Berdasarkan pendapat tersebut, faktor-faktor dari luar diri siswa faktor ekstern yang mempengaruhi belajar meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah dan
faktor masyarakat. Ketiga faktor tersebut merupakan tempat di mana seorang siswa tumbuh kembang dan berinteraksi sosial. Dengan demikian, ketiga faktor
tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membentuk kepribadian serta perubahan tingkah laku siswa.
2.1.4. Kualitas Pembelajaran
Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu Wikipedia. Mendengar istilah kualitas, pemikiran tertuju pada suatu
benda atau keadaan yang baik. Kualitas lebih mengarah pada sesuatu yang baik Glaser dalam Uno, 2011:153. Sedangkan pembelajaran menurut Uno, 2012:
143-145 adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan professional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.
Agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan luaran yang baik pula, maka perbaikan perlu diadakan pada pengelolaan proses
pembelajaran. Sebuah pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang efektif.
Pembelajaran yang efektif ditandai dengan berlangsungnya proses belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila dalam
dirinya terjadi perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dan sebagainya. Oleh karena itu, agar kemampuan siswa dapat
dikontrol dan berkembang semaksimal mungkin dalam proses belajar di kelas maka program pembelajaran tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh para
guru dengan memperhatikan berbagai prinsip-prinsip pembelajaran yang telah diuji keunggulannya.
Dalam Depdiknas 2004:7 indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari perilaku
pembelajaran dosen atau pendidik guru, perilaku dan dampak belajar siswa, iklim pembelajaran, materi
pembelajaran,
media pembelajaran,
masing-masing indikator tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1
perilaku pembelajaran guru, perilaku pembelajaran guru dapat dilihat dari kinerjanya sebagai berikut, antara lain:
membangun sikap positif siswa terhadap belajar dan profesi, menguasai disiplin ilmu, guru perlu memahami keunikan
siswa, menguasai pengelolaan pembelajaran yang mendidik, dan mengembangkan kepribadian dan keprofesionalan; 2
perilaku dan dampak belajar siswa, perilaku dan dampak belajar siswa dapat dapat dilihat kompetensi sebagai berikut,
antara lain: memiliki persepsi dan sikap positif terhadap belajar,
mau dan
mampu mendapatkan
dan mengintegrasikan pengetahuan serta membangun sikapnya,
mampu dan mau memperluas serta memperdalam pengetahuan dan ketrampilan serta memantapkan sikapnya,
mau dan mampu menerapkan pengetahuan, ketrampilan dan sikapnya secara bermakna; 3 iklim pembelajaran, iklim
pembelajaran mencakup: suasana yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan pembelajaran yang
menarik, perwujudan nilai dan semangat ketauladanan, suasana sekolahan yang kondusif, 4 materi pembelajaran,
materi pembelajaran yang berkualitas tampak dari: kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, ada keseimbangan
antara keluasan dan kedalaman materi dengan waktu yang tersedia, materi pembelajaran sistematis dan kontekstual,
dapat mengakomodasi partisipasi aktif siswa, dapat menarik manfaat yang optimal, dan materi pembelajaran memenuhi
kriteria filosofis, profesional, psiko-pedagogis dan praktis, 5 kualitas media pembelajaran, kualitas media
pembelajaran tampak dari: dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna, mampu memfasilitasi proses
interaksi antara siswa dengan guru, media pembelajaran dapat memperkayapengalaman belajara siswa, mampu
mengubah suasana belajar dari siswa pasif menjadi aktif dan mencari informasi melalui informasi melalui berbagai
sumber belajar yang ada, 6 sistem pembelajaran di sekolah, sistem pembelajaran di sekolah mampu menunjukkan
kualitasnya jika: sekolah dapat menonjolkan ciri khas keunggulannya, memiliki perencanaan yang matang dalam
bentuk rencana strategis dan rencana operasional sekolah, ada semangat perubahan yang dicanangkan dalam visi dan
misi sekolah, pengendalian dan penjaminan mutu.
