tanjung di Barat tidak tercatat tahun terbentuknya. Namun diduga bahwa, terbentuknya tanjung di Barat melalui proses yang identik dengan tanjung di
Timur. Unsur warna lebih berperan dalam interpretasi untuk menduga perbedaan tahap pembentukan antara kedua tanjung melalui penutup lahannya. Unsur pola
seperti torehan juga banyak membantu pada analisis morfokronologi. Untuk aspek morfoarrangement, atau mengenali hubungan antar
bentuklahan dalam susunan keruangannya, banyak didukung oleh citra satelit terutama pada citra resolusi menengah seperti Landsat dan SPOT. Di Kepulauan
Batam, morfoarrangement pulau-pulau kecil banyak ditunjukkan oleh hubungan pola igir-igir perbukitan struktural yang memanjang dan banyak dijumpai di
Pulau-pulau Batam, Rempang, hingga Galang. Hasil analisis tipe pulau di Kepulauan Batam menunjukkan adanya pulau kecil tipe tektonik dan diperkirakan
tipe ini mendominasi keseluruhan pulau yang ada. Di Kepulauan Sikka dan Sitaro, morfoarrangement pulau-pulau kecil dengan morfologi berbentuk
melingkar, menunjukkan suatu pola yang serupa, yaitu berada pada suatu kelurusan di tengah samudra. Hasil analisis di Kepulauan Sikka dan Sitaro
menunjukkan adanya pulau-pulau kecil tipe vulkanik dan satu pulau kecil tipe terumbu. Aspek morfoarrangement di sini paling berperan untuk analisis tipe
pulau, yaitu untuk identifikasi tipe pulau kecil pada skala makro.
5.3.2 Korelasi pulau kecil dan ekosistem laut
Pulau kecil dan ekosistem laut di sekelilingnya merupakan satu kesatuan yang membentuk karakteristik biogeofisik yang khas. Karakteristik biogeofisik
substrat dasar perairan laut dangkal memiliki korelasi erat dengan pulaunya. Perkembangan ekosistem laut juga dipengaruhi oleh posisi pulau dan jenis
pantai. Posisi pulau terkait dengan sirkulasi gelombang laut, sedangkan jenis pantai terkait dengan singkapan batuan. Pulau-pulau kecil tipe tektonik, vulkanik,
dan terumbu dapat membentuk pantai terjal, landai, dan datar dengan material berbatu, berpasir, dan berlumpur.
Pulau-pulau kecil tipe tektonik, variasi jenis pantainya dipengaruhi oleh singkapan batuan di pantai, dimana pantai terjal berbatu, pantai landai berpasir,
dan pantai datar akan berlumpur. Mangrove berkembang lebih baik pada pantai datar dan landai dan pada posisi terlindung; demikian halnya dengan lamun.
Sementara itu, terumbu karang berkembang lebih baik pada pantai terjal berbatu dengan posisi pantai menghadap laut lepas. Pantai landai dan datar dengan
150
material berbatu juga berpotensi untuk perkembangan terumbu karang. Di
daerah penelitian, pulau kecil tipe tektonik lipatan berbukit sangat berpotensi
untuk dijumpai terumbu karang, sedangkan pada morfologi datar sangat berpotensi untuk dijumpai mangrove.
Pulau-pulau kecil tipe vulkanik, variasi jenis pantainya dipengaruhi oleh material letusan gunungapi dan perbedaan tingkat aktivitas vulkanis yang
berlangsung. Di daerah penelitian, mangrove dan lamun dijumpai pada bentuklahan dataran sisa vulkanik di Pulau Pasighe, yaitu pada pantai datar di
tengah sisa tubuh gunungapi dan mangrove dijumpai pula pada bentuklahan rawa payau di Pulau Babi. Keduanya berada pada pantai dengan posisi
terlindung. Terumbu karang berkembang baik di pulau-pulau kecil pada semua tingkat aktivitas vulkanik mulai dari bentuklahan terumbu pinggiran, terumbu
penghalang, sampai atol. Hal tersebut terutama disebabkan, pulau kecil tipe vulkanik muncul di samudra dimana kondisi perairannya relatif lebih jernih karena
sirkulasi arus dan gelombang laut lebih baik. Perkembangan bentuklahan terumbu berkorelasi terbalik dengan tingkat aktivitas vulkanis; demikian halnya
dengan terumbu karang. Semakin rendah aktivitas vulkanik semakin lanjut pertumbuhan bentuklahan terumbu.
