NIM : 4401407065

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada tanggal 25 Agustus 2011.

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Dr. Kasmadi Imam S., M.S. Dra. Aditya Marianti, M.Si.

NIP.19511115 197903 1001 NIP. 19671217 199303 2 001

Ketua Penguji

Ir. Nana Kariada TM, M Si. NIP. 19660316199310 2001

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ir. Tuti Widianti, M. Biomed Dr. Saiful Ridlo, M Si.


(4)

iv ABSTRAK

Lidiawati, Ria. 2011. Evaluasi Penerapan Moving Class pada Pembelajaran Biologi di SMA 1 Slawi Tahun 2011 . Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Ir. Tuti Widianti, M Biomed. dan Drs. Saiful Ridlo, M Si.

Pembelajaran dengan moving class diharapkan dapat memenuhi Peraturan Pemerintah Nomor 19 pasal 1 ayat 1 tahun 2005 tentang Standar Nasional PendidikanSekolah Menengah Atas (SMA) 1 Slawi merupakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), sehingga sekolah berupaya merintis pembelajaran dengan moving class termasuk pada pembelajaran biologi. berdasarkan hasil observasi, pelaksanaanya masih menjumpai hambatan-hambatan dan belum ada tindakan evaluasi secara formal.

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X.1, XI NS.5, XI NS.3, dan XI NS.7; dua guru biologi SMA 1 Slawi. Objek dalam penelitian ini adalah 3 kelas biologi yaitu R.108, R.115, dan R.120; proses pembelajaran biologi di ketiga kelas tersebut. Jenis penelitian kualitatif dengan model CIPP evaluation model. Prosedur penelitianya yaitu tahap pra-lapangan ,tahap pengerjaan lapangan, dan analisis data.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana kelas biologi di SMA 1 Slawi masih perlu dilengkapi. Kelas R.108 dilengkapi dengan media dan alat peraga biologi untuk kelas XI. Kelas R.115 dilengkapi LCD, komputer, dan media pembelajaran untuk kelas X. Kelas R.120 perlu dilengkapi dengan LCD, komputer serta alat peraga biologi untuk kelas X dan XII. Meskipun kelengkapanya berbeda tetapi guru dapat mengatasinya sehingga pembelajaran tetap berlangsung dengan baik. Pelaksanaan pembelajaran biologi sudah baik tetapi guru perlu memvariasikan desain kelas agar peserta didik tidak jenuh dengan suasana kelas. 69% peserta didik menyatakan puas, 31% cukup puas, guru 1 puas, dan guru 2 cukup puas terhadap penerapan moving class pada pembelajaran biologi.

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa guru menyediakan kondisi fisik dan emosional yang baik, melakukan pemilihan metode dan media pembelajaran yang tepat saat pelaksanaan pembelajaran di kelas. Jadi, meskipun masih ada beberapa hambatan tetapi pembelajaran berjalan dengan cukup baik, hasil belajar dan minat belajar peserta didik pun meningkat. Ada 3 kelas yang nantinya khusus sebagai kelas biologi. Sarana, prasarana, media pembelajaran, dan alat peraga yang tersedia masih perlu dilengkapi agar mendukung pembelajaran biologi. 69% sembilan persen peserta didik menyatakan puas, 31% menyatakan cukup puas dengan penerapan moving class pada pembelajaran biologi sedangkan guru 1 menyatakan puas dan guru 2 menyatakan cukup puas terhadap penerapan moving class pada pembelajaran biologi.


(5)

v

KATA PENGANTAR

Rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah mengaruniakan taufiq serta hidayah-Nya sehingga Skripsi yang berjudul Evaluasi Penerapan Moving Class pada Pembelajaran Biologi di SMA 1 Slawi tahun 2011 dapat penulis selesaikan.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

3. Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan segala fasilitas dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Ir. Tuti Widianti, M.Biomed., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Saiful Ridlo, M Si., selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ir. Nana Kariada TM, M.Si., selaku Penguji Utama yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Kepala SMA Negeri 1 Slawi yang telah mengizinkan penulis melaksanakan penelitian.

8. Muzayanah, S Pd. dan Bambang Jumintarto, S Pd., selaku Guru Biologi SMA Negeri 1 Slawi yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

9. Bapak dan Ibu tercinta dengan kasih sayangnya, yang selalu memberikan semangat, dukungan dan doa kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 10.Adik-adikku tersayang Titi Indriyani dan Fajar Abdillah Syukur, yang

senantiasa memberi warna dan keceriaan di hari-hariku.


(6)

vi

dan orang terdekat serta sahabat-sahabatku yang telah membantu, mengingatkan, memberi semangat, dan doa.

12.Semua pihak yang telah membantu, mendukung dan memberikan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan kepada pembaca pada umumnya.

Semarang, Agustus 2011


(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... . ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Penegasan Istilah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Hakikat Evaluasi Program Pendidikan... 6

B. Metode Pembelajaran………...13

C. Pemilihan Metode Pembelajaran……... 17

D. Media Pembelajaran………... 17

E. Pemilihan Media Pembelajaran……... 19

F. Hakikat Pembelajaran Biologi………... 22

G. Pengelolaan Kelas………... 24

H. Pembelajaran Moving Class…………...27

I. Kepuasan Peserta didik dan guru……... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33


(8)

viii

B. Populasi dan Sampel ... 33

C. Rancangan Penelitian ... 33

D. Prosedur Penelitian …………... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi dan analisis data ... 39

B. Pembahasan... ... 58

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 79

B. Saran ... 79

C. Rekomendasi ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data, Sumber data, instrument, dan variabel………... 35

2. Sarana dan prasarana kelas R.108, R.115, dan R.120... 39

3. Data penggunaan kelas R.108, R.115, dan R.120…………..…...………….. 40

4. Hasil observasi pengelolaan kelas ………...………..…… 43

5. Hasil wawancara mengenai media pembelajaran ………... 46

6. Hasil wawancara mengenai metode pembelajaran ………. 48

7. Hasil observasi tujuan Moving Class..………..………...…. 50

8. Hasil observasi perpindahan peserta didik………..………...…. 51

9. Hasil wawancara pengelolaan perpindahan peserta didik..………...…. 52

10.Hasil wawancara mengenai administrasi guru dan peserta didik………...…. 53

11.Sarana, prasarana, media pembelajara, dan sumber belajar ………..…..61

12.Data hubungan antara minat, sikap, dan hasil belajar ………....….71


(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Prosedur penelitian……….…………. 38

2. Desain kelas tradisional ……….……….…………. 42

3. Diagram minat peserta didik ………...……….…………. 54


(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi Lembar Observasi Pengelolaan Kelas... 80

2. Lembar Observasi Pengelolaan Kelas... 81

3. Kisi-kisi Lembar Observasi Perpindahan peserta didik.………... 82

4. Lembar Observasi Perpindahan peserta didik... 83

5. Kisi-kisi Lembar Observasi Pencapaian tujuan Moving Class...…….… 84

6. Lembar Observasi Pencapaian tujuan Moving Class ……...…… 85

7. Kisi-kisi Lembar Angket Kepuasan Peserta Didik………....……… 86

8. Lembar Angket Kepuasan Peserta Didik……….…………..………... 88

9. Kisi-Kisi Lembar Angket Minat Belajar Peserta Didik... 90

10.Lembar Angket Minat Belajar Peserta Didik... 91

11.Kisi-Kisi Lembar Angket Kepuasan Guru... 93

12.Lembar Angket Kepuasan Guru... 94

13.Lembar Identifikasi Sarana dan Prasarana... 97

14.Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru………..………... 98

15.Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Wakil Kepala Sekolah ……….. 99

16.Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Peserta Didik…...……….. 100

17.Pedoman Wawancara Guru, Peserta Didik, Wakil Kepala Sekolah…….... 101

18.Hasil observasi perpindahan peserta didik ………..…... 102

19.Hasil observasi pengelolaan kelas …….……..………. 104

20.Hasil identifikasi sarana dan prasarana kelas biologi ………... 106

21.Hasil observasi pencapaian tujuan Moving Class ………….………... 109

22.Hasil wawancara guru, peserta didik, dan Wakil Kepala Sekolah... 112

23.Hasil angket kepuasan peserta didik………... 113

24.Rekapitulasi lembar angket kepuasan peserta didik………... 114

25.Hasil angket kepuasan guru………... 115

26.Hasil angket minat belajar peserta didik………... 116


(12)

xii

28.Jurnal Tenik Moving Class……….……… 118

29.Peraturan Moving Class SMA 1 Slawi…….………... 119

30.Daftar nilai kelas XI semester gasal………….………... 126

31.Dokumentasi ……….………... 127

32.Surat Penetapan Dosen Pembimbing……….…………... 131

33.Surat Izin Penelitian…………...………... 132


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Berdasarkan PP Nomor 19 tahun 2005, Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan tersebut meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulus, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Atas dasar kedelapan standar tersebut, pemerintah mengkategorikan sekolah menjadi sekolah standar dan sekolah kategori mandiri. Sekolah standar adalah sekolah yang belum memenuhi syarat kedelapan standar nasional pendidikan sedangkan sekolah kategori madiri adalah sekolah yang hampir memenuhi atau sudah memenuhi kedelapan standar tersebut.