Dalam penelitian ini, yang dimaskud dengan kualitas pembelajaran ialah tingkat keberhasilan pembelajaran PKn pada KD 3.1 yaitu mendeskripsikan
pengertian organisasi, KD 3.2 yaitu menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat, KD 3.3 yaitu menampilkan peran serta dalam memlih
organisasi di sekolah, dan KD 4.1 yaitu mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama., melalui model Structured Numbered Heads dengan media audio visual
pada siswa kelas V SDN Tambakaji 05 Semarang yang indikatornya meliputi: 1 keterampilan guru, 2 aktivitas siswa, dan 3 hasil belajar siswa.
2.1.4.1.Keterampilan Guru
Keterampilan guru diintegrasikan dalam keterampilan dasar mengajar. Menurut hasil penelitian Turney dalam Solihatin, 2012: 56-73, terdapat 8
keterampilan dasar mengajar yang dianggap sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kedelapan keterampilan tersebut adalah sebagai
berikut. 1.
Keterampilan Bertanya Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai oleh guru dosen karena
hampir pada setiap kegiatan belajar mengajar guru mengajukan pertanyaan,
dan kualitas pertanyaan guru akan menentukan kaulitas jawaban murid. Keterampilan bertanya dibagi menjadi 2 yaitu keterampilan bertanya dasar,
dengan komponen-komponen: a pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat; b pemberian acuan; c pemusatan perhatian; d penyebaran
pertanyaan: ke seluruh kelas, ke siswa tertentu, meminta siswa lain menanggapi jawaban temannya; e pemindahan giliran; f pemberian waktu
berpikir; g pemberian tunuttan dengan cara: mengungkapkan pertayaan dengan cara lain, menyederhanakan pertanyaan, dan mengulangi penjelasan
sebelumnya dan keterampilan bertanya lanjut, yang terdiri dari komponen: a mengubah tuntutan kognitif dalam menjawab pertanyaan, yaitu dari tingkatan
yang paling rendah mengingat ke tingkat yang lebih tinggi seperti memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi; b
pengaturan urutan pertanyaan yang paling sederhana diikuti dengan yang agak kompleks, sampai pada pertanyaan yang paling kompleks; c
penggunaan pertanyaan pelacak dengan berbagai teknik seperti: klarifikasi, meminta siswa memberi alasan atas jawabannya, meminta kesepakatan
pandangan dari siswa lain, meminta ketepatan jawaban, meminta jawaban yang lebih relevan, meminta contoh, meminta jawaban yang lebih kompleks;
d peningkatan terjadinya interaksi, dengan cara meminta siswa lain memberi jawaban atas pertanyaan yang sama.
2. Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan adala respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Seorang guru dosen perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan karena penguatan merupakan dorongan bagi siswamahasiswa untuk
meningkatkan penampilannya, serta dapat meningkatkan perhatian. Penguatan dapat diberikan dalam bentuk verbal dan nonverbal. Penguatan
verbal dapat berupa kata- katakalimat pujian, seperti “bagus”, “tepat sekali”,
atau “saya puas akan pekerjaanmu”. Sedangkan penguatan nonverbal, yaitu berupa: a gerak mendekati; b mimik dan gerak badan; c sentuhan; d
kegiatan yang menyenangkan; serta e token simbol atau benda kecil lain. 3.
Keterampilan Mengadakan Variasi Variasi dalam kegiatan belajar mengajar adalah perubahan dalam proses
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi para siswamahasiswa, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Variasi dalam kegiatan belajar
mengajar dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu variasi dalam gaya belajar, yang dapat dilakukan dengan cara seperti: a variasi suara rendah; b
memusatkan perhatian; c membuat kesenyapan sejanak, d mengadakan kontak pandang; e variasi gerak badan dan mimik; dan f mengubah posisi,
variasi dalam penggunaan media dan bahan pelajaran yang meliputi: a variasi alat dan bahan yang dapat dilihat; b variasi alat dan bahan yang dapat
didengar; c variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi, dan variasi dalam pola interaksi dan kegiatan dapat berupa: klasikal, kelompok,
dan perorangan sesuai dengan keperluan, sedangkan variasi kegiatan dapat berupa mendengarkan informsai,menelaah materi, diskusi, latihan, atau
demonstrasi.
