tujuan tata ruang. Proses marin yang terjadi pada pesisir pulau kecil seperti halnya pada pesisir pulau besar. Namun, oleh karena luas daratan pulau kecil relatif sempit
sehingga proses marin relatif lebih dominan. Pantai berbatu adalah pantai yang mempunyai tebing pantai cliff,
biasanya dicirikan dengan dinding pantai terjal yang langsung berhubungan dengan laut. Jenis pantai tebing dapat ditemukan dalam dua macam adalah
tebing pantai dengan material lepas yang gampang hancur atau runtuh, dan tebing koral yang umumnya keras dan tidak mudah hancur. Sementara itu, pantai
berpasir adalah pantai yang material penyusunnya terdiri atas pasir bercampur batu, yang umumnya berasal dari daratan dibawa oleh aliran sungai ataupun
yang berasal dari hulu daratan. Material yang menyusun pantai ini dapat juga berasal dari berbagai jenis biota laut seperti terumbu karang yang ada di daerah
pantai itu sendiri. Pantai berlumpur banyak ditemukan di pantai-pantai teluk yang dangkal, estuari, delta, dan pantai yang terlindung Nybakken, 1982.
Pantai di Indonesia dibagi menjadi tiga tipe utama meliputi pantai dataran rendah mangrove, berpasir, delta, pantai berbatu, dan terumbu karang dan
pulau. Evolusi yang berlangsung dipengaruhi oleh faktor eksogenik dan endogenik yang terkait dengan lingkungan tropis basahlembab, situasi
geografis, dan struktur geofisik. Pantai berpasir jarang dijumpai karena pasir dari material yang dibawa oleh sungai-sungai hingga mencapai laut biasanya sangat
kecil sebagai hasil pelapukan kimia yang hebat dan terkait dengan lingkungan tropik basah secara umum. Pantai berbatu ditentukan oleh tiga faktor penting
meliputi struktur, neotektonik, dan litologi Verstappen, 2000.
2.3.1 Geomorfologi pulau kecil
Sumbangan atau peran penting geomorfologi untuk pulau kecil adalah untuk mengetahui karakteristik biogeofisiknya. Karakteristik di sini diberikan
melalui analisis proses terbentuknya pulau kecil, sehingga tercermin sifat dasarnya yang menggambarkan potensi sumberdaya alamnya dan potensi
risikonya. Penyajian informasinya secara deskriptif dan spasial dalam bentuk peta. Analisis geomorfologi berupa tipe pulau dapat memperjelas dan
mempermudah pemahaman karateristik suatu pulau. Aspek-aspek geomorfologi digunakan untuk identifikasi karakteristik
biogeofisik pulau kecil melalui interpretasi data penginderaan jauh satelit, peta, ataupun pengamatan lapangan. Geomorfologi adalah studi berdasarkan
32
kenampakan di permukaan bumi, sedangkan data penginderaan jauh menyajikan kenampakan permukaan bumi pula. Aplikasi data penginderaan jauh untuk
geomorfologi mulanya menggunakan foto udara. Contoh aplikasi data penginderaan jauh satelit antara lain, analisis geomorfologi untuk mendapatkan
pandangan umum daerah Bandung menggunakan citra SPOT oleh Nossin et al. 1996; dan analisis geomorfologi daerah Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi untuk
mendapatkan kelas-kelas bentuklahan mengunakan citra Landsat oleh Asriningrum 1997. Adapun penerapannya untuk pulau kecil didasarkan pada
pendekatan yang sama. Pemanfaatan data penginderaan jauh satelit untuk identifikasi bentuklahan
dapat dilakukan menggunakan aspek morfologi dan morfogenesis. Aspek morfokronologi hanya dapat mengenali tahap stage proses pembentukan namun
tidak dapat mengenali umurnya Asriningrum, 2002. Pada penelitian ini, pembedaan tipe pulau didasarkan pada aspek-aspek morfologi dan morfogenesis
untuk mendapatkan informasi proses terbentuknya pulau kecil. Aspek morfoarrangement juga berperan mengingat data utamanya adalah citra
penginderaan jauh satelit. Proses geomorfologis dibedakan menjadi endogenik dan eksogenik Selby,
1985; Bloom, 1979; Strahler and Strahler, 1978; Thornbury, 1954, dan dari dua proses utama ini diturunkan ke dalam bentuk yang lebih detail dan rinci untuk
mendapatkan klasifikasi tipe pulau. Aspek morfologi pulau kecil dapat dibedakan menjadi berbukit dan datar. Morfologi dapat dikenali dari citra penginderaan jauh
satelit karena citra yang mempunyai gambaran dua dimensi ini dapat memunculkan kesan tiga dimensi dari konfigurasi warna yang ditampilkan.
Ada tiga pendekatan dalam analisis geomorfologi yaitu genetik, bentang- lahan landscape, dan parametrik Zuidam, 1985. Pendekatan genetik
perhatiannya ke aspek proses geologis dan geomorfologis dan sedikit perhatian ke bentuklahan. Pendekatan bentang lahan lebih baik khususnya jika berbasis
proses geomorfologis yang mempertimbangkan bentuklahan, litologi, dan genesis proses yang lalu dan sekarang. Bentuklahan mencirikan bentang lahan
cukup baik. Pendekatan parametrik terlalu detail dan akademis sehingga cenderung tidak berperan dengan jelas untuk mengetahui interaksi sistem
ekologis. Adapun untuk penelitian ini digunakan pendekatan bentanglahan.
33
2.3.2 Geomorfologi terumbu