Menurut PP nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1, proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pembelajaran dengan moving class merupakan salah satu cara pembelajaran yang tepat digunakan karena beberapa tujuan mendasar moving class seperti yang dipaparkan oleh Tim Pelaksana Program RSKM SMA 9 Yogyakarta (2008) antara lain (1) me nyediakan sumber belajar, al at peraga, sarana belajar sesuai karakteristik pelajaran, (2) meningkatkan kualitas pembelajaran (ada kelas biologi dan pengelolaan kelas), (3) meningkatkan efek tivitas dan efisiensi pembelajaran, (4) meningkatkan disiplin guru dan peserta didik, (5) meningkatkan keterampilan guru dalam memvariasikan metode dan media pembelajaran, (6) meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik.

Sekolah Menengah Atas (SMA) 1 Slawi merupakan salah satu sekolah menengah yang merupakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)


(14)

sehingga sekolah tersebut memiliki program-program yang dipersiapkan untuk menuju sekolah bertaraf internasional. Menurut hasil penelitian Zesi (2010), bagi sekolah yang menjadi SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) harus memenuhi syarat SNP (Standar Nasional Pendidikan) ditambah dengan X (X merupakan komponen pengayaan, pengembangan, perluasan, pendalaman melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan yang dianggap reputasi mutunya diakui secara internasional). Salah satu syarat dalam SNP adalah proses pembelajarannya menggunakan kelas bergerak (moving class). Moving class adalah suatu pembelajaran yang bercirikan peserta didik yang mandatangi guru di kelas, bukan sebaliknya. Guru memiliki sebuah kelas tersendiri sesuai mata pelajaran yang diampunya, sehingga diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung sesuai dengan kriteria mata pelajaran.

Semua mata pelajaran di SMA 1 Slawi telah menerapkan moving class. Ada 3 kelas yang digunakan untuk pembelajaran biologi tetapi kelas tersebut digunakan juga untuk mata pelajaran lain. Walau demikian ketiga kelas tersebut nantinya khusus digunakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran biologi. Dengan adanya kelas biologi diharapkan guru dapat menciptakan lingkungan yang mendukung sesuai dengan karakteristik mata pelajaran biologi yaitu mempelajari diri sendiri (manusia) dan lingkunganya sebagai suatu sistem yang saling berhubungan dan saling menunjang (Rustaman et al. 2003) . Di kelas biologi terdapat sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran biologi sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Dari hasil wawancara dengan salah satu guru biologi, penulis mengetahui bahwa dalam penerapan moving class pada pembelajaran biologi masih menjumpai hambatan-hambatan antara lain dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, sarana dan prasarana sehingga masih perlu perbaikan demi tercapainya tujuan penerapan moving class pada pembelajaran biologi. Selain itu wakil kepala sekolah bidang kurikulum SMA 1 Slawi mengatakan bahwa sejak moving class diterapkan yaitu pada tahun 2009 belum ada tindakan evaluasi secara formal. Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin mengetahui bagaimanakah penerapan moving class pada pembelajaran biologi di SMA 1 Slawi tahun 2011. Dengan


(15)

demikian peneliti dapat mengetahui seberapa jauh dan bagian mana yang belum tercapai serta apa penyebabnya. Oleh karena itulah peneliti perlu mengkaji lebih jauh mengenai “Evaluasi penerapan moving class pada pembelajaran biologi di SMA 1 Slawi tahun 2011” .

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah pelaksanaan proses pembelajaran biologi dengan moving class di SMA 1 Slawi tahun 2011?

2. Bagaimanakah sarana dan prasarana yang tersedia di kelas biologi?

3. Bagaimanakah kepuasan guru dan peserta didik terhadap penerapan moving class pada pembelajaran biologi?

C. Penegasan Istilah 1. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu kegiatan mengumpulkan informasi-informasi yang digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan (Arikunto & Cepi 2009). Menurut Widoyoko (2009), evaluasi adalah suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi, dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggungjawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Sedangkan menurut Sukarno et al. (2010), evaluasi dalam moving class meliputi pemanfaatan sarana prasarana penunjang, alat peraga dan media pembelajaran, efisiensi waktu, dan minat belajar peserta didik.

Dari ketiga pendapat ahli diatas maka evaluasi dalam penelitian ini adalah proses mengumpulkan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan mengenai tujuan dan implementasi moving class pada pembelajaran antara lain pelaksanaan pembelajaran di kelas yang meliputi pengelolaan kelas, media pembelajaran, metode pembelajaran, efisiensi


(16)

waktu ,dan minat belajar peserta didik; sarana dan prasarana di kelas yang meliputi kelengkapan sarana prasarana penunjang; kepuasan peserta didik dan guru terhadap penerapan moving class pada pembelajaran biologi. Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap penerapan moving class pada pembelajaran biologi di SMA 1 Slawi tahun 2011 dikatakan berhasil jika tujuan penerapan moving class tercapai dan pihak-pihak yang secara langsung terlibat yaitu guru dan peserta didik puas terhadap penerapan moving class pada pembelajaran biologi.

2. Moving class

Menurut hasil penelitian Prabawa (2009), dengan penerapan moving class di SMA 1 Bantul, setiap guru mata pelajaran sudah siap mengajar di ruang kelas yang telah ditentukan sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Sedangkan menurut Zesi (2010), moving

class SMK N 6 Surakarta menggunakan pendekatan mata pelajaran yang

berpusat pada peserta didik dengan ciri peserta didik yang aktif men datangi guru, sehingga guru pada setiap mata pelajaran memiliki ruang tersendiri bagi pelajaran yang diampu dan guru diberi kebebasan untuk mengelola ruang kelas guna mendukung proses pembelajaran. Sementara menurut Tim pelaksana program RSKM SMA 9 Yogyakarta (2008), moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan peserta didik yang mendatangi guru/pendamping di kelas.

Berdasarkan uraian diatas, moving class dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan ciri peserta didik yang aktif mendatangi guru, sehingga guru pada setiap mata pelajaran memiliki ruang tersendiri bagi pelajaran yang diampu dan guru diberi kebebasan untuk mengelola ruang kelas guna mendukung proses pembelajaran.

3. Pembelajaran Biologi

Pembelajaran adalah kegiatan interaksi antara guru dan peserta didik dan komunikasi timbal balik dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman et al. 2003). Jadi pembelajaran biologi adalah


(17)

kegiatan interaksi antara guru dan peserta didik dan komunikasi timbal balik dalam suasana edukatif untuk mencapai tujuan belajar biologi. Pembelajaran biologi dalam penelitian ini adalah pelaksanaan proses pembelajaran biologi di kelas biologi yang menerapkan moving class di SMA 1 Slawi tahun 2011. Pembelajaran dikatakan berhasil jika hasil belajar meningkat dan menumbuhkan minat belajar peserta didik.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pelaksanaan proses pembelajaran biologi dengan moving class di SMA 1 Slawi tahun 2011.

2. Mengetahui sarana dan prasarana yang tersedia di kelas biologi.

3. Mengetahui kepuasan guru dan peserta didik terhadap penerapan moving class pada pembelajaran biologi.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Bagi guru

a. Memperoleh pemahaman mengenai pelaksanaan pembelajaran biologi menggunakan moving class.

b. Sebagai masukan informasi bagi guru mengenai ketercapaian tujuan penerapan moving class pada pembelajaran biologi

2. Bagi sekolah

Sebagai salah satu informasi sekolah dalam membuat keputusan berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran biologi menggunakan moving class


(18)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Hakikat Evaluasi Program Pendidikan

1. Pengertian Evaluasi program pendidikan

Evaluasi adalah suatu kegiatan mengumpulkan informasi-informasi yang digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan (Arikunto & Cepi 2009). Sedangkan menurut Widoyoko (2009), evaluasi adalah suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi, dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggungjawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.

Evaluasi program pendidikan adalah upaya untuk mengetahui efektivitas komponen program dalam mendukung pencapaian tujuan program. Setiap kegiatan merupakan realisasi dari sebuah kebijakan yang harus dirancang dengan cermat dan teliti supaya tujuan dalam kebijakan tersebut bisa tercapai. Untuk mengetahui seberapa jauh dan bagian mana dari tujuan yang sudah tercapai, dan bagian mana yang belum tercapai serta apa penyebanya, perlu adanya evaluasi. Tanpa adanya evaluasi keberhasilan dan kegagalan program tidak dapat diketahui. Dengan kata lain evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponenya (Arikunto & Cepi 2009).

2. Manfaat evaluasi program pendidikan

Menurut Arikunto & Cepi (2009), hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan yang berkaitan dengan kegiatan atau program yang sedang berjalan. Ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi program yaitu :


(19)

a. Menghentikan program, karena program dianggap tidak bermanfaat dan tidak terlaksana dengan baik.

b. Merevisi program, karena ada beberapa bagian program yang kurang sesuai dengan harapan.

c. Melanjutkan program, karena program sudah berjalan dengan baik d. Menyebarluaskan program, karena program berjalan dengan baik

dan akan sangat baik jika diterapkan di tempat lain pula.