4. Keterampilan Menjelaskan
Dalam kaitan dengan kegiatan belajar mengajar, atau pelatihan, menjelaskan berarti mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan
yang terencana secara sistematis, sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh siswa mahasiswa. Kegiatan menjelaskan bertujuan untuk: a
membimbing siswamahasiswa memahami berbagai konsep, hukum, prinsip, atau prosedur, b membimbing siswamahasiswa menjawab pertanyaan
“mengapa” secara nalar, c melibatkan siswamahasiswa untuk berfikir, d mendapatkan balikan mengenai pemahaman siswamahasiswa, serta e
menolong siswamahasiswa menghayati berbagai proses penalaran. Dalam menerapkan keterampilan menjelaskan, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut: a penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, atau akhir pelajaran sesuai dengan keperluan, b penjelasan harus relevan dengan
tujuan, c materi yang dijelaskan harus bermakna, d penjelasan yang diberikan sesuai dengan kemampuan dan latar belakang siswamahasiswa.
5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka pelajaran adalah sesuatu yang diperhatikan oleh gurudosen untuk menciptakan suasana siap mental dan penuh perhatian pada diri
siswamahasiswa. Sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran.
Tujuan membuka dan menutup pelajaran adalah: a membangkitkan motivasi dan perhatian, b membuat siswamahasiswa memahami batas
tugasnya, c membantu siswamahasiswa memahami hubungan berbagai
materi yang disajikan, d membantu siswamahasiswa mengetahui tingkat keberhasilannya
Komponen-komponen keterampilan membuka pelajaran, mencakup: a menarik perhatian siswamahasiswa dengan berbagai cara, b menimbulkan
motivasi dengan: kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, dan memperhatikan minat
siswamahasiswa, c memberikan acuan dengan cara: mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas; menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan;
mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas; dan mengajukan pertanyaan, d membuat kaitan, dengan cara: mengajukan pertanyaan
apersepsi atau merangkum pelajaran yang lalu Sedangkan komponen menutup pelajaran, mencakup: a meninjau
kembali, dengan cara merangkum atau membuat ringkasan, b mengadakan evaluasi penguasaan siswamahasiswa, dengan meminta mereka:
mendemonstrasikan keterampilan; menerapkan ide baru pada situasi lain; mengekspresikan pendapat sendiri; dan memberikan soal-soal tertulis, c
memberikan tindak lanjut, yang dapat berupa pekerjaan rumah, merancang sesuatu, atau berkunjung ke suatu tempat.
6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar mengajar yang penggunaannya cukup sering diperlukan. Komponen
keterampilan yang perlu dimiliki oleh pimpinan diskusi kelompok kecil adalah: a memusatkan perhatian, yang dapat dilakukan dengan cara:
merumuskan tujuan diskusi secara jelas; merumuskan kembali masalah, jika terjadi penyimpangan, menandai hal-hal yang tidak relevan jika terjadi
penyimpangan, serta merangkum hasil pembicaraan pada saat-saat tertentu, b memperjelas masalah atau pemberian pendapat, dengan cara:
menguraikan kembali atau mernagkum pemberian pendapat peserta, mengajukan pertanyaan pada anggota kelompok tentang pendapat anggota
lain, atau menguraikan gagasan anggota kelompok dengan tambahan informasi, c menganalisis pandangan siswamahasiswa, dengan cara:
meneliti apakah alasan yang dikemukakan punya dasar yang kuat dan memperjelas hal-hal yang disepakati dan yang tidak disepakati, d
meningkatkan urunan siswamahasiswa dengan cara: mengajukan pertanyaan kunci yang mennatang mereka untuk berpikir, memberi contoh pada saat
yang tepat, menghangatkan suasana dengan mengajukan pertanyaan yang mengundang perbedaan pendapat, memberikan waktu untuk berpikir, dan
mendengarkan dengan penuh perhatian, e menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dengan cara: memancing pendapat peserta yang enggan
berpartisipasi, memberikan kesempatan pertama pada peserta yang enggan berpartisipasi, mencegah secara bijaksana peserta yang suka memonopoli
pembicaraan, mendorong mahasiswa untuk mengomentari pendapat temannya, serta meminta pendapat siswa jika terjadi jalan buntu, f menutup
diskusi yang dapat dilakukan dengan cara: merangkum hasil diskusi, memberikan gambaran tindak lanjut, mengajak para siswa menilai proses
diskusi yang telah berlangsung.
