5.3.3 Identifikasi ekosistem laut berbasis tipe pulau
Identifikasi ekosistem laut didesain berbasis tipe pulau untuk mendapatkan informasi obyek-obyek ekosistem laut meliputi bentuklahan terumbu, terumbu
karang, lamun, dan mangrove. Informasi bentuklahan terumbu membantu dalam identifikasi antara karang hidup dan karang mati. Data tipe pulau kecil dan peta-
peta digunakan untuk mendapatkan informasi karakteristik biogeofisik pulau kecil dengan pendekatan analisis geomorfologi. Obyek-obyek tersebut diidentifikasi
menggunakan data penginderaan jauh satelit dengan citra komposit dan penajaman tertentu.
Korelasi antara pulau kecil dan ekosistemnya yang beragam membutuhkan suatu kerangka identifikasi yang terstruktur. Selain diperlukan pula informasi
ekosistem laut yang bersifat kualitatif, kuantitatif, dan spasial. Informasi kualitatif diperoleh dari karakteristik biogeofisik pulau kecil dan bentuklahan terumbu,
sedangkan informasi kuantitatif dan spasial diperoleh dari data penginderaan jauh satelit. Diagram alir identifikasi ekosistem laut disajikan pada Gambar 51.
Identifikasi ekosistem laut dilakukan secara visual dan digital. Analisis visual adalah untuk identifikasi karakteristik biogeofisik pulau kecil, bentuklahan
terumbu, lamun, dan mangrove. Analisis digital adalah untuk identifikasi antara karang hidup, karang mati, dan lamun; serta klasifikasi kerapatan mangrove.
Hasil analisis visual bentuklahan terumbu digunakan sebagai dasar reklasifikasi terumbu karang dari hasil algoritma Lyzengga. Identifikasi obyek-obyek
ekosistem laut secara digital akan lebih akurat jika dilakukan pemisahan secara visual terlebih dahulu antara daratan dan perairan laut dangkal dan antara
mangrove dan non-mangrove. Hal ini terkait dengan tingginya keragaman
karakteristik biogeofisik pulau-pulau kecil di Indonesia. Pemetaan bentuklahan terumbu dari data penginderaan jauh satelit
dilakukan melalui analisis visual. Klasifikasi bentuklahan terumbu secara geomorfologis dapat digunakan kriteria menurut Maxwell Zuidam, 1985 yang
telah dinyatakan sebagai standar Tabel 2. Klasifikasi terumbu karang secara digital termasuk kriteria klasifikasi habitat secara ekologis, sedangkan analisis
secara visual termasuk kriteria klasifikasi geomorfologis. Analisis terumbu karang secara digital dapat menggunakan algoritma Lyzengga seperti dirumuskan pada
persamaan 3 dan 4 Bab 3. Tahap penggabungan antara klasifikasi terumbu berbasis geomorfologis secara visual dengan klasifikasi terumbu karang berbasis
ekologis dilakukan saat reklasifikasi.
153
Pemisahan laut daratpesisir
Daratpesisir Laut dangkal
Karakteristik biogeofisik pulau kecil ekosistemnya
Y= ln TM1 + k
i
k
j
. ln TM2
Gambar 51 Diagram alir identifikasi ekosistem laut.
Mangrove Karang
hidup Non
mangrove Lamun
Laut dalam Klasifikasi visual
citra komposit pulau kecil: tipe tektonik: 4328 5438, tipe vulkanik: 5428,
tipe terumbu: 7528 5328; penajaman dan fusi multispasial
Karang mati
Bentuklahan terumbu
output mangrove
4538, terumbu karang 421, lamun 421 penajaman autoclip sharpen 2
proses input
Peta Rupa Bumi, Peta Geologi,
Peta Pelayaran Landsat citra sejenis
kanal multispektral dan Tipe pulau kecil,
cek lapangan kanal pankromatik
Analisis geomorfologi
154
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dirasakan perlu ada pra analisis sebelum dilakukan analisis digital terumbu karang; seperti kasus identifikasi
mangrove yang tidak dapat sepenuhnya hanya dengan membatasi warna merah
bata di daerah pesisir. Informasi tipe pulau dan karakteristik biogeofisiknya dapat memandu interpreter dalam identifikasi mangrove, terumbu karang, dan lamun.
Sementara itu, karakteristik ekosistem laut pada pulau kecil tipe vulkanik perlu dicermati terlebih dahulu tingkat aktivitas gunungapi yang ada karena perbedaan
ini memberi pengaruh yang nyata.
Tahapanproses secara ringkas identifikasi obyek-obyek ekosistem laut
utama berbasis geomorfologi menggunakan data penginderaan jauh secara skematik disajikan pada Gambar 51 dengan rincian sebagai berikut:
1 Mengenali tipe pulau kecil. Informasi ini belum tersedia dan masih perlu dianalisis sesuai dengan klasifikasi tipe pulau kecil pada Tabel 26,
2 Membangun citra komposit dan penajamannya sesuai dengan tipe pulau kecil, untuk identifikasi karakteristik biogeofisik pulau kecil dan bentuklahan
terumbu. Selain itu juga dilakukan analisis geomorfologi untuk mendapatkan karakteristik biogeofisik mangrove, terumbu karang, dan lamun,
3 Mendelineasi secara visual batas antara daratan dan perairan laut dangkal serta mangrove dan non mangrove, menggunakan citra komposit RGB 421
untuk terumbu karang dan lamun dan RGB 453 untuk mangrove,
4 Klasifikasi kerapatan mangrove menggunakan algoritma NDVI dengan kelas
kerapatan seperti tercantum pada Tabel 31. 5 Klasifikasi terumbu karang menggunakan algoritma Lyzengga; serta
reklasifikasi untuk mendapatkan kelas karang hidup, karang mati, dan lamun menggunakan informasi klasifikasi bentuklahan terumbu.
Tabel 31 Klasifikasi kerapatan mangrove Kelas
Penutup lahan dan kerapatan 1
2 3
4 5
perairan dangkal, non hutan mangrove
kerapatan rendah mangrove
kerapatan sedang mangrove
kerapatan tinggi hutan non mangrove
Sumber: Hasil pengolahan data dengan formula 2 dan cek lapangan.
155
5.4 Desain Pengelompokan Pulau Kecil untuk Perikanan