Sedangkan menurut Widoyoko (2009), manfaat evaluasi program pendidikan antara lain :

a. Mengkomunikasikan program kepada publik

Sekolah seharusnya mengkomunikasikan efektivitas program pembelajaranya kepada orang tua maupun publik lainya melalui hasil-hasil evaluasi yang dilaksanakan, dengan demikian publik dapat mengetahui tentang efektivitas program pembelajaran dan memberikan dukungan yang diperlukan

b. Menyediakan informasi bagi pembuat keputusan

Penyediaan informasi bagi pembuat keputusan dapat dikelompokan menjadi tiga macam, menurut tujuanya yaitu menunjang pembuatan keputusan tentang perencanaan atau penyusunan program pembelajaran berikutnya, menunjang pembuatan keputusan tentang keberlangsungan atau kelanjutan program pembelajaran, menunjang pembuatan keputusan tentang modifikasi program.

c. Penyempurnaan program yang ada

Evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan dengan baik dapat membantu upaya-upaya dalam rangka menyempurnakan jalanya program pembelajaran sehingga lebih efektif.

d. Meningkatkan partisipasi

Dengan adanya informasi hasil evaluasi program pembelajaran, maka orang tua atau masyarakat akan terpanggil untuk berpartisipasi dan ikut mendukung upaya-upaya peningkatan kualitas pembelajaran.


(20)

3. Model Evaluasi Program Pendidikan

Menurut Arikunto & Cepi (2009), dalam ilmu evaluasi program pendidikan, ada model yang bisa digunakan untuk mengevaluasi suatu program. Adapun beberapa model yang banyak dikenal dan digunakan antara lain :

a. Goal oriented evaluation model

Yang menjadi objek dalam model ini adalah tujuan program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terus-menerus, mencek seberapa jauh tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan program. Model ini dikembangkan oleh Tyler. Sedangkan menurut Tayibnapis (2000) pendekatan ini memakai tujuan program sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan. Evaluator mencoba mengukur sampai dimana pencapaian tujuan telah dicapai.

b. Goal free evaluation model

Model yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini tidak perlu memperhatikan tujuan program melainkan kerjanya program. Caranya dengan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal-hal positif yaitu yang diharapkan maupun hal-hal-hal-hal negative yang sebetulnya memang tidak diharapkan.

Alasan mengapa tujuan program tidak perlu diperhatikan karena ada kemungkinan evaluator terlalu merinci tiap-tiap tujuan khusus. Jika masing-masing tujuan khusus tercapai, artinya terpenuhi dalam penampilan, tetapi evaluator lupa memperhatikan seberapa jauh masing-masing penampilan tersebut mendukung penampilan akhir yang diharapkan oleh tujuan umum maka akibatnya jumlah penampilan khusus ini tidak banyak manfaatnya.

Dari uraian di atas jelas bahwa yang dimaksud dengan evaluasi lepas dari tujuan dalam model ini bukanya lepas dari tujuan, tetapi hanya lepas dari tujuan khusus. Model ini hanya mempertimbangkan


(21)

tujuan umum yang akan dicapai oleh program, bukan secara rinci perkomponen.

c. Formatif-sumatif evaluation model

Model yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini menunjuk adanya tahapan dan lingkup objek evaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan (evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai (evaluasi sumatif).

Tujuan evaluasi formatif adalah mengetahui seberapa jauh program yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikasi hambatan. Dengan diketahuinya hambatan dan hal-hal yang menyebabkan program tidak lancar, pengambilan keputusan sejak dini dapat mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran pencapaian tujuan program.

Tujuan dari evaluasi sumatif adalah mengukur ketercapaian program. Fungsi evaluasi sumatif adalah untuk mengetahui posisi atau kedudukan individu di dalam kelompoknya. Mengingat bahwa objek sasaran dan waktu pelaksanaan berbeda antara evaluasi formatif dan sumatif maka lingkup sasaran yang dievaluasi juga berbeda.

d. Countenance evaluation model

Model Stake menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal pokok yaitu deskripsi dan pertimbangan serta membedakan adanya tiga tahap dalam evaluasi program yaitu anteseden yang diartikan sebagai konteks, transaksi yang diartikan sebagai proses, keluaran yang diartikan sebagai hasil.

Deskripsi menyangkut dua hal yang menunjukan posisi sesuatu yang menjadi sasaran evaluasi yaitu apa maksud/tujuan yang diharapkan oleh program, dan pengamatan/akibat, atau apa yang sesungguhnya terjadi atau apa yang betul-betul terjadi. Selanjutnya evaluator menuju ke langkah pertimbangan, yang dalam langkah tersebut mengacu pada standar.


(22)

Menurut Stake, ketika evaluator tengah mempertimbangkan program pendidikan, mereka mau tidak mau harus melakukan dua perbandingan, yaitu membandingkan kondisi hasil evaluasi program tertentu dengan yang terjadi di program lain dengan objek sasaran yang sama, dan membandingkan kondisi hasil pelaksanaan program dengan standar yang diperuntukan program yang bersangkutan, didasarkan pada tujuan yang akan dicapai.

e. CSE-UCLA evaluasi model

CSE merupakan singkatan dari center for the study of evaluation, sedangkan UCLA merupakan singkatan dari university of California in Los Angeles. Ciri dari model ini adalah lima tahap yang dilakukan dalam evaluasi yaitu perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil, dan dampak. Fernandes memberi penjelasan tentang model ini menjadi empat tahap yaitu :

1) Needs assessment

Pada tahap ini evaluator memusatkan perhatian pada penentuan masalah.

2) Program planning

Dalam tahap ini program PBM dievaluasi dengan cermat untuk mengetahui apakah rencana pembelajaran telah disusun berdasarkan hasil analisis kebutuhan. Evaluasi tahap ini tidak lepas dari tujuan yang telah dirumuskan.

3) Formative evaluation

Pada tahap ini evaluator memusatkan perhatian pada keterlaksanaan program.

4) Summative evaluation

Pada tahap ini evaluator mengumpulkan semua data tentang hasil dan dampak dari program. Melalui tahap ini diharapkan dapat diketahui apakah tujuan yang dirumuskan untuk program sudah tercapai, dan jika belum dicari bagian mana yang belum dan apa penyebabnya.


(23)

f. CIPP evaluation model

Model evaluasi yang dikembangkan oleh Sttuflebeam dkk ini paling banyak digunakan oleh para evaluator. CIPP yang merupakan singkatan dari huruf awal empat buah kata yaitu:

Context evaluation : evaluasi terhadap konteks Input evaluation : evaluasi terhadap masukan Process evaluation : evaluasi terhadap proses Product evaluation : evaluasi terhadap hasil

Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain, model CIPP adalah model evaluasi yang memandang program evaluasi sebagai sebuah sistem. Dengan demikian, jika tim evaluator sudah menentukan model CIPP sebagai model yang akan digunakan untuk mengevaluasi program yang ditugaskan maka mau tidak mau mereka harus menganalisis program tersebut berdasarkan komponen-komponenya.

1) Evaluasi konteks

Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang belum terpenuhi, dan tujuan proyek. 2) Evaluasi masukan

Maksud dari tahap ini adalah kemampuan awal peserta didik dan sekolah dalam menunjang pelaksanaan program (Arikunto & Cepi 2009). Sedangkan menurut Widoyoko (2009), komponen evaluasi masukan meliputi sumber daya manusia, sarana dan peralatan pendukung, berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan.

3) Evaluasi proses

Menurut Widoyoko (2009), evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses meliputi koleksi data


(24)

penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki.

4) Evaluasi produk atau hasil

Evaluasi produk digunakan untuk membantu membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan. Evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

g. Discrepancy model

Model yang dikembangkan oleh Malcolm Provus ini menekankan pada pandangan adanya kesenjangan di dalam pelaksanaan program. Evaluasi program yang dilakukan oleh evaluator mengukur besarnya kesenjangan yang ada di setiap komponen jadi dalam model ini mengukur adanya perbedaan antara yang seharusnya dicapai dengan yang sudah riil dicapai.

4. Ketepatan penentuan model evaluasi

Tepat artinya cocok. Jika tautan antara dua hal yang ditautkan cukup baik, erat berarti bahwa ada ketepatan tautan antara dua hal yang ditautka tersebut. Ketepatan penentuan model evaluasi program mengandung makna bahwa ada harapan keeratan tautan antara evaluasi program dengan jenis program yang dievaluasi.

Model evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah CIPP

Evaluation Model karena kelebihan yang dimiliki yaitu lebih

komprehensif, karena objek evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi juga mencakup konteks, masukan, proses maupun hasil. Selain itu model ini merupakan model evaluasi yang paling sering digunakan oleh para evaluator (Widoyoko 2009).


(25)

B. Metode pembelajaran

Menurut Rustaman et al. (2003), metode berbeda dengan pendekatan. Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam perencanaan, sedangkan metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaanya. Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran biologi antara lain sebagai berikut :

1. Metode ceramah

Metode ceramah adalah penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Metode banyak dipilih karena mudah dilaksanakan, tidak membutuhkan alat bantu khusus, dan tidak perlu merancang kegiatan peserta didik. Penggunaan metode ini membuat peserta didik kurang dirangsang kreativitasnya, tidak membuat peserta didik aktif mengemukakan pendapat, dan tidak dibiasakan mencari serta mengelola informasi.

Salah satu upaya untuk membuat metode ceramah menjadi lebih efektif adalah dengan memberi bahan yang akan diceramahkan sebatas rambu-rambu agar peserta didik dapat mengikuti dan mengatasi kejenuhan, serta keterlambatan dalam menyimak. Penyajian harus sistematis dan sebaiknya dibantu oleh media elektronik. Akan lebih baik jika penyampaian materi dengan metode caramah dibumbui oleh humor sepelunya dan kadang-kadang diajukan pertanyakan untuk mendeteksi perhatian peserta didik. Menurut Ibrahim dan Nana (2003), metode ceramah tidak senantiasa jelek bila penggunaanya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaanya.

