biogeofisik pulau kecil dan ekosistemnya dapat memengaruhi sikap dan pola tindak dalam mengelola lingkungan kepulauannya terutama pada pengelolaan berbasis
tradisional. Saat ini, untuk mengimbangi laju pembangunan yang pesat, maka informasi
karakteristik biogeofisik pulau-pulau kecil dan ekosistemnya sangat diperlukan. Data penginderaan jauh satelit dapat memberikan informasi secara spasial,
kualitatif, dan kuantitatif serta dapat diperoleh secara cepat dan akurat. Teknologi penginderaan jauh satelit telah berkembang sejak dekade tujuh-puluhan dan
didukung oleh piranti lunak pengolahan citra dan Sistem Informasi Geografis SIG merupakan salah satu teknologi yang dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan
informasi tersebut. Keunggulan ini sesuai untuk diterapkan di Indonesia, karena variasi luas cakupan citra dan variasi tingkat kedetailan informasi ekosistem laut
dapat ditampilkan dalam keterkaitan antar obyek secara spasial. Selanjutnya berbagai komponen terkait dianalisis untuk perencanaan pengelolaan wilayah
ekosistem daerah penangkapan ikan. Salah satu sifat data penginderaan jauh satelit adalah mempunyai variasi tingkat resolusi spasial, sehingga data ini secara
bertingkat dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan akurasi perolehan informasi karakteristik fisik permukaan bumi atau bentuklahan suatu pulau kecil. Identifikasi
bentuklahan melalui analisis geomorfologi adalah didasarkan pada relief dan proses pembentukannya. Pada prakteknya hasil analisis ini banyak dipakai oleh bidang-
bidang aplikasi lain, seperti bidang perencanaan, pengelolaan, dan pengembangan sumberdaya alam, melalui pengaturan tata ruang wilayah dan daerah.
1.2 Perumusan Masalah
Negara kepulauan Indonesia mempunyai puluhan ribu pulau dimana sebagian besar adalah pulau kecil. Pulau-pulau ini terbentuk pada suatu wilayah
dengan kondisi sebagai berikut: 1 Luas wilayah Indonesia adalah sekitar 8.686.000 km
2
dengan luas laut kurang lebih 8 juta km
2
, pada koordinat antara 94°BT hingga 141°BT dan 6°LS hingga 11°LS.
2 Posisi Indonesia pada pertemuan tiga lempeng tektonik dan pada busur magmatik memungkinkan terjadi proses endogen secara aktif, sehingga
sifat fisik pulau-pulau yang terbentuk menjadi beragam, 3
Posisi Indonesia di daerah tropis memungkinkan terumbu karang, mangrove
, dan lamun berkembang baik. Selain itu, proses pelapukan, erosi,
4
dan pengendapan juga aktif sehingga ekosistem delta, estuari, dan dinamika pantai menjadi aktif,
Kondisi wilayah perairan dan posisi Indonesia membentuk keragaman karakteristik pulau-pulau kecil dan ekosistemnya. Permasalahan utama terkait
dengan kondisi pulau-pulau kecil dan ekosistemnya ada empat macam meliputi cara perolehan informasi pulau kecil dan ekosistemnya, klasifikasi tipe pulau,
identifikasi ekosistem laut, dan pengelompokan pulau kecil dan ekosistemnya. Cara perolehan informasi pulau kecil dan ekosistemnya yang berupa
karakteristik fisik belum diketahui secara menyeluruh dan sulit dilaksanakan, karena sulit dibangun metode yang dapat berlaku secara umum bagi keragaman yang ada
di Indonesia. Skala peta yang tersedia sebagian besar masih relatif kasar bagi sebuah negara kepulauan yang memiliki banyak pulau kecil. Sebagai contoh, Peta
Rupabumi Indonesia skala besar, 1:25.000, yang bersifat regional baru tersedia untuk Jawa dan Nusa Tenggara Timur. Saat ini, peta skala besar, jika tersedia,
masih bersifat sangat lokal karena peta-peta ini biasanya dibuat untuk memenuhi permintaan khusus, misalnya peta batimetri detail untuk pelabuhan. Teknologi
penginderaan jauh dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pemecahan masalah ketersediaan data. Data penginderaan jauh satelit sumberdaya alam seperti
Landsat memiliki berbagai tingkat resolusi spasial. Citra ini memiliki cakupan 185 km X 185 km, sehingga ukuran ini sesuai untuk keperluan identifikasi pulau kecil di
Indonesia secara efisien dan efektif. Namun, teknik pengolahan dan bentuk analisis yang dapat diterapkan belum tersedia khususnya untuk karakteristik biogeofisik
pulau kecil dan ekosistemnya, sehingga dapat menyebabkan kesalahan interpretasi.
Klasifikasi tipe pulau kecil belum mencerminkan karakter biogeofisiknya. Klasifikasi tipe pulau perlu didasarkan pada proses terbentuknya agar digunakan
untuk memahami keragaman karakter biogeofisik ekosistem laut di sekitarnya. Di Indonesia peminat penelitian di bidang geomorfologi relatif masih kurang sehingga
pemahaman proses terbentuknya pulau kecil dan ekosistemnya juga masih rendah. Bentuk klasifikasi yang didasarkan pada proses terbentuknya pulau juga dapat
digunakan untuk membantu masalah sedikitnya jumlah interpreter dengan latar belakang ilmu geomorfologi. Perpaduan antara bentuk klasifikasi dan tenaga teknis
dalam bentuk petunjuk kerja atau suatu model berguna untuk meningkatkan akurasi hasil interpretasi. Bentuk klasifikasi tipe pulau kecil diperlukan karena jumlah pulau
kecil di Indonesia sangat banyak dengan karakteristik sangat beragam.
