Terumbu karang Ekosistem Laut

ekonomis seperti penyedia kayu, daun-daunan sebagai obat-obatan. Selain juga sebagai pemasok larva ikan dan udang. Fungsi ekonomis ekosistem mangrove yang dikembangkan di Indonesia adalah sebagai kawasan wisata alam. Hutan mangrove merupakan ekosistem pesisir yang mempunyai produktivitas tinggi. Menurut Lugo dan Snedaker 1974, yang diacu dalam Supriharyono, 2000, produktivitas primer hutan mangrove cukup tinggi dan dapat mencapai 5.000 gCm 2 tahun. Ekosistem hutan mangrove di Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati tertinggi di dunia dengan jumlah total spesies sebanyak 89, terdiri atas 35 spesies tanaman, 9 spesies perdu, 9 spesies liana, 29 spesies epifit, dan 2 spesies parasitik Nontji, 1987. Di Pasifik, Avicenia tumbuh pada keadaan yang teduh dan berlumpur tebal yang biasanya terdapat di dalam hutan dan di belakangnya tumbuh Rhizophora. Zona Ceriops dapat tumbuh bergabung dengan zona Bruguiera, sedangkan Sonneratia tumbuh menghadap ke arah laut pada daerah yang senantiasa basah. Kelompok hewan lautan yang dominan dalam hutan mangrove adalah moluska, udang-udang tertentu, dan beberapa ikan yang khas.