2. Metode Tanya jawab

Dalam tanya jawab, pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan sudah direncanakan sesuai dengan konsep yang ingin diperoleh atau dipahami oleh peserta didik, sesuai dengan kemampuan peserta didik, dan dengan kalimat lugas. Metode ini dapat menarik perhatian peserta didik, memusatkan perhatian peserta didik. Dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, peserta didik akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir, kemampuan berpikir peserta didik dan keruntutan dalam mengemukakan


(26)

pokok pikiranya dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi peserta didik untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Ibrahim dan Nana (2003), mengatakan bahwa dengan metode tanya jawab maka akan terlihat adanya hubungan timbale balik secara langsung antara guru dengan peserta didik.

Selain berbagai kelebihan, metode ini juga memiliki berbagai kekurangan antara lain tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami peserta didik, waktu sering terbuang apabila pertanyaan tidak terjawab oleh beberapa orang, perlu diciptakan suasana yang menunjang agar peserta didik tidak takut untuk menjawab pertanyaan.

3. Metode diskusi

Metode diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah. Dalam diskusi terjadi tukar menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat. Metode ini memiliki beberapa kelebihan antara lain merangsang keberanian dan kreativitas peserta didik dalam mengemukakan gagasan, membiasakan peserta didik bertukar pikiran dengan teman, menghargai dan menerima pendapat orang lain, dan juga peserta didik belajar bertanggung jawab terhadap hasil pemikiran bersama.

Kekurangan dari metode diskusi tentu ada, anatara lain pembicaraan sering kali didominasi orang-orang tertentu yang sudah terbiasa mengeluarkan pendapat, pembicaraan kadang-kadang meluas dan mengambang. Untuk mengatasi kekurangan tadi, guru perlu berkeliling ke tiap kelompok diskusi untuk membantu mengatasi jika terjadi hal-hal yang mengganggu kelancaran diskusi.

4. Metode belajar kooperatif

Pada belajar kooperatif ini peserta didik berada dalam kelompok kecil dengan anggota sebanyak kurang lebih 4-5 orang. Dalam belajar secara kooperatif ini terjadi interaksi antar anggota kelompok. Semua


(27)

anggota harus turut terlibat karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu. 5. Metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, sehingga memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang serta memerlukan waktu yang lama. Fasilitas seperti peralatan, jika tidak tersedia harus membuat sendiri. Tempat melaksanakan harus cukup tinggi sehingga proses dapat diamati oleh seluruh peserta didik. Menurut Ibrahim dan Nana (2003), metode demonstrasi cukup efektif karena membantu para peserta didik untuk memperoleh jawaban dengan mengamati suatu proses atau peristiwa tertentu.

6. Metode ekspositori atau pameran

Metode pameran adalah suatu penyajian visual dengan menggunakan benda dua atau tiga dimensi, dengan maksud mengemukakan gagasan atau sebagai alat untuk membantu menyampaikan informasi yang diperlukan. Ketika guru menggunakan metode ekspositori, benda yang akan dipamerkan/diperagakan harus diletakan pada tempat yang dapat dilihat oleh seluruh peserta didik dan cukup besar.

7. Metode karyawisata/widyawisata

Metode karyawisata/widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa peserta didik mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Widyawisata ini suatu kunjungan yang direncanakan kepada suatu objek tertentu untuk dipelajari atau untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Metode ini dapat dilakukan di sekitar sekolah atau tempat lain dengan bimbingan guru maupun pembimbing lain. Kelebihan dari metode ini antara lain memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, merangsang kreativitas peserta didik, informasi dapat lebih luas dan actual, peserta didik dapat mencari dan mengolah sendiri informasi. Sedang kekurangan metode ini antara lain memerlukan waktu yang panjang dan


(28)

biaya, memerlukan tanggung jawab guru dalam mengatur bayak peserta didik dan memerlukan perencanaan dan persiapan yang cukup lama. 8. Metode penugasan

Dalam metode penugasan guru member tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tugas yang diberikan guru dapat berupa masalah yang harus dipecahkan dan prosedurnya tidak diberitahukan. Metode ini dapat mengembangkan kemandirian peserta didik, merangsang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab peserta didik, membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi. Kekurangan metode ini terletak pada sulitnya mengawasi mengenai kemungkinan peserta didik tidak bekerja secara mandiri.

9. Metode eksperiment

Metode eksperiment adalah penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan melakukan eksperimen berarti peserta didik melakukan kegiatan yang mencakup pengendalian variabel, pengamatan, melibatkan pembanding atau control, dan penggunaan alat praktikum. Dengan metode ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri. Dengan melakukan eksperimen, peserta didik akan lebih yakin atas suatu hal daripada yang menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan peserta didik. Ibrahim dan Nana (2003), mengatakan bahwa metode eksperiment membuat peserta didik lebih aktif karena peserta didik melakukan percobaan untuk mencari jawaban terhadap permasalahan yang diajukan. Kekurangan metode eksperimen adalah menuntut berbagai peralatan yang terkadang tidak mudah diperoleh.

10.Metode bermain peran

Metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara seolah-olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep. Dalam metode ini peserta didik mendapat kesempatan terlihat secara aktif sehingga akan lebih memahami konsep


(29)

dan lebih lama mengingat. Tetapi dalam persiapan dan pelaksanaan metode bermain peran membutuhkan waktu cukup lama. Selain waktu, diperlukan juga kemampuan imajinasi guru ketika menyusun skenario.

C. Pemilihan Metode Pembelajaran

Menurut Ibrahim dan Nana (2003), untuk memilih metode mengajar yang akan digunakan perlu dipertimbangkan faktor-faktor antara lain :

1. Kesesuaian dengan tujuan

Setiap metode memiliki kekuatan dan kelemahan dilihat dari berbagai sudut. Bagi guru, apapun metode yang digunakan harus jelas dahulu tujuan yang akan dicapai. Untuk mencapai tujuan tertentu mungkin metode ceramah disertai Tanya jawab sudah cukup memadai, sedangkan untuk mencapai tujuan yang lain, mungkin diperlukan metode diskusi atau pemberian tugas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam memilih metode mengajar digunakan kombinasi berbagai metode mengajar yang relevan, yang akan membuat proses belajar lebih hidup, aktif, dan bermakna.

2. Keterlaksanaan dilihat dari waktu dan sarana

Pada dasarnya dalam memilih metode mengajar diupayakan agar terwujud proses belajar mengajar yang menantang dan bermakna serta banyak melibatkan keaktifan peserta didik. Selain itu perlu pula mempertimbangkan waktu dan sarana yang tersedia. Mmisalnya metode karyawisata, tidak mungkin dilakukan setiap hari karena memerlukan waktu lama dalam perencanaan dan pelaksanaanya. Dalam situasi dimana jumlah peralatan sangat terbatas, metode demonstrasi lebih cocok digunakan dibandingkan metode eksperiment yang memerlukan banyak peralatan.

D. Media pembelajaran

Menurut Rustaman et al. (2003), media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan


(30)

kemauan peserta didik sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Sedangkan media pembelajaran diartikan sebagai media yang penggunaanya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pembelajaran berupa peralatan fisik untuk mambawakan atau menyampaikan isi pembelajaran. 1. Fungsi media pembelajaran antara lain :

a. Memperjelas dan memperkaya/melengkapi informasi yang diberikan secara verbal

b. Meningkatkan motivasi dan perhatian peserta didik untuk belajar c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyampaian informasi d. Menambah variasi peyajian materi

e. Pemilihan media yang tepat akan menimbulkan semangat, gairah, dan mencegah kebosanan peserta didik untuk belajar

f. Kemudahan materi untuk dicerna dan lebih membekas, sehingga tidak mudah dilupakan peserta didik

g. Memberikan pengalaman yang lebih konkrit bagi hal yang mungkin abstrak

h. Meningkatkan keingintahuan peserta didik

i. Memberikan stimulus dan mendorong respon peserta didik 2. Peranan media pembelajaran antara lain :

a. Mengatasi masalah keterbatasan ruang kelas

b. Seperti model misalnya, digunakan karena objek asli tidak mungkin dapat ditunjukan di muka kelas.

c. Mengatasi masalah letak geografis

misalnya untuk daerah pegunungan yang jauh dari pantai, untuk memperlihatkan laut digunakan media film, kaset, atau video.

d. Mengatasi gerak benda yang terlalu cepat atau lambat

misalnya kepakan sayap lebah atau proses mekarnya bunga. Karena sangat sulit mengamati gerak-gerak tersebut maka kesulitan ini dapat diatasi dengan memutar rekaman film atau video yang diperlambat atau dipercepat.