7. Keterampilan Mengelola Kelas
Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna terjadinya proses
belajar mengajar yang serasi dan efektif. Guru perlu menguasai keterampilan ini agar dapat: a mendorong siswa
mengembangkan tanggung jawab individu maupun klasikal dalam berperilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang sedang
berlangsung, b menyadari kebutuhan siswa, serta c memberikan respon yang efektif terhadap perilaku siswa
Dalam menerapkan keterampilan mengelola kelas, perlu diingat prinsip berikut: a kehangatan dan keantusiasan dalam mengajar, yang dapat
menciptakan iklim kelas yang menyenangkan, b menggunakan kata-kata atau tindakan yang dapat menantang siswa untuk berpikir, c menggunakan
beragai variasi yang dapat menghilangkan kebosanan, d keluwesan guru dalam pelaksanaan tugas, e penekanan pada hal-hal yang bersifat positif, e
penanaman disiplin diri sendiri Selanjutnya, dalam mengelola kelas, guru hendaknya menghindari hal-
hal berikut: a campur tangan yang berlebihan, b kelenyapanpenghentian suasana pembicaraankegiatan karena ketidakpastian guru, c ketidaktepatan
memulai dan mengakhiri pelajaran, d penyimpangan, terutama yang berkaitan dengan disiplin diri, e bertele-tele, f pengulangan penjelasan
yang tidak diperlukan 8.
Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan memungkinkan gurudosen mengelola kegiatan jenis ini secara efektif dan
efisien serta memainkan perannya sebagai: a organisator kegiatan belajar mengajar, b sumber informasi bagi siswa, c pendorong bagi
siswamahasiswa untuk belajar, d penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa, e pendiagnosa dan pemberi bantuan kepada siswa seusai dengan
kebutuhannya, f peserta kegiatan yang punya hak dan kewajiban seperti peserta lainnya.
Ada 4 kelompok keterampilan yang perlu dikuasai oleh guru dalam kaitan ini, yaitu sebagai berikut: a Keterampilan mengadakan pendekatan
secara pribadi, yang dapat ditunjukkan dengan cara: kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa, mendengarkan secara simpatik gagasan
yang dikemukakan siswa, memberikan respon positif terhadap gagasan siswa, membangun hubungan saling mempercayai, menunjukkan kesiapan untuk
membantu siswa, tanpa kecenderungan mendominasi, menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian dan keterbuakaan, serta mengendalikan
situasi agar siswa merasa aman, b keterampilan mengorganisasikan, yang ditampilkan dengan cara: memberi orientasi umum, memvariasikan kegiatan,
membetnuk kelompok yang tepat, membentuk kelompok yang tepat, mengkoordinasikan kegiatan, membagi-bagikan perhatian dalam berbagai
tugas, serta mengakhiri kegiatan dengan kulminasi berupa laporan atau kesepakatan, c keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, yang
ditampilkan dalam bentuk: memberi penguatan yang sesuai, mengembangkan
supervisi proses awal yang mencakup sikap tanggap terhadap keadaan siswa, mengadakan supervisi proses lanjut, yang berupa bantuan yang diberikan
secara selektif, mengadakan supervisi pemaduan, dengan cara mendekati setiap kelompokperorangan agar mereka siap untuk mnegikuti kegiatan
akhir, d keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiata belajar mengajar, yang meliputi hal-hal: menetapkan tujuan pelajaran, merencanakan
kegiatan belajar, berperan sebagai penasihat, dan membantu siswa menilai kemajuan sendiri.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru dalam penelitian ini ialah keterampilan dasar mengajar yang berperan dalam
keberhasilan kegiatan pembelajaran PKn pada KD 3.1 yaitu mendeskripsikan pengertian organisasi, KD 3.2 yaitu menyebutkan contoh organisasi di lingkungan
sekolah dan masyarakat, KD 3.3 yaitu menampilkan peran serta dalam memlih organisasi di sekolah, dan KD 4.1 yaitu mengenal bentuk-bentuk keputusan
bersama., menggunakan model Structured Numbered Heads dengan media audio visual pada siswa kelas V SDN Tambakaji 05 Semarang yang indikatornya: 1
keterampilan membuka pelajaran, meliputi: menyiapkan pra pembelajaran, 2 keterampilan bertanya, meliputi: melakukan apersepsi, 3 keterampilan
menjelaskan, meliputi: menyampaikan materi dengan menggunakan media audio visual, 4 keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dan keterampilan
mengelola kelas, meliputi: membimbing pembentukan kelompok, 5keterampilan mengadakan variasi, meliputi: memberikan tugas terstruktur kepada setiap
anggota kelompok, 6 keterampilan mengajar kelompok kecil dan pembelajaran
perseorangan, meliputi: membimbing siswa dalam diskusi kelompok, 7 keterampilan memberikan penguatan, meliputi: memberikan penghargaan kepada
siswa dan kelompok yang aktif, dan 8 keterampilan menutup pelajaran, meliputi: menutup pelajaran.
