Berdasarkan hasil l dari algoritma Lyzengga diperoleh
pengelompokan nil dalam warna. Setiap warna
diidentifikasi dan dibedakan menjadi terumbu karang, lamun, dan obyek lain seperti pasir, laut dangkal, atau kekeruhan. Penamaan obyek untuk tiap kelas
pada saat reklasifikasi menjadi bagian yang penting dan fungsi informasi karakteristik biogeofisik menjadi panduan. Pada kasus terumbu karang di Pulau
Pomana menunjukkan bahwa, warna yang sama mencerminkan beberapa obyek yang berbeda, misalnya warna merah merupakan pasir, karang mati, dan
dangkala selesaikan sepenuhnya pada saat
reklasifikasi terumbu karang secara digital. Misalnya terumbu karang warna merah d
Berdasarkan kasus-kasus tersebut di atas, diperlukan informasi karak
mang
Lamun dapat diidentifikasi secara langsung menggunakan teknik fusi erupa citra warna semu False Color CompositeFCC RGB 421
dari analisis digita
ai digital yang dibedakan
n. Kondisi ini tidak dapat di i bagian Tenggara Pulau Pomana-besar masuk ke kelas pasir.
teristik biogeofisik substrat dasar tempat tumbuh terumbu karang. Dari informasi ini secara tidak langsung juga dapat diperkirakan kedalaman
perairannya. Pulau kecil memiliki perairan laut dangkal di sekelilingnya. Oleh karena terumbu karang tumbuh dengan baik pada kedalaman maksimum 30 m,
maka area ini perlu dikenali dulu. Uraian di atas menjelaskan fenomena ekosistem terumbu karang dan tahapan untuk menggabungkan antara klasifikasi
ekologis dan geomorfologis secara hierarkhis.
4.3.3 Lamun
Secara visual, identifikasi lamun sulit dibedakan dengan kekeruhan karena lamun hidup di bawah permukaan air pada substrat pasir berlumpur. Lamun dan
rove mempunyai syarat tumbuh yang terkait erat, sehingga untuk
meyakinkan dalam interpretasi lamun dapat dibantu oleh keberadaan mangrove. Aspek morfoarrangement atau unsur posisi banyak membantu dalam mengenali
lamun yaitu pada daerah yang terlindung dari gelombang besar Gambar 14 g. Hasil pengamatan di Pulau Air-manis dijumpai lamun jenis Enhalus yang tumbuh
di dekat mangrove dan berada pada perairan yang terlindung Gambar 11 h. Ekosistem lamun di pulau-pulau kecil di perairan kepulauan Kota Batam memiliki
kondisi kerapatan yang beragam. multispektral b
citra Landsat dan QuickBird. Lamun diidentifikasi berdasarkan unsur interpretasi posisi dan warna. Area lamun yang luas dijumpai di Pulau Pasighe,
127
dan pada citra RGB 321, lamun berwarna kecoklatan dengan posisinya di daerah yang terlindung Gambar 24 a, b, dan c. Komposit true color RGB 321 citra
Landsat dan QuickBird menampilkan lamun dengan tajam, tapi komposit lain dengan kanal 1 dan 2 dapat juga digunakan seperti komposit RGB 421, 521,
atau 721. Penajaman dan pemfilteran untuk lamun sama dengan untuk terumbu karang yaitu autoclip highpass sharpen 2. Sementara itu, fusi multispasial terjadi
pengkaburan pada penambahan kanal pankromatik.
angkal berlumpur sehingga dimun
an lamun menggunakan algori
Ekosistem lamun di Pulau Pasighe memiliki jenis dan kerapatan yang beragam. Aspek morfoarrangement atau unsur posisi banyak membantu dalam
identifikasi lamun yaitu pada daerah yang terlindung dari gelombang besar Gambar 24 f. Lamun di Pulau Pasighe dijumpai berkembang dengan sangat
baik dengan posisi di sekitar mangrove. Persebaran lamun jenis Enhalus Gambar 15 e di Pulau Pasighe berada di dekat mangrove dan kemudian
dijumpai jenis Thalasia Gambar 15 f secara berurutan. Sementara itu, lamun tidak dijumpai di pulau-pulau tipe vulkanik di daerah Sikka. Hal ini diperkirakan
karena pantai-pantainya berhadapan langsung dengan laut lepas, jikapun ada pantai yang terlindung substrat dasarnya berupa batu.
Lamun biasanya tumbuh pada perairan laut d gkinkan memiliki nilai digital yang sama dengan kekeruhan. Kekeliruan
klasifikasi antara lamun dan kekeruhan pada klasifikasi digital dapat diperbaiki pada tahap reklasifikasi yaitu dengan memanfaatkan hasil analisis visual.
Permasalahan dan pemecahannya untuk obyek ini sama seperti yang diuraikan pada klasifikasi terumbu karang. Tingkat akurasi klasifikasi lamun ditentukan
pada saat proses reklasifikasi, yaitu menggunakan kelas-kelas yang dibentuk algoritma Lyzengga dan disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik biogeofisik
yang ada. Hasil pengamatan pada model pulau-pulau kecil di daerah penelitian
diketahui bahwa untuk identifikasi terumbu karang d tma Lyzengga sebaiknya ditentukan batas daerah daratan pulau kecil
secara visual. Berdasarkan uji coba model pulau, nilai digital batas antara darat dan perairan laut dangkal berbeda-beda bahkan pada satu pulau kecil sekalipun.
Cara ini sangat berpengaruh pada akurasi klasifikasi terumbu karang dan lamun secara digital.
128
4.4 Pengelompokan Pulau Kecil untuk Perikanan 4.4.1 Pulau kecil