(31)

E. Pemilihan media pembelajaran

Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk memilih media pembelajaran. Kriteria umum dalam memilih media pembelajaran antara lain :

1. Ketersediaan yaitu ada tidaknya media tersebut di sekolah, bila tidak ada, apakah mungkin untuk dibuat sendiri.

2. Biaya, apakah biayanya tersedia dan mecukupi.

3. Kemudahan, apakah mudah dan kita mampu membuatnya. 4. Kalau tersedia, apakah mdah di bawa di kelas

5. Kesesuaian dengan fasilitas yang ada di kelas, missal penggunaan OHP apakah listriknya memadai

6. Keamanan dalam penggunaanya, misalnya menggunakan hewan yang berbisa, galak, atau menggunakan bahan kimia yang berbahaya dan beracun

Media pembelajaran merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. Karena dalam pemilihan media yang akan digunakan guru harus melihat semua komponen dari perencanaan pembelajaran seperti tujuan, materi, pendekatan, dan metode serta bentuk evaluasinya, termasuk ke dalam kriteria ini tingkat perkembangan intelektual peserta didik

1. Tujuan

Media pembelajaran hendaknya sesuai dan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran

2. Materi pembelajaran

Materi yang dipilih harus sesuai dengan materi/isi pembelajaran dalam arti harus relevan

3. Pendekatan/metode

Pemilihan media perlu disesuaikan dengan metode pembelajaran yang dipilih.


(32)

Sebenarnya evaluasi mengukur keberhasilan tujuan, karena itu media yang dipilih selain mengacu pada tujuan terkait juga pada evaluasi yang digunakan

5. Peserta didik

Pemilihan media perlu disesuaiakan dengan perkembangan intelektual peserta didik, misalnya tingkat kemampuan membaca, mendengar, dan melihat.

Menurut Julianto (2008) beberapa pertimbangan guru dalam memilih media pembelajaran yang tepat dirumuskan dalam satu kata akronim, yaitu ACTION (Access, Cost, Technology, Interactivity, Organization, dan Novelty).

- Access. Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama kita dalam memilih media. Apakah media yang kita perlukan itu tersedia, mudah, dan dapat dimanfaatkan oleh peserta didik atau tidak. Misalnya, kita ingin menggunakan media internet, hal yang perlu dipertimbangkan terlebih dahulu apakah ada saluran untuk koneksi ke internet. Akses tersebut juga menyangkut aspek kebijakan, termasuk di dalamnya diijinkannya peserta didik untuk menggunakan internet. Komputer yang terhubung ke internet jangan hanya digunakan untuk kepala sekolah, tapi juga guru, dan yang lebih penting untuk peserta didik. Peserta didik harus memperoleh akses untuk menggunakan internet dalam proses belajarnya.

- Cost. Komponen biaya juga harus dipertimbangkan dalam pemilihan media. Banyak jenis media yang dapat menjadi pilihan kita, mulai dari media yang sederhana sampai media canggih dengan harga yang mahal. Namun, perhitungan mahalnya biaya itu harus kita kaitkan dengan aspek manfaatnya. Semakin banyak yang menggunakan tersebut, maka unit cost dari sebuah media akan semakin menurun. - Technology. Dalam memilih media, mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu. Namun dalam memilih media yang akan kita pakai, kita perlu memperhatikan apakah teknologinya tersedia dan


(33)

mudah menggunakannya. misal jika kita ingin menggunakan media audio visual di kelas, maka kita perlu memperhatikan ketersediaan faktor pendukungnya, seperti ketersediaan sumber listrik.

- Interactivity. Pemilihan media harus mempertimbangkan aspek kemudahan dalam berkomunikasi. Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Setiap kegiatan pembelajaran yang kita kembangkan tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut.

- Organization. Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Penentuan media pembelajaran yang akan digunakan juga harus mendapat dukungan dari penyelenggara pendidikan, termasuk yang berkaitan dengan arah kebijakan penyelenggaraan pendidikan tersebut.

- Novelty. Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media adalah aspek “up date” media. Kebaruan dari media yang kita pilih juga harus menjadi pertimbangan. Media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi pengguna.

Sedangkan menurut Ibrahhim dan Nana (2003), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran antara lain: a. Disesuaikan dengan tujuan pembelajaran

b. Kegunaan dari berbagai jenis media itu sendiri c. Kemampuan guru menggunakan suatu media d. Keluwesan atau fleksibilitas dalam penggunaanya

Kesesuaianya dengan alokasi waktu dan sarana pendukung yang ada

e. Ketersediaan media tersebut f. Biaya


(34)

F. Hakikat Pembelajaran Biologi 1. Pengertian

Ditinjau dari segi etimologi biologi berasal dari kata bios dan logos. Bios berarti hidup, sedangkan logos berarti ilmu. Jadi biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup. Biologi sebagai ilmu merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempunyai objek pembahasan dan mungkin juga penelitian tentang benda-benda hidup. Biologi mempelajari manusia, hewan, dan tumbuhan mengenai struktur tubuh, fungsi organ tubuh, hubunganya dengan lingkungan, dan sebagainya yang dimiliki mereka (Tim Biologi Umum 2007).

Menurut BSNP (2007), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan alam sekitar.

Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan memilah informasi


(35)

faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari (BSNP 2007).

Sedangkan menurut Rustaman et al. (2003), keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses peserta didik menggunakan pikiranya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan, atau perakitan alat. Dengan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.

Mata pelajaran biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidang matematika, fisika, kimia dan pengetahuan pendukung lainnya (BSNP 2007). 2. Tujuan

Menurut BSNP (2007), mata pelajaran biologi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Membentuk sikap positif terhadap biologi dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

b. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain

c. Mengembangkan pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis

d. Mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip biologi


(36)

e. Mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip biologi dan saling keterkaitannya dengan IPA lainnya serta mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri

f. Menerapkan konsep dan prinsip biologi untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia

g. Meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan.

G. Pengelolaan Kelas

1. Pengertian dan tujuan pengelolaan kelas

Untuk guru biologi, kelas merupakan sejumlah peserta didik yang berkumpul bersama mengikuti proses pembelajaran, tetapi tidak selalu harus di dalam suatu ruangan di lokasi sekolah. Untk melakukan proses pembelajaran bisa digunakan tempat di luar ruangan kelas seperti pekarangan sekolah, lapangan rumput dekat sekolah, kebun sekolah atau rumah kaca dan sebagainya. Ada pun Pengelolaan diartikan sebagai kemampuan atau keteramplan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan dengan pola tertentu. Maka pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar mengajar yang optimal dan mengembalikanya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar (Rustaman et al. 2003)

Dengan kata lain pengelolaan kelas adalah tindakan guru yang melibatkan keterampilan untuk mengembangkan interaksi antar semua unsur dalam kelas, atau upaya dalam mendayagunakan semua potensi kelas, sehingga tujuan dari kegiatan belajar mengajar tercapai optimal. Dengan demikian maka tujuan dari pengelolaan kelas adalah untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi optimal dan lingkungan kelas, sehingga peserta didik dapat memanfaatkan kemampuanya, bakatnya serta energinya pada proses pembelajaran (Rustaman et al. 2003)

Menurut hasil peneletian Herlina (2007), pengelolaan kelas yang baik berhubungan dengan hasil belajar biologi peserta didik. Peningkatan hasil


(37)

belajar sains biologi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya penataan peserta didik dalam kelas, penataan ruang, dan penggunaan alat peraga dalam pengajaran serta penciptaan disiplin kelas, serta ditunjang dengan strategi pembelajaran. pengelolaan kelas merupakan sebuah upaya yang real untuk mewujudkan suatu kondisi proses atau kegiatan belajar mengajar yang efektif. Dengan pengelolaan kelas yang baik diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran di mana proses tersebut memberikan pengaruh positif yang secara langsung menunjang terselenggaranya proses belajar mengajar di kelas.

Sedangkan menurut Nasrun (2001), guru dituntut mampu memilih dan menggunakan media pengajaran sesuai dengan materi yang akan disajikan. Di samping itu, guru juga dituntut mampu menggunakan metode pengajaran secara simultan untuk menghidupkan suasana pengajaran dengan baik. Dengan kata lain, dalam pelaksanaan pengelolaan kelas guru harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan peserta didik memiliki kenyamanan dalam proses belajar mengajar. Penekanan terhadap metode belajar saja kurang dapat menghasilkan peserta didik seperti yang diharapkan. Untuk itu, pengelolaan lingkungan belajar merupakan suatu hal penting yang harus mendapat perhatian berbagai pihak yang memiliki kepentingan terhadap tercapainya tujuan pembelajaran yaitu menciptakan peserta didik yang cerdas dan dapat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Kondisi dan situasi belajar mengajar

Menurut Rustaman et al (2003), Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang baik. Salah satu faktor pendorong berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif adalah penyediaan kondisi yang menguntungkan. Kondisi dalam pengertian disini adalah kondisi fisik dan emosional.

Faktor-faktor yang termasuk dalam kondisi fisik diantaranya adalah penataan kelas sebagai berikut :


(38)

Ruang tempat belajar harus memungkinkan semua peserta didik untuk bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan dan tidak saling mengganggu anatara satu peserta didik dengan peserta didik lainya pada saat melakukan aktivitas belajar. Besarnya ruangan kelas sangat bergatung pada berbagai hal seperti jenis kegiatan dan jumlah peserta didik yang melakukan kegiatan.

b. Pengaturan atau penataan tempat duduk

Tempat duduk peserta didik sebaiknya diatur agar memungkinkan terjadinya tatap muka dengan guru, dengan demikian guru sekaligus dapat mengontrol tingkah laku peserta didik. Beberapa pengaturan tempat duduk misalnya berbaris berbanjar, mengelompok terdiri dari 5-8 orang, setengah lingkaran, dan lingkaran. Biasanya penataan tempat duduk peserta didik disesuaiakan pula dengan jenis kegiatan (praktikum, diskusi kelompok, ceramah, demonstrasi, bermain peran).

c. Ventilsi dan pengaturan cahaya

Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik. Jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan panas matahari dan udara segar masuk. Penataan keindahan, kebersihan kelas, dan ventilasi dilakukan oleh peserta didik secara bergiliran.

d. Pengaturan atau penataan dan penyimpanan perlengkatan kelas

Perlengkapan kelas hendaknya disimpan pada tempat yang khusus sehingga mudah dicapai. Barang yang nilai praktisnya tinggi seperti buku pelajaran, pedoman kurikulum, kartu pribadi dapat disimpan dalam lemari di ruang kelas.