2.1.4.2.Aktivitas Siswa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya adalah “kegiatankeaktifan”. Menurut Anton M. Mulyono 2001 : 26, aktivitas artinya
“kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan- kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas.
Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani http:soddis.blogspot.com201308pengertian-aktivitas-
menurut-para-ahli.html. Sedangkan belajar menurut Dimyati dan Mudjiono 2006: 7 merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.
Paul B. Diedrich dalam Sardiman 2012:101 menggolongkan aktivitas
siswa dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya,
membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluaekan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian,
percakapan, diskusi, musik, pidato. 4.
Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik,
peta, diagram.
6. Motor activites, yang termasuk didalamnya antara lain:
melakukan percobaan,
membuat konstruksi,
model mereparasi, bemain, berkebun, beternak.
7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi,
mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat,
merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah kegiatan atau perilaku kompleks yang dilakukan siswa selama proses
pembelajaran PKn pada KD 3.1 yaitu mendeskripsikan pengertian organisasi, KD 3.2 yaitu menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat,
KD 3.3 yaitu menampilkan peran serta dalam memlih organisasi di sekolah, dan KD 4.1 yaitu mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama., menggunakan model
Structured Numbered Heads dengan media audio visual pada siswa kelas V SDN
Tambakaji 05 Semarang dengan indikator: 1 visual activities, meliputi: memperhatikan informasi dari media audio visual; 2 oral activities, meliputi:
menanggapi apersepsi; 3 listening activities, meliputi: memperhatikan informasi dari media audio visual, 4 writing activities, meliputi: mengerjakan evaluasi
pembelajaran; 5 motor activities, meliputi: membentuk kelompok sesuai instruksi guru, antusias dalam diskusi tim; 6 mental activities, meliputi:
mempresentasikan hasil kerja kelompok, 7 emotional activities, meliputi: kesiapan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dan menerima penghargaan dari
guru.
2.1.4.3.Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi,dan keterampilan Suprijono, 2012:5. Hasil belajar
merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan tingkah laku tersebut
tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik Rifa’i dan Anni, 2011: 85.
Bloom dalam Sudjana, 2005: 23 mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Salah satu
murid Bloom yaitu Lorin Anderson dalam Juhrodin, 2013: 3 merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001
dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori
masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi
analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang
sebelumnya tidak ada.
a. Ranah Kognitif
Bagan 2.1. Diagram Taksonomi Bloom Revisi
Menurut Lorin dalam Juhrodin, 2013 : 4-5, ada beberapa tingkatan dalam ranah kognitif, yaitu:
1 Remember Mengingat
Mengingat adalah kemampuan memperoleh kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. Kategori Remember terdiri dari
proses kognitif Recognizing mengenal kembali dan Recalling mengingat. Untuk menilai Remember, siswa diberi soal yang berkaitan
dengan proses kognitif Recognizing mengenal kembali dan Recalling mengingat.
a Recognizing mengenal kembali.
