3. Model Evaluasi Program Pendidikan
Menurut Arikunto Cepi 2009, dalam ilmu evaluasi program pendidikan, ada model yang bisa digunakan untuk mengevaluasi suatu
program. Adapun beberapa model yang banyak dikenal dan digunakan antara lain :
a. Goal oriented evaluation model
Yang menjadi objek dalam model ini adalah tujuan program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan
secara berkesinambungan, terus-menerus, mencek seberapa jauh tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan program. Model
ini dikembangkan oleh Tyler. Sedangkan menurut Tayibnapis 2000 pendekatan ini memakai tujuan program sebagai kriteria untuk
menentukan keberhasilan. Evaluator mencoba mengukur sampai dimana pencapaian tujuan telah dicapai.
b. Goal free evaluation model
Model yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini tidak perlu memperhatikan tujuan program melainkan kerjanya program. Caranya
dengan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal- hal positif yaitu yang diharapkan maupun hal-hal negative yang
sebetulnya memang tidak diharapkan. Alasan mengapa tujuan program tidak perlu diperhatikan karena
ada kemungkinan evaluator terlalu merinci tiap-tiap tujuan khusus. Jika masing-masing tujuan khusus tercapai, artinya terpenuhi dalam
penampilan, tetapi evaluator lupa memperhatikan seberapa jauh masing-masing penampilan tersebut mendukung penampilan akhir yang
diharapkan oleh tujuan umum maka akibatnya jumlah penampilan khusus ini tidak banyak manfaatnya.
Dari uraian di atas jelas bahwa yang dimaksud dengan evaluasi lepas dari tujuan dalam model ini bukanya lepas dari tujuan, tetapi
hanya lepas dari tujuan khusus. Model ini hanya mempertimbangkan
tujuan umum yang akan dicapai oleh program, bukan secara rinci perkomponen.
c. Formatif-sumatif evaluation model
Model yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini menunjuk adanya tahapan dan lingkup objek evaluasi, yaitu evaluasi yang
dilakukan pada waktu program masih berjalan evaluasi formatif dan ketika program sudah selesai evaluasi sumatif.
Tujuan evaluasi formatif adalah mengetahui seberapa jauh program yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikasi
hambatan. Dengan diketahuinya hambatan dan hal-hal yang menyebabkan program tidak lancar, pengambilan keputusan sejak dini
dapat mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran pencapaian tujuan program.
Tujuan dari evaluasi sumatif adalah mengukur ketercapaian program. Fungsi evaluasi sumatif adalah untuk mengetahui posisi atau
kedudukan individu di dalam kelompoknya. Mengingat bahwa objek sasaran dan waktu pelaksanaan berbeda antara evaluasi formatif dan
sumatif maka lingkup sasaran yang dievaluasi juga berbeda. d.
Countenance evaluation model Model Stake menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal
pokok yaitu deskripsi dan pertimbangan serta membedakan adanya tiga tahap dalam evaluasi program yaitu anteseden yang diartikan sebagai
konteks, transaksi yang diartikan sebagai proses, keluaran yang diartikan sebagai hasil.
Deskripsi menyangkut dua hal yang menunjukan posisi sesuatu yang menjadi sasaran evaluasi yaitu apa maksudtujuan yang
diharapkan oleh program, dan pengamatanakibat, atau apa yang sesungguhnya terjadi atau apa yang betul-betul terjadi. Selanjutnya
evaluator menuju ke langkah pertimbangan, yang dalam langkah tersebut mengacu pada standar.
Menurut Stake, ketika evaluator tengah mempertimbangkan program pendidikan, mereka mau tidak mau harus melakukan dua
perbandingan, yaitu membandingkan kondisi hasil evaluasi program tertentu dengan yang terjadi di program lain dengan objek sasaran yang
sama, dan membandingkan kondisi hasil pelaksanaan program dengan standar yang diperuntukan program yang bersangkutan, didasarkan
pada tujuan yang akan dicapai. e.
CSE-UCLA evaluasi model CSE merupakan singkatan dari center for the study of
evaluation, sedangkan UCLA merupakan singkatan dari university of California in Los Angeles. Ciri dari model ini adalah lima tahap yang
dilakukan dalam evaluasi yaitu perencanaan, pengembangan,
implementasi, hasil, dan dampak. Fernandes memberi penjelasan tentang model ini menjadi empat tahap yaitu :
1 Needs assessment
Pada tahap ini evaluator memusatkan perhatian pada penentuan masalah.
2 Program planning
Dalam tahap ini program PBM dievaluasi dengan cermat untuk mengetahui
apakah rencana
pembelajaran telah
disusun berdasarkan hasil analisis kebutuhan. Evaluasi tahap ini tidak lepas
dari tujuan yang telah dirumuskan. 3
Formative evaluation Pada
tahap ini
evaluator memusatkan
perhatian pada
keterlaksanaan program. 4
Summative evaluation Pada tahap ini evaluator mengumpulkan semua data tentang hasil
dan dampak dari program. Melalui tahap ini diharapkan dapat diketahui apakah tujuan yang dirumuskan untuk program sudah
tercapai, dan jika belum dicari bagian mana yang belum dan apa penyebabnya.
f. CIPP evaluation model
Model evaluasi yang dikembangkan oleh Sttuflebeam dkk ini paling banyak digunakan oleh para evaluator. CIPP yang merupakan
singkatan dari huruf awal empat buah kata yaitu: Context evaluation : evaluasi terhadap konteks
Input evaluation : evaluasi terhadap masukan
Process evaluation : evaluasi terhadap proses Product evaluation : evaluasi terhadap hasil
Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah
program kegiatan. Dengan kata lain, model CIPP adalah model evaluasi yang memandang program evaluasi sebagai sebuah sistem. Dengan
demikian, jika tim evaluator sudah menentukan model CIPP sebagai model yang akan digunakan untuk mengevaluasi program yang
ditugaskan maka mau tidak mau mereka harus menganalisis program tersebut berdasarkan komponen-komponenya.
1 Evaluasi konteks
Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang belum terpenuhi, dan tujuan proyek.
2 Evaluasi masukan
Maksud dari tahap ini adalah kemampuan awal peserta didik dan sekolah dalam menunjang pelaksanaan program Arikunto Cepi
2009. Sedangkan menurut Widoyoko 2009, komponen evaluasi masukan meliputi sumber daya manusia, sarana dan peralatan
pendukung, berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan. 3
Evaluasi proses Menurut Widoyoko 2009, evaluasi proses digunakan
untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan
informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses meliputi koleksi data
penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses bertujuan
untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki.
4 Evaluasi produk atau hasil
Evaluasi produk digunakan untuk membantu membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai
maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan. Evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengukur
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. g.
Discrepancy model Model yang dikembangkan oleh Malcolm Provus ini menekankan pada
pandangan adanya kesenjangan di dalam pelaksanaan program. Evaluasi program yang dilakukan oleh evaluator mengukur besarnya
kesenjangan yang ada di setiap komponen jadi dalam model ini mengukur adanya perbedaan antara yang seharusnya dicapai dengan
yang sudah riil dicapai.
4. Ketepatan penentuan model evaluasi