Pulau-pulau kecil tipe terumbu, variasi jenis pantainya dipengaruhi oleh posisi pantai. Pantai terjal berbatu posisinya berhadapan dengan laut lepas,
sedangkan pantai landai berpasir atau berlumpur posisinya terlindung. Mangrove sulit berkembang karena pantainya berhadapan dengan laut lepas dan proses
solusional yang ada tidak membentuk air payau. Lamun juga sulit berkembang disebabkan oleh ketiadaan mangrove. Di Pulau Pomana yang berbatuan
gamping terumbu, air hujan turun melalui celah-celah batuan sehingga sedimentasi di pantai rendah dan kondisi ini kurang mendukung bagi
pertumbuhan mangrove dan lamun. Perkembangan bentuklahan terumbu sangat bagus dan terdapat perbedaan terkait posisi pantai, yang dalam hal ini
berhubungan dengan arus dan gelombang laut, demikian halnya dengan terumbu karang. Bentuklahan terumbu berkembang lebih baik pada sisi pulau
yang lebih terbuka mendapat arus dan gelombang laut. Hal ini ditunjukkan oleh kondisi lagun, dimana semakin lancar arus laut semakin luas terbentuk lagun. Di
Pulau Pomana dijumpai bentuklahan terumbu paparan berupa terumbu pelataran bergoba dan terumbu dinding tanduk. Korelasi antara tipe pulau kecil dan
ekosistem laut disajikan pada Tabel 30.
151
Tabel 30 Matriks korelasi pulau kecil dan ekosistem laut
Tipe pulau kecil Ekosistem
laut
Tektonik Vulkanik Terumbu Mangrove
lebih baik di pantai landai dan datar
yang lebih terlindung
tumbuh pada sisi pulau yang datar
dan terlindung sulit tumbuh
Terumbu karang
lebih baik pada pantai terjal
berbatu yang menghadap laut
lepas aktivitas vulkanik
semakin rendah terumbu karang
semakin baik Lebih baik pada
posisi perairan laut yang lebih terbuka
Lamun lebih baik di
daerah yang lebih terlindung
tumbuh pada sisi pulau yang
terlindung sulit tumbuh
Sumber : Hasil analisis geomorfologi model pulau-pulau kecil Suatu pulau kecil dimana seluruh bagiannya merupakan wilayah pesisir,
maka mangrove bisa mendominasi seluruh pulau, dengan kata lain, tidak hanya terbatas pada daerah yang dekat dengan laut. Kondisi ini terutama banyak
dijumpai pada pulau kecil dengan morfologi datar. Di sisi lain, pada lingkungan fisik yang sama, pulau kecil datar lebih berpotensi untuk pertumbuhan mangrove
daripada pulau kecil berbukit, contoh, Pulau Pasighe tipe vulkanik ekstrusif datar dan Pulau Lengkang tipe tektonik lipatan datar. Sementara itu di pulau-
pulau besar, mangrove dapat dijumpai di sekitar muara sungai. Kasus ini menjelaskan perbedaan fenomena pertumbuhan mangrove antara pulau besar
dan pulau kecil. Keterkaitan antara mangrove dan karakteristik biogeofisik pulau kecil ini mengarahkan untuk lebih mencermati pada klasifikasi tipe pulau yang
membedakan morfologi pulau kecil antara pulau berbukit dan pulau datar. Pada pulau tektonik seperti di Batam, terumbu karang mulanya tumbuh dan
berkembang pada substrat dasar perairan laut dangkal yang merupakan peneplain Gambar 11 g. Pada pulau vulkanik, terumbu karang mulanya tumbuh
dan berkembang pada batu vulkanik yang terendapkan di perairan sekeliling pulau Gambar 15 d dan selanjutnya berkembang dan bergabung membentuk
terumbu pinggiran. Di pulau-pulau vulkanik denudasional yaitu dengan gunungapi yang telah lama mati, terumbu karang dapat berkembang lebih baik.
Sementara itu, pada pulau kecil tipe terumbu diperkirakan proses pertumbuhan terumbu karang merupakan tahap lanjut yang semula berawal pada batuan
vulkanik.
152
5.3.3 Identifikasi ekosistem laut berbasis tipe pulau