Recognizing adalah memperoleh kembali pengetahuan yang relevan
dari memori jangka panjang kemudian membandingkannya dengan informasi yang tersaji. Dalam Recognizing, siswa mencari potongan
informasi dalam memori jangka panjang yang identik atau hampir
sama dengan informasi yang baru disampaikan. Ketika menemui informasi baru, siswa menentukan mana informasi yang berkaitan
dengan pengetahuan yang sebelumnya diperoleh kemudian mencari yang cocok.
b Recalling mengingat
Recalling adalah memperoleh kembali pengetahuan yang sesuai dari
memori jangka panjang ketika merespon suatu masalah atau diberikan suatu perintah. Perintah dapat berupa sebuah pertanyaan. Dalam
Recalling , siswa mencari sebagian informasi dalam memori jangka
panjang, kemudian membawanya untuk mengerjakan memori dimana informasi ini dapat diproses.
2 Understand Memahami
Memahami adalah kemampuan merumuskan makna dari pesan pembelajaran dan mampu mengkomunikasikannya dalam bentuk lisan,
tulisan maupun grafik. Siswa mengerti ketika mereka mampu menentukan hubungan antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan
mereka yang lalu. Kategori Understand terdiri dari proses kognitif Interpreting
menginterpretasikan, Exemplifying memberi contoh, Classifying
mengklasifikasikan, Summarizing menyimpulkan, Inferring menduga, Comparing membandingkan, dan Explaining menjelaskan.
a Interpreting menginterpretasikan
Interpreting adalah kemampuan siswa untuk mengubah informasi yang
disajikan dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Interpreting dapat berupa mengubah kalimat ke kalimat, gambar ke kalimat, angka ke
kalimat, kalimat ke angka, dan lain sebagainya. b
Exemplifying memberi contoh Exemplifying
adalah kemampuan siswa untuk memberikan contoh yang spesifik atau contoh mengenai konsep secara umum.
Exemplifying dapat pula berarti mengidentifikasi pengertian dari
bagian-bagian pada konsep umum. c
Classifying mengklasifikasikan Classifying
adalah ketika siswa mengetahui bahwa sesuatu merupakan bagian dari suatu kategori. Classifying dapat diartikan pula sebagai
mendeteksi ciri atau pola yang menunjukkan bahwa ciri atau pola tersebut sesuai dengan kategori tertentu atau konsep tertentu. Jika
Exemplifying dimulai dari konsep umum dan meminta siswa untuk
mencari contoh khususnya, maka Classifying dimulai dari contoh khusus dan meminta siswa untuk mencari konsep umumnya.
d Summarizing menyimpulkan
Siswa dikatakan memiliki kemampuan Summarizing ketika siswa dapat memberikan pernyataan tunggal yang menyatakan informasi
yang disampaikan atau topik secara umum.
e Inferring menduga
Inferring berarti dapat mencari pola dari beberapa contoh kasus. Siswa
dikatakan memiliki kemampuan Inferring jika siswa dapat membayangkan konsep atau prinsip yang merupakan bagian dari
contoh dengan cara mengkode karakteristik yang sesuai dari masing- masing contoh dan lebih penting lagi dengan tidak ada hubungan
antara contoh-contoh tersebut. f
Comparing membandingkan Comparing
adalah kemampuan menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek. Comparing dapat juga diartikan
sebagai mencari korespondensi satu-satu antara objek yang satu dengan objek yang lain.
g Explaining menjelaskan
Explaining adalah kemampuan merumuskan dan menggunakan model
sebab akibat sebuah sistem. Siswa yang memiliki kemampuan menjelaskan dapat menggunakan hubungan sebab akibat antar bagian
dalam suatu sistem. 3
Apply Menerapkan Menerapkan adalah kemampuan menggunakan prosedur untuk
menyelesaikan masalah. Siswa memerlukan latihan soal sehingga siswa terlatih untuk mengetahui prosedur apa yang akan digunakan untuk
menyelesaikan soal. Kategori menerapkan Apply terdiri dari proses kognitif kemampuan melakukan Executing dan kemampuan menerapkan
Implementing.