5
Identifikasi ekosistem laut tanpa memperhatikan pembentuk substrat dasarnya menyebabkan akurasi informasinya kurang sesuai. Keterkaitan antar
ekosistem laut perlu dikenali secara menyeluruh dan pulau-pulau kecil mempunyai pengaruh nyata terhadap ekosistem perairan laut di sekitarnya. Pulau-pulau kecil ini
terbentuk pada sebagian besar wilayah Indonesia, yaitu wilayah lautan 75, oleh karena itu identifikasi ekosistem laut perlu untuk pengelolaan ekosistem daerah
penangkapan ikan Pengelompokan pulau kecil dan ekosistemnya diperlukan untuk pengelolaan
ekosistem daerah penangkapan ikan. Laut Indonesia sebagai daerah penangkapan ikan perlu dilakukan zonasi. Zonasi yang diperlukan adalah yang dapat melokalisir
permasalahan sumberdaya ikan sehingga dapat menuntun kepada bentuk perlakuan dan pengelolaan yang tepat. Akan tetapi, ekosistem laut daerah
penangkapan ikan di Indonesia mempunyai karakteristik beragam sebagai akibat kondisi luas wilayah laut dan terbentuknya pulau-pulau kecil seperti disebutkan di
atas. Akibatnya pengelolaan antar ekosistem laut belum terpadu dan pengelolaan pulau kecilnya juga kurang memperhatikan aspek keberlanjutan. Permasalahan
geografis berupa aspek morfoarrangement adalah menyangkut ”pola” susunan keruangan setiap ekosistem laut yang belum dipahami. Permasalahan terakhir ini
dapat diselesaikan dari berbagai sudut pandang, tetapi jika identifikasinya belum tepat, maka hasil informasi biogeofisiknya akan memiliki akurasi rendah.
Dari keempat komponen struktur masalah yang diidentifikasi, secara mendasar yang menjadi masalah ilmiah dan masalah praktis pada pulau-pulau kecil
dan ekosistemnya adalah: 1 Pengenalan karakteristik biogeofisik pulau kecil dan ekosistemnya sulit
dicapai karena belum dibangun metode yang selektif dan sesuai bagi keragaman yang ada di Indonesia,
2 Klasifikasi tipe pulau kecil kurang mencerminkan karakteristik
biogeofisiknya, 3 Ekosistem laut belum dapat dikenali secara menyeluruh karena belum
tersedia metode identifikasinya, 4
Pengelolaan ekosistem daerah penangkapan ikan kurang mempertimbangkan sifat alamiahnya, sehingga akan sulit dicapai
pemanfaatan sumberdaya ikan yang berkelanjutan. Berdasarkan uraian beberapa permasalahan tersebut, penelitian ini
membangun pengelompokan pulau kecil dan ekosistemnya berbasis geomorfologi.
6
Secara ringkas masalah pulau-pulau kecil di Indonesia secara skematik ditunjukkan pada Gambar 2, dalam bentuk diagram alir struktur masalah.
Gambar 2 Struktur permasalahan pengelompokan pulau kecil dan ekosistemnya. Pertanyaan penelitian yang bersifat praktis sehubungan dengan
permasalahan tersebut adalah: 1 Bagaimana teknik pengolahan citra penginderaan jauh satelit yang sesuai
untuk analisis geomorfologi pulau kecil dan ekosistemnya? 2 Dasar apa yang sesuai untuk membuat klasifikasi tipe pulau kecil agar
dapat mencerminkan karakternya?
Pengelompokan pulau kecil dan
ekosistemnya tidak berbasis geomorfologi
Dinamika proses magmatik tektonik
aktif tidak dipahami Kondisi geografis
Kepulauan Indonesia
Posisi di busur magmatik dan tiga
lempeng tektonik Posisi di daerah
tropis
Teknik pengolahan citra satelit untuk
pulau kecil belum terseleksi
Kaitan kondisi fisik antar ekosistem
laut tidak diketahui Cara perolehan
informasi biogeofisik pulau
kecil tidak tersedia Akurasi informasi
biogeofisik rendah Identifikasi ekosistem
laut belum tepat Klasifikasi tipe pulau
tidak mencerminkan karakternya
Pengelolaan ekosistem laut
kurang optimal
Belum ada pengaturan pemanfaatan SDA pulau
kecil berkelanjutan Pola
morfoarrangement belum dipahami
Pengelolaan antara pulau kecil
ekosistemnya belum dipadukan
Belum ada zonasi pulau kecil berbasis
karakteristik biogeofisik
7
3 Bagaimana bentuk penerapan hasil pengolahan citra penginderaan jauh satelit yang praktis untuk mendapatkan informasi karakteristik biogeofisik
pulau kecil dan ekosistemnya? 4 Bagaimana cara mengkaji korelasi kondisi fisik antara pulau kecil dan
ekosistemnya? 5 Bagaimana penerapan informasi karakteristik biogeofisik pulau kecil untuk
identifikasi karakteristik biogeofisik ekosistem laut? 6 Bagaimana penerapan informasi karakteristik biogeofisik pulau kecil dan
ekosistemnya dalam kaitannya dengan habitat ikan? 7 Apakah dasar untuk menentukan pengelompokan pulau-pulau kecil dan
ekosistemnya sehingga terjaga pemanfaatan sumberdayanya secara berkelanjutan?
1.3 Tujuan dan Manfaat