Karakteristik biogeofisik Tipe Vulkanik

4.1.2.2 Karakteristik biogeofisik

Tipe pulau vulkanik yang dipilih untuk penelitian ini adalah pulau-pulau kecil di Kabupaten Sikka dan Kabupaten Sitaro. Hasil analisis secara geomorfologis dari aspek morfoarrangement, pulau vulkanik di Kabupaten Sikka berkembang mengikuti jalur magmatik yang membentuk kelurusan dengan arah umum ke barat - timur, seperti ditunjukkan pada kelurusan yang menghubungkan antara Pulau Palue, atol Gosong-goni, Pulau Babi, dan Pulau Konga di sebelah barat Sikka. Sementara itu, di Kabupaten Sitaro pulau-pulau kecil berkembang memanjang dengan arah umum ke utara - selatan. Pola ini dapat dilihat dengan jelas dari citra Landsat yang digunakan dalam penelitian Gambar 7 dan 8. Pulau-pulau kecil ini berkembang di samudra yaitu di Laut Flores dan di Laut Sulawesi dan termasuk kategori tipe vulkanik. Secara geomorfologis, keadaan umum pulau-pulau kecil tipe vulkanik dicirikan oleh bentuk pola morfologi pulau yang secara umum berbentuk melingkar seperti Pulau Palue di Kabupaten Sikka atau pola bentuk melingkar yang menyambung seperti Pulau Siau di Kabupaten Sitaro yang pada dasarnya merupakan ciri dari gunungapi. Namun, morfologi pulau kecil tipe vulkanik di daerah penelitian tidak seluruhnya berbentuk melingkar, misal, Pulau Dambila di Kabupaten Sikka dan Pulau Biaro di Kabupaten Sitaro Gambar 16. Pulau vulkanik yang tidak lagi melingkar disebabkan oleh tingkat aktivitas vulkanis lebih lanjut dan asosiasinya dengan proses eksogenik. Secara umum morfologi Kepulauan Sikka dan Sitaro didominasi oleh relief pegunungan dan perbukitan, sedangkan daerah dataran relatif sempit, berupa dataran aluvial pantai dan rataan pasang surut. Perbedaan relief ini dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu tingkat aktivitas vulkanis dan komposisi material vulkanis. Faktor pertama, tingkat aktivitas gunungapi yang tinggi berpotensi membentuk relief pegunungan, sebaliknya aktivitas gunungapi yang semakin lama tidak aktif berpotensi membentuk relief perbukitan dan bahkan dataran. Pola morfologi tersebut hanya berlaku secara relatif terhadap suatu pulau kecil vulkanik, karena pada dasarnya morfologi pulau kecil yang dijumpai merupakan akhir aktivitas magmatik saat kini. Faktor kedua adalah komposisi material vulkanik antara piroklastik dan lava. Material piroklastik lebih rentan terdenudasi dibandingkan material lava, sehingga pulau vulkanik yang didominasi material piroklastik relatif lebih cepat terdenudasi membentuk dataran. Proses erosi dan longsor pada material piroklastik juga lebih intensif yang berpengaruh terhadap 91 ekosistem laut. Morfologi dataran umumnya dimanfaatkan untuk lahan pertanian dan permukiman, sedangkan morfologi pegunungan dan perbukitan dimanfaatkan untuk perkebunan. Pulau-pulau kecil di Sikka dan Sitaro dengan tipe vulkanik mempunyai substrat dasar yang tersusun atas endapan material vulkanik. Bentuklahan terumbu samudra akan berkembang di sini. Pada pulau kecil tipe vulkanik yang berupa gunungapi aktif, terumbu karang secara relatif kurang dapat berkembang karena terganggu oleh produk letusan, seperti yang terjadi di Pulau Ruang. Kegiatan gunungapi dengan periode letusan yang sering berpengaruh terhadap proses pertumbuhannya banyak getaran, penaikan suhu serta sebaran materi vulkan yang mengganggu kejernihan air. Namun, secara umum terumbu karang lebih banyak berkembang dengan baik di pulau kecil tipe vulkanik ternudasi tidak aktif dibandingkan dengan di pulau kecil tipe tektonik. Pulau-pulau kecil tipe vulkanik di Kabupaten Sikka dijumpai terumbu karang sangat bagus karena posisinya berada di samudra, sedangkan mangrove relatif sedikit dan lamun tidak ada. Di Kabupaten Sitaro dijumpai terumbu karang, mangrove , dan lamun dengan kondisi lebih bervariasi.

4.1.2.3 Pengolahan data