Faktor-faktor yang termasuk dalam kondisi emosional diantaranya: 1) Tipe kepemimpinan guru

Tipe kepemimpinan guru akan mewarnai suasana emosional dalam kelas. Guru yang bersifat otoriter akan menghasilkan peserta didik yang apatis, dan sebaliknya guru yang kurang tegas akan menumbuhkan sikap yang agresif. Tipe kepemimpinan guru yang lebih demokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan peserta didik


(39)

dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu menciptakan iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi proses belajar yang optimal, peserta didik akan belajar secara produktif baik pada saat diawasi guru maupun tanpa diawasi guru.

2) Sikap sabar dan bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku peserta didik dapat diperbaiki merupakan sikap yang baik dalam menghadapi peserta didik. Terimalah peserta didik dengan hangat apabila ia insaf akan kesalahanya. Berlaku adil dan ciptakan kondisi yang menyebabkan peserta didik sadar akan kesalahanya, dan ada dorongan untuk memperbaikinya.

3) Suara guru

Suara guru merupakan suatu faktor yang memiliki pengaruh terhadap proses belajar mengajar. Suara yang pelan, melengking tinggi, dan monoton akan membuat peserta didik mmerasa bosan sehingga tidak memperhatikan pelajaran. Tekanan suara yang bervarisi, jelas, dan sedikit rileks akan mendorong peserta didik untuk memperhatikan pelajaran dan lebih berani mengajukan pertanyaan.

4) Pembinaan

Pembinaan hubungan baik dengan peserta didik akan sangat membantu dalam mengelola kelas, karena akan menciptakan suasana gembira sehingga peserta didik penuh gairah, penuh semangat, bersikap optimis dalam melakukan kegiatan belajar.

H. Pembelajaran Moving Class

Menurut Tim Pengembang moving class SMA 4 Kayuagung (2008), pembelajaran moving class adalah kegiatan pembelajaran dengan peserta didik berpindah sesuai dengan pelajaran yang diikutinya. Pembelajaran dengan moving class merupakan salah satu syarat pelaksanaan Sekolah Kategori Mandiri yang dilaksanakan dengan pendekatan kelas mata pelajaran. Pendekatan ini mensyaratkan agar sekolah menyediakan kelas-kelas untuk kegiatan pembelajaran mata pelajaran tertentu atau untuk rumpun tertentu.


(40)

Strategi ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu: guru memiliki ruang mengajar sendiri yang memungkinkan untuk melakukan penataan sesuai karakteristik mata pelajaran, memungkinkan guru untuk mengoptimalkan sumber-sumber belajar dan media pembelajaran yang dimiliki. Guru berperan secara aktif dalam mengontrol perilaku peserta didik dalam belajar (Tim Pengembang moving class SMA 4 Kayuagung 2008).

Menurut Tim pelaksana program rintisan SKM SMA 9 Yogyakarta (2008), tujuan mendasar dengan diterapkanya moving class antara lain:

1. Menyediakan sumber belajar, alat peraga, sarana belajar sesuai karakteristik pelajaran

2. Meningkatkan kualitas pembelajaran (ada kelas biologi dan pengelolaan kelas)

3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran 4. Meningkatkan disiplin guru dan peserta didik

5. Meningkatkan keterampilan guru dalam memvariasikan metode dan media pembelajaran

6. Meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik a. Kelebihan moving class

Menurut Prabawa (2009), konsep moving class ini memiliki beberapa kelebihan antara lain:

1) Peserta didik akan lebih menyukai suasana ruang kelas yang bervariasi 2) Konsep moving class juga mampu mengatasi keterbatasan ruang kelas

yang sering kali dikeluhkan pengelola sekolah.

3) Moving class juga akan relatif lebih menghemat pengeluaran sekolah, karena setiap ruang kelas tidak perlu membeli peralatan sama. Misalnya, di ruang sejarah cukup dengan alat peraga seperti contoh candi, microscop cukup ada di ruang biologi, tabung reaksi cukup ada di ruang kimia, penggaris, busur besar cukup ada diruang matematika.

Sedangkan menurut Sukarno et.al (2010), kelebihan moving class antara lain bagi peserta didik; lebih fokus pada materi pelajaran,


(41)

suasana kelas yang menyenangkan, dan interaksi peserta didik dengan guru lebih intensif. Bagi guru; mempermudah mengelola pembelajaran, lebih kreatif dan inovetif dalam mendesain kelas, memudahkan guru lebih maksimal dalam menggunakan berbagai media, pemanfaatan waktu belajar lebih efesien, dan lebih mudah mengelola suasana kelas b. Kekurangan moving class

Menurut hasil penelitian Prabawa (2009), masih banyak kendala pada pelaksanaan moving class ini sehingga tidak dapat semua sekolah bisa melakukan pembelajaran dengan moving class, kendala yang banyak dihadapi sekolah dalam moving class diantranya berikut ini.

1) Kendala pada saat pergantian jam pelajaran.

Dalam pergantian jam pelajaran menjadi sebuah kendala, sehingga harus dibuat pengelolaan dalam perpindahan peserta didik, terkait lamanya waktu untuk perpidahan kelas.

2) Kendala dalam ruang belajar.

Terjadi pada perlengkapan media pembelajaran, sehingga sekolah yang akan menerapkan moving class harus melengkapi fasilitas di dalam kelas, sesuai kelas yang dimaksud

3) Kendala yang lain adalah soal administrasi guru yang kurang baik, hal tersebut dapat ditanggulangi dengan cara membuat kelengkapan administrasi guru yang pengawasannya dilakukan oleh kepala sekolah.

11.Strategi Pengelolaan Moving Class

Menurut Tim pelaksana program rintisan SKM (2008), ada lima strategi dalam pelaksanaan moving class. Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian Zesi (2010), Pengelolaan sistem pembelajaran dengan moving class meliputi perpindahan peserta didik, pengelolaan ruang belajar mengajar, pengelolaan pembelajaran, pengelolaan administrasi guru dan peserta didik, pengelolaan remedial dan pengayaan serta pengelolaan penilaian.


(42)

1) Peserta didik berpindah ruang belajar sesuai mata pelajaran yang diikuti berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan

2) Tolerenasi waktu perpindahan antar kelas adalah 5 menit.

3) Peserta didik diberi kebebasan untuk menentukan tempat duduknya sendiri

4) Peserta didik perlu ditegaskan peraturan tentang penggunaan ruang dan tata tertib dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran serta konsekuensinya

5) Bel tanda perpindahan suatu kegiatan pembelajaran dibunyikan pada saat pelajaran kurang 5 menit.

6) Sebelum tersedia loker, peserta didik diperkenankan membawa tas masuk dalam ruang belajar. Kegiatan pembelajaran di Laboratorium dibuat peraturan tersendiri hasil kesepakatan guru dengan laboran 7) Peserta didik diberi toleransi keterlambatan 10 menit, diluar waktu

tersebut peserta didik tidak diperkenankan masuk kelas sebelum melapor kepada guru piket.

8) Keterlambatan berturut-turut lebih dari 3 (tiga) kali diadakan tindakan pembinaan yang dilakukan urusan Kurikulum/Akademik bersama dengan Guru Pembimbing.

b. Pengelolaan ruang belajar-mengajar

1) Guru diperkenankan untuk mengatur ruang belajar sesuai karakteristik mata pelajaran/rumpun mata pelajaran.

2) Ruang belajar setidak-tidaknya memiliki sarana dan media pembelajaran yang sesuai, jadwal mengajar guru, tata tertib peserta didik dan faftar inventaris yang ditempel di dinding.

3) Tiap rumpun mata pelajaran diupayakan dilengkapi dengan prasarana multimedia. penggunaan prasarana diatur oleh penanggung jawab Rumpun Mata Pelajaran

4) Guru bertanggungjawab terhadap ruang belajar yang ditempatinya. c. Pengelolaan Administrasi Guru dan Peserta didik


(43)

2) Guru membuat catatan-catatan tentang kejadian-kejadian di kelas berdasarkan format yang telah disediakan

3) Guru mengisi laporan kemajuan belajar peserta didik, absensi peserta didik, keterlambatan peserta didik dan membuat rekapitulasi.

4) Guru membuat laporan terhadap hal-hal khusus yang memerlukan penanganan kepada Urusan Kurikulum/Akademik

5) Guru membuat jadwal topik/materi yang diajarkan dan diinformasikan kepada peserta didik.

d. Pengelolaan Program Remedial dan Pengayaan

1) Remedial dan pengayaan dilaksanakan diluar jam kegiatan tatap muka dan praktik.