a Executing melakukan
Dalam Executing, jika siswa menemui soal yang sudah dikenal, siswa akan mengetahui prosedur yang akan digunakan. Keadaan yang sudah
dikenal ini sering memberikan petunjuk kepada siswa mengenai cara apa yang akan digunakan. Executing lebih cenderung kepada
kemampuan menyelesaikan masalah secara skill dan algoritma daripada kemampuan teknik dan metode. Skill dan algoritma memiliki
ciri sebagai berikut: 1 langkah pengerjaan soal lebih berurutan 2 jika setiap langkah dikerjakan dengan benar, maka hasil yang akan
diperoleh juga pasti benar. b
Implementing menerapkan Dalam Implementing, siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk
menyelesaikan soal yang belum dikenal siswa. Karena itu, siswa harus memahami benar masalah tersebut sehingga siswa dapat menemukan
prosedur yang tepat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Implementing
berhubungan dengan dua kategori yang lain yaitu Understand
dan Create. Karena siswa belum mengenal soal yang dihadapi sehingga siswa belum mengetahui prosedur apa yang akan
digunakan. Karena itu, kemungkinan prosedur yang akan digunakan bukan hanya satu, mungkin membutuhkan beberapa prosedur yang
dimodifikasi. Implementing berhubungan dengan teknik dan metode daripada skill dan algoritma. Teknik dan metode memiliki dua ciri: 1
prosedur mungkin lebih cenderung berupa flowchart daripada langkah
yang berurutan, karena itu prosedur memiliki beberapa titik tujuan, 2 jawaban mungkin tidak tunggal. Jawaban yang tepat mungkin terjadi
jika setiap langkah dilakukan dengan benar. 4
Analyze Menganalisis Menganalisis meliputi kemampuan untuk memecah suatu kesatuan
menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu dengan yang lain atau bagian tersebut dengan
keseluruhannya. Analisis menekankan pada kemampuan merinci sesuatu unsur pokok menjadi bagian-bagian dan melihat hubungan antar bagian
tersebut. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam
bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari
sebuah skenario yang rumit. Kategori Apply terdiri kemampuan membedakan Differentiating, mengorganisasi Organizing dan memberi
simbol Attributing. a
Differentiating membedakan Membedakan meliputi kemampuan membedakan bagian-bagian dari
keseluruhan struktur dalam bentuk yang sesuai.
b Organizing mengorganisasi
Mengorganisasi meliputi kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur secara bersama-sama menjadi struktur yang saling terkait.
c Attributing Memberi simbol
Attributing adalah kemampuan siswa untuk menyebutkan tentang
sudut pandang, bias, nilai atau maksud dari suatu masalah yang diajukan. Attributing membutuhkan pengetahuan dasar yang lebih agar
dapat menerka maksud dari inti permasalahan yang diajukan. 5
Evaluate Menilai Menilai didefinisikan sebagai kemampuan melakukan judgement berdasar
pada kriteria dan standar tertentu. Kriteria sering digunakan adalah menentukan kualitas, efektifitas, efisiensi, dan konsistensi, sedangkan
standar digunakan dalam menentukan kuantitas maupun kualitas. Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai
sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasar kriteria tertentu. Adanya kemampuan ini dinyatakan
dengan memberikan penilaian terhadap sesuatu. Kategori menilai terdiri dari Checking mengecek, yaitu kemampuan untuk mengetes konsistensi
internal atau kesalahan pada operasi atau hasil. mendeteksi keefektifan prosedur yang digunakan dan Critiquing mengkritik, yaitu kemampuan
memutuskan hasil atau operasi berdasarkan criteria dan standar tertentu. mendeteksi apakah hasil yang diperoleh berdasarkan suatu prosedur
menyelesaikan suatu masalah mendekati jawaban yang benar. 6
Create Berkreasi
Create didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru, produk atau cara
pandang yang baru dari sesuatu kejadian. Create di sini diartikan sebagai meletakkan beberapa elemen dalam satu kesatuan yang menyeluruh
sehingga terbentuklah dalam satu bentuk yang koheren atau fungsional. Siswa dikatakan mampu Create jika dapat membuat produk baru dengan
merombak beberapa elemen atau bagian ke dalam bentuk atau stuktur yang belum pernah diterangkan oleh guru sebelumnya. Proses Create umumnya
berhubungan dengan pengalaman belajar siswa yang sebelumnya. Proses Create dapat dipecah mnjadi tiga fase yaitu: masalah diberikan,
dimana siswa mencoba untuk memahami soal, dan mengeluarkan solusi yang mungkin; perencanaaan penyelesaian, di mana siswa memeriksa
kemungkinan dan memikirkan rancangan yang dilaksanakan; dan pelaksanaan penyelesian, di mana siswa berhasil melaksanakan rencana.
