ekosistem laut. Morfologi dataran umumnya dimanfaatkan untuk lahan pertanian dan permukiman, sedangkan morfologi pegunungan dan perbukitan
dimanfaatkan untuk perkebunan. Pulau-pulau kecil di Sikka dan Sitaro dengan tipe vulkanik mempunyai
substrat dasar yang tersusun atas endapan material vulkanik. Bentuklahan terumbu samudra akan berkembang di sini. Pada pulau kecil tipe vulkanik yang
berupa gunungapi aktif, terumbu karang secara relatif kurang dapat berkembang karena terganggu oleh produk letusan, seperti yang terjadi di Pulau Ruang.
Kegiatan gunungapi dengan periode letusan yang sering berpengaruh terhadap proses pertumbuhannya banyak getaran, penaikan suhu serta sebaran materi
vulkan yang mengganggu kejernihan air. Namun, secara umum terumbu karang lebih banyak berkembang dengan baik di pulau kecil tipe vulkanik ternudasi
tidak aktif dibandingkan dengan di pulau kecil tipe tektonik. Pulau-pulau kecil tipe vulkanik di Kabupaten Sikka dijumpai terumbu
karang sangat bagus karena posisinya berada di samudra, sedangkan mangrove relatif sedikit dan lamun tidak ada. Di Kabupaten Sitaro dijumpai terumbu karang,
mangrove , dan lamun dengan kondisi lebih bervariasi.
4.1.2.3 Pengolahan data
Hasil perhitungan OIF pada citra Landsat diperoleh bahwa kombinasi kanal 245 sering muncul dengan nilai tertinggi pada model pulau-pulau kecil tipe
vulkanik Tabel 17. Contoh urutan nilai OIF Pulau Babi ditunjukkan pada Lampiran 5.
Tabel 17 Kombinasi kanal citra Landsat model pulau kecil tipe vulkanik No
Nama pulau Kombinasi
Kondisi pulau 1
2 3
4 5
6 7
8 Tagulandang, Sitaro
Pasighe, Sitaro Ruang, Sitaro
Besar, Sikka Palue, Sikka
Babi, Sikka Parumaan, Sikka
Kondo, Sikka 245
247 345
245 345
245 234
234 Vulkanik terdenudasi
Vulkanik terdenudasi, berlagun Vulkanik aktif
Vulkanik terdenudasi Vulkanik aktif
Vulkanik terdenudasi Vulkanik terdenudasi, sangat kecil
Vulkanik terdenudasi, sangat kecil Sumber: Hasil pengolahan data dengan formula 1, Lampiran 1.
92
Dari 8 model pulau kecil tipe vulkanik, 6 model merupakan gunungapi tidak aktif dan proses yang terjadi adalah denudasi. Di sisi lain, perbedaan tingkat
proses denudasi yang berlangsung pada batuan vulkanik mempengaruhi perbedaan penutup lahan yang tercermin pada perbedaan kombinasi kanal
Tabel 17. Selain itu, perbedaan tingkat aktivitas vulkanik juga berpengaruh pada pertumbuhan terumbu karang dan bentuklahan terumbu. Dari kombinasi
kanal terseleksi dapat dibuat enam citra komposit Lampiran 7, seperti pada Gambar 22 a untuk pulau kecil tipe vulkanik berbukit dan Gambar 22 b untuk
pulau kecil tipe vulkanik datar. Hasil perhitungan OIF pada citra QuickBird diperoleh bahwa kombinasi
kanal terseleksi adalah 124 untuk Pulau Babi dan 134 untuk Pulau Pasighe dan Pulau Ruang. Gambar 22 c adalah citra komposit RGB 421 data QuickBird untuk
Pulau Babi. Dari perbandingan antara Gambar 22 a Landsat RGB 542 dan Gambar 22 c QuickBird RGB 421, diketahui bahwa tampilan morfologi pulau
relatif sama tajam. Padahal kedua citra ini memiliki perbedaan resolusi spasial berbeda yaitu 30 m dan 2,44 m. Hal ini menunjukkan bahwa kanal 1 tidak sesuai
untuk tampilan daratan pulau kecil tipe vulkanik yang berbukit seperti Pulau Babi. Hasil seleksi jenis penajaman spektral untuk pulau-pulau kecil tipe vulkanik
adalah autoclip, levelslice, dan equalizer Tabel 18. Sementara itu, hasil seleksi jenis filternya adalah low-pass average 3X3, low-pass average diagonal, dan
high-pass sharpen 2 Tabel 19. Artinya, untuk satu pulau dapat digunakan ketiga
jenis penajaman dan ketiga jenis filter tersebut. Berdasarkan kondisi di lapangan diketahui, hal ini terkait dengan pola radial torehan pada pulau kecil tipe vulkanik.