2) Remedial dan pengayaan dapat dilaksanakan secara team teaching, dimana kolaboran dapat menjadi guru utama pada materi tertentu 3) Kegiatan remedial dan pengayaan dapat menggunakan waktu dalam

kegiatan pembelajaran Tugas Terstruktur (25 menit) maupun Tugas Mandiri Tidak Terstruktur ( 25 menit )

4) Remedial dan pengayaan dapat dilaksanakan dalam waktu berbeda maupun secara bersamaan jika memungkinkan, misal : guru utama memberi pengayaan, sedangkan kolaboran memberi remedial.

5) Remedial dan pengayaan dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan hasil analisis postest , ulangan harian dan ulangan tengah semester.

e. Pengelolaan Penilaian

1) Penilaian dilakukan untuk mengukur proses dan produk hasil pembelajaran

2) Penilaian proses dilakukan setiap saat untuk menilai kemajuan belajar peserta didik, sedangkan penilaian produk/hasil belajar dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester maupun ulangan akhir semester.


(44)

3) Penilaian meliputi aspek pengetahuan/kognitif, praktik/psikomotor dan sikap/ afektif yang disesuaikan dengan peraturan yang telah ditetapkan serta mengacu pada karakteristik mata pelajaran

4) Hasil penilaian dimasukkan sesuai dengan format yang telah disediakan dalam bentuk file exel yang kemudian diserahkan kepada Urusan Kurikulum/ Akademik

5) Tidak diadakan remedial untuk ujian/ulangan semester. Remedial dilakukan sesuai dengan ketentuan pengelolaan remedial dan pengayaan.

6) Guru mata pelajaran bertanggungjawab dan memiliki kewenangan penuh terhadap hasil penilaian terhadap mata pelajaran yang diampunya. Segala perubahan terhadap hasil penilaian hanya dapat dilakukan oleh guru yang bersangkutan.

I. Kepuasan peserta didik dan guru terhadap penerapan Moving class Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepuasan adalah kesenangan atau kelegaan. Kepuasan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan peserta didik dan guru terhadap penerapan moving class pada pembelajaran biologi. Guru dan peserta didik dikatakan puas terhadap penerapan moving class jika mereka memberikan tanggapan positif terhadap moving class meliputi tujuan dan kelebihan moving class. Untuk mengukur kepuasan peserta didik dan guru, peneliti menggunakan instrument lembar angket dan pedoman wawancara. Dengan lembar angket dapat diketahui tingkat kepuasan guru dan peserta didik yaitu sangat puas, puas, cukup puas, dan tidak puas.


(45)

33 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA 1 Slawi pada tanggal 18 mei s.d. 28 mei 2011 dan 15 juli 2011.

B. Subjek dan Objek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X.1, XI NS.5, XI NS.3, dan XI NS.7; dua guru biologi SMA 1 Slawi. Jumlah guru biologi di SMA 1 Slawi ada 5 tetapi peneliti mengambil data hanya 2 guru. Hal ini disebabkan 1 guru diantaranya sedang sakit dan 2 yang lain sudah selesai mengajar. Objek dalam penelitian ini adalah 3 kelas biologi yaitu R.108, R.115, dan R.120; peserta didik; proses pembelajaran biologi di ketiga kelas tersebut.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Model yang digunakan adalah CIPP evaluation model.. Model ini memandang program yang dievaluasi sebagai sistem jadi yang dievaluasi adalah komponen-komponen programnya yaitu evaluasi konteks, masukan, proses, dan produk (Arikunto & Cepi 2009).

1. Evaluasi konteks

Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang belum terpenuhi, dan tujuan proyek. Pada tahap ini meliputi :

a. Bagaimana keadaan kelas biologi?

b. Apa sajakah kebutuhan yang belum dipenuhi dalam pembelajaran? c. Apa sajakah tujuan penerapan moving class pada pembelajaran biologi

yang belum dan sudah tercapai? 2. Evaluasi masukan

Maksud dari tahap ini adalah kemampuan awal peserta didik dan sekolah dalam menunjang pelaksanaan program (Arikunto & Cepi 2009).


(46)

Sedangkan menurut Widoyoko (2009), komponen evaluasi masukan meliputi sumber daya manusia, sarana dan peralatan pendukung, berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan. Tahap penelitian ini meliputi : a. Bagaimanakah kelangkapan sarana dan prasaranan di kelas biologi? b. Efektifkah strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan penerapan

moving class pada pembelajaran biologi? 3. Evaluasi proses

Menurut Widoyoko (2009), evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki.

Tahap penelitian ini meliputi :

a. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan moving class? b. Kendala-kendala apakah yang dialami guru dan peserta didik dalam

pelaksanaan pembelajaran dengan moving class? 4. Evaluasi produk atau hasil

Evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada tahap ini akan meneliti apakah tujuan moving class sudah tercapai? D. Prosedur Penelitian

Menurut Moleong (2007), prosedur dalam penelitian kualitatif secara umum adalah

1. Tahap pra-lapangan

Yang dilakukan peneliti pada tahap ini antara lain: a. Menyusun rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan model CIPP evaluation model b. Memilih lapangan penelitian


(47)

Penelitian ini dilakukan di SMA 1 Slawi c. Menyiapkan perlengkapan penelitian

Perlengkapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah instrumen yang digunakan yaitu :

Tabel 1 Data, Sumber data, instrument, dan variabel

Evaluasi Data Sumber data Instrumen Variabel Konteks a. Identifikasi sarana prasarana

b. Desain kelas

Kelas biologi a. Lembar identifikasi sarana dan prasarana kelas biologi b. Dokumentasi sarana dan prasarana moving class

Input Strategi pengelolaan moving class

a. Perpindahan peserta didik

b. Administrasi guru dan peserta didik

c. Remedial dan pengayaan d. Penilaian Wakasek kurikulum Guru biologi peserta didik  Wawancara wakil kepala sekolah dan guru biologi  Lembar observasi perpindahan peserta didik  Dokumentasi Pelaksanaa proses pembelajaran biologi dengan moving class

Proses Pelaksanaan pembelajaran 1. Pengelolaan kelas

a. Pemilihan media b. Pemilihan metode c. Kondisi yang

mendukung (fisik dan emosional) Guru biologi Peserta didik  Lembar observasi pengelolaan kelas  Dokumentasi  Wawancara guru biologi

Produk Tujuan moving class Guru biologi Peserta didik  Lembar angket minat peserta didik, kepuasan peserta didik dan kepuasan guru  Wawancara guru biologi dan peserta didik  Dokumentasi  Lembar observasi pencapaian tujuan moving class

Kepuasan peserta didik dan guru


(48)

2. Tahap pekerjaan lapangan

Yaitu tahap pelaksanaan penelitian. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data menggunakan instrumen yang telah dibuat.

3. Tahap analisis data

Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Menurut Arikunto & Cepi (2009), tahapan analisis data secara kualitatif meliputi :

a. Reduksi data

Pada tahap ini peneliti memilih dan memilah data yang sudah terkumpul sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Display data

Data yang diperoleh dikategorikan menurut pokok permasalahan dan dibuat dalam matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu sama lain.

c. Menafsirkan data

Menggunakan analisis konten. Pada model ini yang dilakukan adalah menemukan simbol/kode yang digunakan, klarifikasi simbol/kode tersebut, dan memprediksi atau menafsirkan data yang diperoleh.

d. Menyimpulkan dan verifikasi

Data yang telah ditafsirkan kemudian disimpulkan. Untuk mengecek kebenaran dari apa yang telah peneliti tafsir dan simpulkan maka dilakukan verifikasi.

e. Meningkatkan keabsahan hasil

Ada beberapa prinsip utama dalam meningkatkan keabsahan hasil yaitu : 1) Kredibilitas

Peneliti melakukan pengamatan secara terus-menerus, melakukan triangulasi (triangulasi metode), melibatkan para pakar penelitian untuk memberikan masukan atas hasil penelitian (dosen pembimbing), dan mengecek data yang diperoleh.


(49)

Rekomendasi yang dihasilkan dapat diaplikasikan oleh lembaga pemakai. Hasilnya dapat bernilai tinggi jika menggambarkan dan memberikan pemahaman yang jelas mengenai fokus evaluasi.