2.2.2 Terumbu karang

Terumbu karang merupakan masyarakat organisme yang hidup di dasar laut daerah tropis dan dibangun oleh biota laut penghasil kapur khususnya jenis- jenis karang batu dan alga penghasil kapur CaCO3 dan merupakan ekosistem yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Karang di dunia dibagi dalam dua kelompok yaitu karang hermatipik dan karang ahermatipik. Perbedaannya terletak pada kemampuan karang hermatipik dalam menghasilkan terumbu. Kemampuan ini disebabkan adanya sel-sel tumbuhan yang bersimbiosis dalam jaringan karang hermatipik. Sel tumbuhan ini dinamakan zooxanthellae. Karang hermatipik hanya ditemukan di daerah tropis, sedangkan karang ahermatipik tersebar di seluruh dunia Nybakken, 1982. Terumbu karang memiliki kadar CaCO3 Kalsium Karbonat tinggi dan komunitasnya didominasi berbagai jenis hewan karang keras. Kalsium Karbonat ini berupa endapan masif yang dihasilkan oleh organisme karang filum Cnidaria, klas Anthozoa, ordo Madreporaria=Scleractinia , alga berkapur, dan organisme lain yang mengeluarkan CaCO3 Guilcher, 1988. 23 Karang dapat hidup berkoloni atau sendiri, tetapi hampir semua karang hermatipik merupakan koloni. Individu karang disebut polip, terdiri atas bagian lunak dan bagian keras yang berbentuk kerangka kapur. Jaringan tubuh karang terdiri atas ektoderm, mesoglea, dan endoderm. Ektoderm merupakan jaringan terluar yang mempunyai cilia, kantung lendir mucus, dan sejumlah nematokis. Mesoglea adalah jaringan yang terletak antara ektoderm dan endoderm dan berbentuk seperti agar-agar. Endoderm merupakan jaringan yang paling dalam dan sebagian besar berisi zooxanthellae. Karang hidup menempel pada substrat seperti batu atau dasar yang keras dan berkelompok membentuk koloni yang terakumulasi menjadi terumbu Nybakken, 1982. Fungsi ekologis terumbu karang adalah sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat asuhan, tempat pencari makan, tempat pemeliharaan, tempat pemijahan, dan tempat pelindung fisik bagi berbagai biota Nybakken, 1982. Terumbu karang selalu hidup bersama-sama dengan hewan lain dan rangkanya menjadi tempat berlindung berbagai spesies hewan seperti golongan moluska, crustasea, cacing polichaeta, tiram raksasa kimah, gastropoda, echinodermata terutama bulu babi, teripang, bintang laut, dan lili laut, bakteri, dan kepiting. Hewan dalam kelompok besar dan ikut dalam membentuk sistem terumbu adalah ikan baik ikan konsumsi maupun ikan hias yang mempunyai arti ekonomi penting Hutabarat dan Evans, 1985; Nybakken, 1982. Dari sisi sosial ekonomi, terumbu karang adalah sumber devisa negara yang berasal dari perikanan dan pariwisata. Perikanan yang produktif dapat meningkatkan pendapatan nelayan dan penduduk pesisir. Terumbu karang menghasilkan berbagai produk seperti berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, dan kerang mutiara. Keindahan yang dimiliki oleh terumbu karang merupakan salah satu potensi wisata bahari yang belum dimanfaatkan secara optimal. Terumbu karang sangat bermanfaat bagi manusia dan sedikitnya ada empat fungsi yaitu fungsi pariwisata, perikanan, pelindung pantai, dan keanekaragaman hayati. Fungsi pariwisata adalah keindahan karang, kekayaan biologi, dan kejernihan air yang membuat kawasan terumbu karang terkenal sebagai tempat rekreasi, skin diving atau snorkeling, SCUBA dan fotografi. Fungsi perikanan; sebagai tempat ikan-ikan karang yang harganya mahal sehingga nelayan menangkap ikan di kawasan ini. Jumlah panenan ikan, kerang, dan kepiting dari ekosistem terumbu karang secara lestari di seluruh dunia dapat 24 mencapai 9 juta ton atau sedikitnya 12 dari jumlah tangkapan perikanan dunia White dan Cruz-Trinidad, 1998. Perkiraan produksi perikanan tergantung pada kondisi terumbu karang. Terumbu karang dalam kondisi yang sangat baik mampu menghasilkan sekitar 18 tonkm 2 tahun, terumbu karang dalam kondisi baik mampu menghasilkan 13 tonkm 2 tahun, dan terumbu karang dalam kondisi yang cukup baik mampu menghasilkan 8 tonkm 2 tahun McAllister, 1998. Fungsi pelindung pantai; terumbu pinggiran dan terumbu penghalang adalah pemecah gelombang alami yang melindungi pantai dari erosi, banjir pantai, dan peristiwa perusakan lain yang diakibatkan oleh fenomena air laut. Terumbu karang juga memberikan kontribusi untuk akresi penumpukan pantai dengan memberikan pasir untuk pantai dan memberikan perlindungan terhadap desa- desa dan infrastruktur seperti jalan dan bangunan-bangunan lain yang berada di sepanjang pantai. Apabila dirusak, maka diperlukan milyaran rupiah untuk membuat penghalang buatan yang setara dengan bentuklahan terumbu ini. Fungsi keanekaragaman hayati biodiversity; ekosistem ini mempunyai produktivitas dan keanekaragaman jenis biota yang tinggi. Keanekaragaman hidup di ekosistem terumbu karang per unit area sebanding atau lebih besar dibandingkan dengan hal yang sama di hutan tropis. Terumbu karang ini dikenal sebagai laboratorium untuk ilmu ekologi. Potensinya untuk bahan obat-obatan, anti virus, anti kanker, dan penggunaan lain sangat tinggi. Terumbu karang merupakan ekosistem laut yang paling produktif dan paling tinggi keanekaragaman hayatinya. Produksi primer kotor di daerah terumbu karang rata-rata bervariasi dari 300-5.000 gram karbon per meter bujur sangkar per tahun gCm 2 tahun, sebagai pembanding, produktivitas laut lepas hanya berkisar 50-100 gCm 2 tahun. Potensi lestari sumberdaya perikanan karang di perairan Indonesia sebesar 75.875 tontahun Djamali dan Mubarak, 1998, sedangkan potensi perikanan laut tunacakalang, udang, demersal, pelagis kecil dan lainnya sekitar 4,948,824 tontahun Dahuri, 2001. Berdasarkan data yang dikumpulkan selama Ekspedisi Snelius II 1984, di perairan Indonesia terdapat sekitar 350 spesies karang keras yang termasuk ke dalam 75 genera Supriharyono, 2000. Organisme yang dapat kita temukan di terumbu karang antara lain; Pisces berbagai jenis ikan, Crustacea udang, kepiting, Moluska kerang, keong, cumi- cumi, gurita, Echinodermata bulu babi, bintang laut, timun laut, lili laut, bintang ular, Polychaeta cacing laut, Sponge, Makroalga Sargasum, Padina, 25 Halimeda, dan terutama hewan karang Anthozoa. Begitu banyak jenis organisme yang hidup di sana sehingga terumbu karang adalah salah satu ekosistem di permukaan bumi ini yang memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi. Kunzmann 2001 menyebutkan bahwa Asia Tenggara merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia karena banyaknya spesies per satuan luas. Disebutkan bahwa di dunia ini terdapat sekitar 800 jenis karang dan sekitar 4.000 jenis ikan. Total spesies yang ada di terumbu karang adalah sekitar 9 juta spesies, tidak termasuk mikroba. Dari jumlah ini, 400 jenis karang, 3.000 jenis ikan karang, dan sekitar 1.700 jenis moluska berada di Asia Tenggara. Dari genus Acropora saja, Wallace et. al., 2001 mengidentifikasi dan membuat daftar 91 jenis spesies terdapat di Indonesia. Maliskusworo 1991 menyebutkan bahwa perairan karang di Indonesia adalah terluas di Asia Tenggara. Hasil inventarisasi COREMAP-LIPI Tahun 2000, ekosistem terumbu karang di Indonesia tercatat seluas 20.731 km 2 . Data luas ini kemungkinan lebih kecil dari luas terumbu karang yang sebenarnya karena data ini diperoleh dari citra Landsat sehingga dimungkinkan masih terdapat kawasan terumbu karang pada kedalaman di luar jangkauan sensor satelit yang tidak tampak seperti yang terdapat pada tebing sangat curam. Salah satu parameter kualitas ekosistem terumbu karang adalah tingkat persen penutupan karang batu hidup di daerah terumbu karang. Jika persentase penutupan karang batu hidup 0 – 24,9 maka termasuk kategori rusak atau buruk, 25 – 49,9 kategori sedang, 50 – 74,9 termasuk baik, dan 75 – 100 termasuk kategori sangat baik Gomez dan Yap, 1978. Di Indonesia pada tahun 1996 kondisi terumbu karang adalah 41,78 rusak, 28,30 sedang, 23,72 baik, dan 6,20 sangat baik Dahuri, 2000. Hasil penelitian dan pengamatan COREMAP-LIPI tahun 2000 kondisinya adalah 70 rusak, 24 baik, dan 6 sangat baik. Data tersebut memperlihatkan bahwa secara umum kondisinya makin menurun dari tahun ke tahun. Kehidupan karang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dibedakan menjadi tiga meliputi endogenik, eksogenik, dan antropogenik. Faktor endogenik berupa gempa bumi, letusan gunungapi, dan aktivitas tektonik. Faktor eksogenik meliputi kejernihan air, suhu, salinitas, cahaya matahari, arus dan gelombang, sedimentasi, dan erosi. Faktor antropogenik antara lain meliputi pengerukan 26 pasir di pelabuhan, penggundulan hutan, reklamasi pantai, pengambilan batu koral, penangkapan ikan dengan menggunakan sianida dan bahan peledak, aktivitas pelayaran, wisata bahari, pencemaran, dan polusi.

2.2.3 Lamun