Hasil penajaman dan pemfilteran berfungsi meningkatkan kejelasan dan ketajaman morfologi pulau kecil tipe vulkanik berbukit, terutama pada efek kesan
tiga dimensi Gambar 23 a lebih jelas dibandingkan Gambar 22 a. Namun, pengaruh penajaman dan pemfilteran kurang berfungsi untuk morfologi pulau
kecil tipe vulkanik datar, seperti ditunjukkan pada perbedaan antara Gambar 22 b dan 23 b. Contoh variasi citra komposit, penajaman, dan pemfilteran Pulau Palue
ditunjukkan pada Lampiran 7, 8, dan 9. Hasil fusi multispasial meningkatkan kejelasan dan ketajaman tampilan
morfologi pulau terutama untuk pulau kecil tipe vulkanik berbukit, seperti perbedaan antara Gambar 23 c dan d. Fusi multispasial juga meningkatkan
kejelasan dan ketajaman tampilan mangrove, tetapi kurang sesuai untuk terumbu karang dan lamun.
93
a Pulau Babi, Landsat RGB 542 b Pulau Pasighe,
Landsat RGB 742
c Pulau Babi, QuickBird RGB 421
d Pulau Pasighe, QuickBird RGB 431
Gambar 22 Citra komposit model pulau kecil tipe vulkanik. Landsat resolusi spasial 30 m dan QuickBird resolusi spasial 2,44 m.
a Pulau Babi RGB 542 equalize, sharpen 2
b Pulau Pasighe RGB 742 autoclip, sharpen 2
c Pulau Babi RGBI 5428 d P. Pasighe RGBI 7428
Gambar 23 Citra Landsat hasil penajaman dan fusi multispasial.
94
a RGB 321 b RGB 321 autoclip
c RGBI 3215
d QuickBird RGB 421 e Aplikasi Lyzengga
f Landsat RGB 421 Gambar 24 Citra Pulau Pasighe.
Tabel 18 Hasil penajaman pada model pulau kecil tipe vulkanik Penajaman
Pulau Linear Autoclip Level
slice Equalizer
Gaussian Default Log
Tagulandang +
+++ +++
+++ ++
+ Pasighe
++ +++
++ ++
+ +
Ruang ++
+++ ++
+ +
+ Besar
+++ +++
+++ ++
++ +
Palue +++
+++ +++
++ +++
+ Babi
+ +++
+++ +++
++ +
Parumaan ++
+++ ++
+++ +++
++ Kondo
++ +++
++ +++
+++ ++
Keterangan: - : tidak jelas
+ : kurang jelas ++ : jelas
+++ : sangat jelas ++++: paling jelas
Sumber : Hasil pengolahan data dengan software Er-Mapper pecahan koral
karang hidup lamun
lagun
95
Tabel 19 Hasil pemfilteran pada model pulau kecil tipe vulkanik Filter
low pass high pass
edge detection Pulau
average 3x3
average diagonal
Sharpen 2
Sharp edge
Gradien in the x
direction Gradien
in the y direction
Tagulandang +++ +++
++++ +
+ -
Pasighe ++ ++ ++ - - -
Ruang ++ ++ +++ -
- - Biaro ++
++ +++
+ - -
Palue ++ ++
+++ +
- - Babi +++
+++ ++++
+ +
- Parumaan ++
+++ +++ ++ - -
Kondo ++ +++
+++ ++
- - Keterangan:
- : tidak jelas + : kurang jelas
++ : jelas +++ : sangat jelas
++++ : paling jelas
Sumber : Hasil pengolahan data dengan Software Er-Mapper.
Berdasarkan pengamatan terhadap kombinasi kanal terpilih pada citra Landsat yaitu 245, 247, dan 345; diketahui bahwa citra komposit RGB 453
menampilkan mangrove dengan jelas. Artinya bahwa ada kesamaan susunan kanal citra komposit untuk obyek mangrove pada pulau kecil tipe tektonik dan
tipe vulkanik. Hasil perhitungan OIF citra QuickBird di Pulau Pasighe menunjukkan bahwa nilai tertinggi untuk mangrove adalah kombinasi kanal 134
dan untuk terumbu karang dan lamun adalah kombinasi kanal 124 Tabel 20. Tampilan citra komposit RGB 431 citra QuickBird untuk mangrove ditunjukkan
pada Gambar 24 d. Dari tampilan citra komposit ini masih sulit untuk mengidentifikasi mangrove. Sementara itu, pada citra QuickBird komposit warna
asli true color RGB 321, mangrove berwarna coklat kehitaman Gambar 24 a. Dari Gambar 14 a dan 22 b, mangrove ditampilkan dengan warna berbeda,
yaitu hijau tua pada RGB 542 di Pulau Lengkang dan kuning pada RGB 742 di Pulau Pasighe. Contoh kasus ini, menunjukkan bahwa identifikasi obyek yang
hanya didasarkan pada warna citra komposit hasil perhitungan OIF dapat menimbulkan kesalahan interpretasi.