3) Dependabilitas dan conformabilitas

Berkomunikasi dengan pakar mengenai permasalahan pelaksanaan penelitian yang berkaitan dengan data yang harus dikumpulkan. Dalam penelitian ini pakar yang berperan adalah dosen pembimbing. 4) Narasi hasil analisis


(50)

Prosedur Penelitian

Ganbar. 1 Diagram prosedur penelitian

Reduksi data Data terkumpul

Menyimpulkan dan verifikasi

Analisis konten

Display data

Data jenuh

Narasi hasil

Pengambilan data

Tahap pra lapangan

(rancangan penelitian, tempat penelitian, membuat instrumen)

Tahap pekerjaan lapangan

(pengambilan data)


(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi dan Analisis data

1. Sarana dan Prasarana Kelas Biologi a. Identifikasi Sarana dan Prasarana

Jumlah kelas biologi di SMA 1 Slawi ada 3 yaitu R.108, R.115, dan R.120. Kelengkapan sarana dan prasarana kelas biologi di SMA 1 Slawi dapat diketahui pada tabel di bawah ini :

Tabel 2 Sarana dan prasarana kelas R.108, R.115, dan R.120

Kelas Sarana dan prasarana Keterangan

R.108 LCD AC Sound system White board Komputer 1 (Baik) 1 (Baik) 2 (Baik) 1 (Baik) 1 (Baik) R.115

Torso Anatomi tubuh manusia Alat peraga

a. Anatomi kulit manusia

b. Anatomi gigi dan lidah manusia c. Anatomi ginjal dan hati d. Anatomi mata manusia e. Struktur rongga dada dan perut f. Struktur saraf tepi manusia g. Sistem peredaran darah h. Anatomi alat ekskresi Media gambar

a. Sistem pernafasan manusia b. Pembuluh darah

c. Anatomi kulit dan kuku manusia d. Anatomi ginjal manusia

e. Susunan saraf belakang

f. Anatomi binatang memamah biak g. Struktur mulut dan bagianya h. Kelenjar mulut

4 (Baik) 1(Baik) 1(Baik) 1(Baik) 1(Baik) 1(Baik) 1(Baik) 1(Baik) 2(Baik) 1(Baik) 1(Baik) 1(Baik) 1(Baik) 1(Baik) 1(Baik) 1(Baik) 1(Baik) R.120

Media gambar, antara lain: a. Organ tubuh b. Sistem saraf otonom c. Sistem peredaran darah d. Anatomi ayam

e. Anatomi kuda f. Anatomi sapi

g. Struktur kerangka manusia h. Anatomi otot manusia i. Struktur otak manusia Sound White board 1 (Baik) 1 (Baik) 1 (Baik) 1 (Baik) 1 (Baik) 1 (Baik) 1 (Baik) 1 (Baik) 1 (Baik) 2 (Baik) 1 (Baik)


(52)

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana di kelas R.108, R.115, dan R.120 dalam keadaan baik. Di kelas R.108 belum menyediakan media pembelajaran dan alat peraga untuk mendukung pembelajara biologi. Di kelas R.115 sudah tersedia media pembelajaran dan alat peraga yang cukup beragam dan mendukung pelaksanaan pembelajaran biologi untuk materi sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem saraf, sistem peredaran darah, sistem gerak manusia, dan sistem regulasi. Kelas R.120 sudah tersedia media pembelajaran biologi yang cukup beragam yaitu untuk pembelajaran biologi materi sistem saraf dan sistem gerak manusia.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa kelas R.108, R.115, dan R.120 tidak hanya digunakan untuk pelaksanaan pembelajaran biologi tetapi juga mata pelajaran lain. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3 Data penggunaan kelas R.108, R.115, dan R.120

R.108 R.115 R.120 Matematika

Sosiologi

Bahasa indonesia Bahasa inggris Bahasa jawa Biologi kelas XI

Biologi kelas X, XI Bahasa jawa Kimia Agama

Biologi kelas X, XII Pkn

Bahasa indonesia Agama

Kimia

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa media pembelajaran dan alat peraga biologi yang perlu disediakan di kelas R.108 meliputi materi biologi yang akan diajarkan yaitu materi biologi kelas XI. Sedangkan kelas R.115 perlu ditambah media pembelajaran dan alat peraga biologi yang mendukung pembelajaran kelas X karena sebagian besar alat peraga dan media pembelajaran yang tersedia hanya mendukung pembelajaran biologi kelas XI. Sementara media dan alat peraga di kelas R.120 perlu ditambah agar mendukung pembelajaran biologi kelas X dan kelas XII. Kelas R.108 perlu dilengkapi dengan media pembelajaran sistem pencernaan manusia, otot manusia, torso, bagian-bagian sel hewan atau tumbuhan, dan lain sebagainya dapat ditambahkan di kelas tersebut. Di kelas R.115 perlu dilengkapi dengan LCD, komputer, dan media pembelajaran serta alat peraga yang mendukung materi pembelajaran kelas X dan XI.


(53)

Sedangkan kelas R.120 perlu dilengkapi dengan alat peraga biologi, LCD, dan komputer. Media pembelajaran juga sebaiknya ditambah media gambar struktur DNA dan struktur RNA karena kelas R.120 juga digunakan untuk pembelajaran biologi kelas XII.

Di SMA 1 Slawi sudah tersedia tiga kelas yang nantinya khusus digunakan untuk pembelajaran biologi. Kelas R.108 digunakan untuk pembelajaran biologi kelas XI. Media dan alat peraga belum tersedia di kelas tersebut jadi guru belum bisa memanfaatkan media dan alat peraga dalam pembelajaran biologi. Tetapi di kelas tersebut sudah tersedia LCD dan komputer sehingga sementara sekolah belum menyediakan media dan alat peraga, guru dapat menggantinya dengan menayangkan media pembelajaran melalui LCD. Guru dapat menampilkan media berupa gambar 2 atau 3 dimensi bahkan guru dapat menayangkan video pem belajaran.

Kelas R.115 sudah tersedia media dan alat peraga yang cukup beragam. Kelas ini digunakan untuk pembelajaran biologi kelas X dan XI. Berdasarkan hasil identifikasi, media dan alat peraga yang tersedia sebagian besar mendukung pembelajaran biologi kelas XI yaitu untuk materi sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem saraf, sistem peredaran darah, sistem gerak manusia, dan sistem regulasi. Dari 8 materi yang diajarkan di kelas XI, 6 bab diantaranya dapat diajarkan dengan memanfaatkan media pembelajaran tersebut. Media pembelajaran dan alat peraga untuk mendukung pembelajaran kelas X memang belum tersedia di kelas ini tetapi guru dapat menggunakan alternatif yang lain. Guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah untuk belajar mengenai pencemaran lingkungan. Hal ini mungkin dilakukan karena letak SMA 1 Slawi yang berdekatan dengan pasar dan pabrik teh. Guru dapat juga menggunakan metode penugasan untuk materi keanekaragaman makhluk hidup. Peserta didik dapat mengeksplornya melalui internet karena sekolah menyediakan wifi. Jadi, walaupun kelas tersebut belum tersedia media dan alat peraga untuk mendukung pembelajaran kelas X tetapi dapat teratasi dengan pemanfaatan lingkungan sekolah dan pemanfaatan wifi sekolah.


(54)

Kelas R.120 digunakan untuk pembelajaran biologi kelas X dan XII. Di kelas tersebut belum tersedia alat peraga, LCD, dan komputer tetapi sudah tersedia beberapa media pembelajaran yang mendukung untuk materi sistem saraf dan sistem gerak manusia. Meskipun belum lengkap, tetapi hal ini dapat diatasi dengan pemanfaatan wifi sekolah sebagai alah satu sumber belajar. Peserta didik dapat mengeksplor mengenai materi yang akan diajarkan yaitu struktur RNA dan DNA, bukti evolusi, serta produk-produk bioteknologi kemudian dilakukan diskusi yang didukung oleh media pembelajaran yang dibawa oleh peserta didik. Untuk materi kelas X dapat diatasi seperti pada kelas R.115 yaitu memanfaatkan wifi dan memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah.

b. Desain Kelas

Gambar. 2 Desain kelas tradisional

Berdasarkan gambar 2 dapat diketahui bahwa desain kelas yang dibuat guru dalam pelaksanaan pembelajaran biologi di SMA 1 Slawi adalah desain tradisional (Sukarno et al. 2010). Selain desain tradisional, guru juga mendesain kelas secara berkelompok. Selain desain kelas tradisional dan berkelompok, guru juga dapat memvariasikan desain kelas agar peserta didik tidak merasa bosan di kelas. Desain lain yang dapat digunakan oleh guru antara lain bentuk U, bentuk konferensi, bentuk lingkaran atau setengah lingkaran.


(55)

2. Pelaksanaan pembelajaran biologi a. Pengelolaan kelas

Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru pada pembelajaran biologi antara lain guru menyediakan kondisi fisik dan emosional yang baik, pemilihan media serta metode pembelajaran dengan tepat. Hasil observasi mengenai pengelolaan kelas, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4 Hasil observasi pengelolaan kelas

No. Aspek yang diamati Ya Tidak Catatan 1. kondisi fisik

a. Ruang tempat belajar harus memungkinkan semua peserta didik untuk bergerak leluasa b. Tempat duduk peserta didik

sebaiknya diatur agar

memungkinkan terjadinya tatap muka dengan guru

c. Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik

d. Jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan panas matahari dan udara segar masuk

e. Perlengkapan kelas hendaknya disimpan pada tempat yang khusus sehingga mudah dicapai

f. Barang yang nilai praktisnya tinggi seperti buku pelajaran disimpan dalam lemari di ruang kelas.

V V V V V V

ada peserta didik yg duduk berkelompok

Belum ada tempat khusus Buku di meja, dibawa peserta didik

2. kondisi emosional

a. Tipe kepemimpinan guru

b. Sikap sabar dan bersahabat dengan peserta didik

c. Tekanan suara guru bervarisi, jelas, dan sedikit rileks

d. Pembinaan hubungan baik dengan peserta didik

V V V

Demokratis

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa guru sudah menyediakan kondisi fisik dan emosional yang baik tetapi masih ada beberapa yang perlu


(1)

Gambar.5 Guru menayangkan video sistem reproduksi


(2)

Gambar.7 Media pembelajaran di kelas R.120


(3)

Gambar.9 Kegiatan pembelajaran biologi di kelas R.115


(4)

131 Lampiran 32


(5)

132 Lampiran 33


(6)

133 Lampiran 34