Karena itu, proses kreatif dapat diartikan sebagai awalan yang memiliki fase yang berbeda di mana akan muncul kemungkinan penyelesaian yang
bermacam-macam sebagaimana yang dilakukan siswa yang mencoba untuk memahami soal Generating. Langkah ini dilanjutkan dengan
langkah yang mengerucut, dimana siswa memikirkan metode penyelesaian dan menggunakannya dalam rancangan kegiatan Planning. Terakhir,
rencana dilaksanakan dengan cara siswa menyusun penyelesaian Producing.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, apabila seseorang
telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperrti perhatiannya
terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Menurut Poerwanti 2008: 1-
28, ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar, yaitu: 1
Receiving attending, yakni semacam kepekaan siswa dalam menerima rangsangan stimulasi dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk
masalah, situasi, gejala, dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari
luar. Contoh kegiatan belajar: sering mendengarkan musik, senang membaca puisi, senang mengerjakan soal matematika, ingin menonton
sesuatu, senang membaca cerita, senang menyanyikan lagu. 2
Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan
reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. Contoh kegiatan belajar: mentaati aturan,
mengerjakan tugas, mengungkapkan perasaan, menanggapi pendapat, meminta maaf atas kesalahan, mendamaikan orang yang bertengkar,
menunjukkan empati, menulis puisi, melakukan renungan, melakukan introspeksi.
3 Valuing penilaian berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap
gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalmnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk
menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. Contoh kegiatan belajar: mengapresiasi seni, menghargai peran, menunjukkan
keprihatinan, menunjukkan alasan perasaan jengkel, mengoleksi kaset lagu, novel, atau barang antik, melakukan upaya pelestarian lingkungan
hidup, menunjukkan simpati kepada korban pelanggaran HAM, menjelaskan alasan senang membaca novel.
4 Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem
organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam
organisasi adalah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai, dll. Contoh kegiatan belajar: bertanggung jawab terhadap perilaku, menerima
kelebihan dan kekurangan pribadi, membuat rancangan hidup masa depan, merefleksi pengalaman dalam hal tertentu, membahas cara
melestarikan lingkungan hidup, merenungkan makna ayat kitab suci bagi kehidupan.
5 Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem
nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempegaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Ke dalamnya termasuk keseluruhan nilai dna
karakteristiknya. Contoh kegiatan belajar: rajin, tepat waktu, berdisiplin diri, mandiri dalam bekerja secara independen, objektif dalam
memecahkan masalah, mempertahankan pola hidup sehat, menilai masih pada fasilitas umum dan mengajukan saran perbaikan, menyarankan
pemecahan masalah HAM, menilai kebiasaan konsumsi, dan mendiskusikan cara-cara menyelesaikan konflik antar-teman.
c. Ranah Psikomotoris
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan skill dan kemampuan bertindak individu. Poerwanti 2008, 1-29 menyebutkan ada
enam tingkatan keterampilan yaitu: 1
Gerakan refleks keterampilan pada gerakan yang tidak sadar. 2
Keterampilan pada gerakan-gerakan sadar. 3
Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.
4 Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan 5
Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks
6 Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursice seperti
gerakan ekspresif dan interpretatif. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dalam
penelitian ini merupakan perbahan perilaku, baik perubahan pengetahuan, sikap maupun keterampilan yang dimiliki peserta didik sesuai dengan apa yang ia
pelajari dalam pembelajaran PKn yang diukur secara kuantitatif untuk aspek kognitif dengan ranah: 1 ingatan; 2 pemahaman; 3 penerapan pada KD 3.1 yaitu
mendeskripsikan pengertian organisasi, KD 3.2 yaitu menyebutkan contoh organisasi di lingkungan sekolah dan masyarakat, KD 3.3 yaitu menampilkan
peran serta dalam memlih organisasi di sekolah, dan KD 4.1 yaitu mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama., menggunakan model Structured Numbered
Heads dengan media audio visual pada siswa kelas V SDN Tambakaji 05
Semarang
2.1.5. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan PKn