Karakteristik nilai digital mangrove, terumbu karang, dan lamun dikaji melalui model Pulau Pasighe karena di pulau ini memiliki ketiga ekosistem laut
terbaik Tabel 21. Pada kanal 1, 2, dan 3 diketahui bahwa kisaran nilai digital terumbu karang dan lamun memiliki nilai lebih tinggi. Pada kanal 2 menunjukkan
96
perbedaan kisaran nilai digital paling nyata untuk terumbu karang dan lamun. Sementara itu, pada kanal 4 dijumpai nilai digital tertinggi adalah mangrove,
disusul lamun, dan terakhir terumbu karang. Hal ini sesuai dengan karakterisitik kanal 4 yaitu memiliki kepekaan tinggi untuk vegetasi.
Tabel 20 Nilai OIF ekosistem laut dari citra QuickBird di Pulau Pasighe Kombinasi kanal
Ekosistem laut 123 124 134 234
Mangrove 1,90 13,67 15,69
13,49 Terumbu karang
0,99 9,04
7,24 4,62 Lamun 1,75
3,17 2,95 2,85
Sumber : Hasil pengolahan data QuickBird dengan formula 1.
Tabel 21 Nilai digital mangrove, terumbu karang, dan lamun di Pulau Pasighe Kanal Landsat
Kanal QuickBird Ekosistem
laut 1 2 3 4 1 2 3
4 Mangrove
62-72 44-51 29-36 15-66 25-30 28-44 12-20 9-94 Terumbu
karang
76-83 50-56
30-36 9-13 29-39 35-51
11-25 5-14 Lamun
65-74 39-45
26-33 10-17 25-28 27-32
12-15 6-14 Sumber : Hasil pengolahan data dengan software Er-Mapper
Tabel 22 Rata-rata nilai digital ekosistem laut di Pulau Pasighe Kanal 1
Kanal 2 Kanal 3
Kanal 4 Ekosistem laut
Rata2 SD Rata2 SD Rata2
SD Rata2 SD Mangrove
69,50 0,69
48,00 0 34,00 1,39
72 0 Karang
hidup 81,33 2,78 51,00 4,82
29,67 1,39 10,67 0
Pasir 86,00 1,39
60,50 3,48 35,50 0,69
10,50 0,69 Karang
mati 98,00 2,78 76,50 4,87
44,00 1,39 10,00 0
Lamun 69,66 1,14
41,67 1,14 29,33 1,52
11,33 0,57 Sumber : Hasil pengolahan data dengan software Er-Mapper
97
Dari citra Landsat diperoleh rata-rata nilai digital ketiga obyek ekosistem laut berbeda Tabel 22. Untuk kanal 1, 2, dan 3 menunjukkan nilai tertinggi
adalah karang mati, kemudian pasir, karang hidup, lamun, dan terendah mangrove
. Pola hubungan ini seperti ditunjukkan pada scattergram antara kanal 1 dan 2 di Pulau Pasighe pada Gambar 32. Sementara itu, pada kanal 4,
mangrove memiliki nilai tertinggi dengan perbedaan yang sangat jauh dengan
obyek lain, berikutnya secara berturut-turut adalah lamun, karang hidup, pasir, dan karang mati. Berdasarkan pengamatan terhadap nilai digital tersebut, maka
identifikasi mangrove menggunakan kanal 4, sedangkan identifikasi terumbu karang dan lamun menggunakan kanal 1 dan 2. Sementara itu, klasifikasi
terumbu karang menjadi karang hidup, pasir, dan karang mati dapat dilakukan menggunakan kanal 1 dan 2.
Nilai digital mangrove dan lamun terdapat nilai yang tumpang tindih yaitu 16 pada Landsat dan 10 -14 pada citra QuickBird Tabel 21. Hal inilah yang
mempengaruhi kesulitan dalam hal delimitasi antara kedua obyek tersebut. Namun, rata-rata nilai digital lamun pada kanal 1 dan 2 berbeda dengan terumbu
karang, sedangkan di kanal 3 dan 4 sangat berbeda dengan mangrove Tabel 22. Kedua kondisi ini memungkinkan untuk identifikasi lamun dengan
memanfaatkan keempat kanal tersebut secara proporsional, serta menggunakan gabungan analisis visual dan digital.
Terumbu karang tumbuh di perairan laut dangkal tampak berwarna putih pada citra Landsat RGB 421. Di Pulau Lengkang, obyek berwarna putih ini
merupakan substrat dasar atau peneplain yang terendam yang tersusun oleh batuan sedimen. Sementara itu, di Pulau Ruang merupakan material produk
letusan Gunung Ruang yang tersusun oleh batuan bekudalam. Jenis substrat dasar terkait dengan terbentuknya pulau kecil dan informasi ini perlu
dipertimbangkan pada identifikasi dan klasifikasi ekosistem laut secara digital.
98
4.1.3 Tipe Terumbu