pendekatan tematik termasuk PKn, sedangkan kelas tinggi dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Alokasi waktu satu jam pembelajaran 35 menit.
Cakupan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian adalah:
peningkatan kesadaran, dan wawasan peserta didik akan status hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta
peningkatan kualitas dirinya sebaai manusia. Kesadaran dan wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme, bela negara, penghargaan terhadap hak-hak
asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, membayar pajak, dan
sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi dan nepotisme.
2.1.6. Model Pembelajaran Structured Numbered Heads
Menurut Slavin dalam Isjoni, 2012:15, pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil serta kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni, 2012: 15 menyatakan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan sikap tolong menolong dan perilaku sosial. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Deutsch
dalam Huda, 2012: 10 yaitu siswa-siswa yang dikondisikan dalam pembelajaran kooperatif berada di rangking teratas sebagai kelompok yang memiliki rasa
kerbersamaan sense of centredness yang lebih kuat dibandingkan dengan siswa- siswa lain yang dikondisikan dalam kerja kompetitif. Hasil tersebut juga
menunjukkan bahwa siswa-siswa dalam kelompok kompetitif ternyata memiliki
rasa keterpusatan diri self centered dan orientasi diri self oriented yang sangat besar dalam setiap aktivitas yang dilaksanakan. Sebaliknya, siswa-siswa dalam
kelompok kooperatif lebih sering bekerja sama, lebih terkoordinasi, dan lebih memperhatikan pembagian kerja yang setara antar setiap anggota di dalamnya.
Mereka juga lebih peduli pada gagasan orang lain, lebih efektif berkomunikasi, lebih termotivasi untuk mencapai tujuan bersama, dan lebih produktif dalam
setiap usaha mereka dibandingkan dengan rekan-rekannya yang berada dalam kelompok kompetitif.
Pembelajaran kooperatif membutuhkan kerja sama kelompok dan kontribusi dari maisng-masing anggota kelompok. Selain itu, Slavin dalam Isjoni, 2012: 33
mengemukakan ada tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik dari pembelajaran kooperatif, yaitu:
a. Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika
kelompok mencapai
perolehan skor
di atas
criteria yang
ditentukan.Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang
saling mendukung, saling membantu, dan slaing peduli. b.
Pertanggungjawaban individu Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua
anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya
pertanggungjawaban individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman
sekelompoknya. c.
Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai
perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik
yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
Semua kerja kelompok belum dapat dipastikan sebagai pembelajaran kooperatif. Roger dan David Johnson dalam Lie, 2002: 31 mengemukakan
untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur model pembelajaran kooperatif:
1 Saling ketergantungan positif, untuk menciptakan kelompok belajar
yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya
sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Evaluasi yang dilakukan oleh pengajar adalah evaluasi dari keseluruhan bagian.
Penilaian dalam pembelajaran kooperatif dilakukan dengan cara yang unik sebab setiap siswa mendapatkan nilainya sendiri dan
nilai kelompok. Nilai kelompok diperoleh dari sumbangan masing- masing anggota. Setiap anggota menyumbangkan poin di atas nilai
rata-ratanya. Misalkan rata-rata nilai seorang anak adalah 65, kemudian kali ini ia mendapat nilai 72, dia akan menyumbangkan 7
poin untuk kelompok. Dengan demikian, siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder karena mereka juga ikut
menyumbang poin. Ia justru merasa terpacu untuk meningkatkan usahanya untuk meningkatkan nilai mereka. Sebaliknya, siswa
yang lebih pandai tidak merasa dirugikan karena rekannya yang kurang mampu juga telah memberikan bagian sumbangan mereka.
2 Tanggung jawab perseorangan, unsur ini merupakan akibat
langsung dari unsur pertama. Jika tugas dan penilaian dibuat seperti yang ada pada unsur pertama, siswa akan merasa bertanggung
jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci dari keberhasilan metode cooperative learning adalah persiapan guru dalam
menyusun tugasnya.
3 Tatap muka, setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk
bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang
menguntungkan semua anggota. Sinergi yang dimaksud di sini ialah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi
kekurangan masing-masing anggota kelompok. Setiap anggota kelompok memiliki latar belakang pengalaman juga ekonomi-sosial
yang berbeda satu sama lain. Perbedaan inilah yang akan menjadi modal utama untuk memperkaya antaranggota kelompok. Hasil
pemikiran beberapa kepala akan jauh lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama
ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota.
4 Komunikasi antaranggota, unsur ini menghendaki agar para
pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu
mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Ada kalanya pengajar memberitahu secara eksplisit bagaimana cara berkomunikasi yang
efektif seperti bagaimana cara menyanggah tanpa menyinggung perasaan orang tersebut. Masih banyak orang yang kurang sensitif
dan kurang bijaksana dalam mengungkapkan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini juga merupakan
proses yang panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan menjadi komunikator yang handal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini
merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembentukan mental
dan emosional para siswa.
5 Evaluasi proses kelompok, pengajar perlu menjadwalkan waktu
khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama
lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak harus sellau diadakan saat diadakan kerja kelompok. Evaluasi bisa juga diadakan selang
beberapa waktu setelah diadakan kerja kelompok. Format evaluasi bisa bermacam-macam tergantung pada tingkat pendidikan siswa.
Lie 2004:60 mengemukakan bahwa teknik pembelajaran Structured Numbered Heads
Kepala Bernomor Terstruktur merupakan modifikasi dari model Numbered Heads Together Kepala Bernomor yang dikembangkan oleh
Spencer Kagan.
Lie 2004: 60 mengemukakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran Structured Numbered Heads
yaitu: a.
Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya. Misalnya,
siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang mungkin berubungan dengan penyelesaian soal. Siswa nomor 2 bertugas
mencari penyelesaian soal. Siswa nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok.
c. Jika perlu untuk tugas-tugas yang lebih sulit, guru juga bisa mengadakan
kerja sama antar kelompok. Siswa bisa disuruh keluar aari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa yang bernomor sama dari kelompok lain.
Dalam kesempatan ini, siswa-siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja mereka.
Pada dasarnya, dalam langkah model pembelajaran Structured Numbered Heads
juga terdapat Numbering penomoran seperti pada model pembelajaran Numbered Heads Together
, yaitu pemberian nomor pada setiap siswa pada masing-masing kelompok, tetapi penomoran pada model pembelajaran
Structured Numbered Heads ini lebih ditekankan pada pembagian tugas
terstruktur yang dilakukan oleh guru. Untuk mempermudah pembentukan kelompok dan pembagian tugas, teknik
Structured Numbered Heads ini bisa diapaki untuk kelompok permanen dalam
jangka waktu satu semester. Siswa diminta untuk mengingat nomornya selama satu semester tersebut. Supaya terdapat pemerataan pembagian tugas, penugasan
berdasarkan nomor bisa diubah-ubah. Misalkan pada kesempatan ini siswa nomor 1 diberi tugas mengumpulkan data kemudian pada kesempatan lain siswa tersebut
diberi tugas melaporkan.
2.1.7. Media Audio Visual