Di stasiun BS dan BU diketahui bahwa nilai H’ dan E pada kedalaman 3 m lebih tinggi daripada 10 m, berarti kondisi ikan pada kedalaman 3 m lebih
seragam dan kondisi air lebih baik dibandingkan dengan 10 m. Namun, nilai indeks dominansi C pada kedua kedalaman dan di kedua stasiun, termasuk
kategori tidak terdapat spesies yang mendominasi. Di stasiun BS nilai indeks C pada kedalaman 3 m lebih rendah daripada 10 m. Secara relatif dapat diartikan
bahwa, pada kedalaman 3 m di stasiun BS kurang terjadi dominansi, sebaliknya di stasiun BU lebh terjadi dominansi.
Di stasiun GD diketahui bahwa nilai indeks H’ dan E pada kedalaman 3 m lebih rendah daripada 10 m, tapi terjadi sebaliknya pada stasiun GL. Berarti ikan-
ikan di kedalaman 3 m kurang seragam dan kondisi air lebih tercemar dibandingkan 10 m, meskipun perbedaannya tidak begitu nyata. Nilai indeks C
pada kedalaman 3 m di stasiun GD dan GL lebih tinggi dibandingkan dengan 10 m. Artinya, di pulau tipe tol ini pada kedalaman 3 m terjadi tekanan ekologis lebih
tinggi sehingga komunitas lebih labil dan dominansi spesies ikan lebih tinggi. Dengan kata lain, kedua stasiun berada pada kategori bahwa tidak terdapat
spesies yang mendominansi dan struktur komunitas stabil, tetapi pada kedalaman 10 m kondisinya relatif lebih baik.
Secara umum hasil ini menunjukkan bahwa semakin baik kualitas biogeofisik pulau kecil dan ekosistemnya maka semakin baik pula kondisi ikan
karang. Selain itu juga diketahui bahwa daratan pulau kecil yang terjaga dari pencemaran alami ataupun buatan maka kualitas ekosistem laut dan
perikanannya lebih baik.
4.4.3 Pengelompokan pulau kecil berbasis geomorfologi untuk perencanaan perikanan
Pengelompokan pulau kecil adalah penggabungan beberapa pulau kecil ke dalam satu kelompok yang kepadanya dapat diterapkan satu bentuk
pengelolaan. Cara ini dimaksudkan untuk pengelolaan ekosistem daerah penangkapan ikan. Pengelompokan pulau kecil bersifat spasial yang didasarkan
pada karakteristik biogeofisik pulau kecil dan ekosistemnya melalui pengolahan data penginderaan jauh. Karakteristik biogeofisik pulau kecil dan gugus-pulau kecil
dianalisis menurut proses terbentuknya atau morfogenesis. Klasifikasi tipe pulau kecil berbasis geomorfologi digunakan sebagai upaya yang terstruktur untuk
mendapatkan karakteristik biogeofisik pulau kecil dan ekosistemnya. Di sisi lain,
134
kriteria ekologis, untuk identifikasi jenis ekosistem laut, dilakukan analisis dalam hubungannya dengan tipe pulau.
Pengelompokan pulau kecil dibedakan menjadi dua tahapan, yaitu aplikatif dan eksploratif. Secara aplikatif, dilakukan menurut jarak 12 mil dan dibedakan
menjadi dua macam yaitu kelompok pulau kecil dan kelompok gugus-pulau kecil. Secara eksploratif, dilakukan menurut karakteristik biogeofisik dan dibedakan
menjadi tiga macam yaitu kelompok gugus-pulau kecil, kelompok pulau kecil dan gugus-pulau kecil, dan kelompok pulau kecil dan pulau kecil. Secara skematik
pengelompokan pulau-pulau kecil ditunjukkan pada Gambar 43. Pengelompokan pulau kecil dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
1 identifikasi dan pemilahan antara pulau kecil dan gugus-pulau kecil, 2 pengelompokan pulau kecil atau gugus-pulau kecil dengan jarak 12 mil,
3 identifikasi karakteristik biogeofisik pulau kecil, gugus-pulau kecil, dan ekosistemnya,
4 pengelompokan gugus-pulau kecil, 5 pengelompokan pulau kecil dan gugus-pulau kecil yang berdekatan,
6 pengelompokan pulau kecil dan pulau kecil.
II Eksploratif Pengelompokan menurut
karakteristik biogeofisik 3 Gugus-pulau kecil
4 Pulau kecil dan gugus-pulau kecil
5 Pulau kecil dan pulau kecil
Pengelompokan menurut jarak 12 mil
1 Pulau kecil 2 Gugus-pulau kecil
I Aplikatif
Gambar 43 Pengelompokan pulau kecil. Pengelompokan pulau kecil secara aplikatif, dilakukan dengan mengukur
jarak 12 mil. Pulau kecil atau gugus-pulau kecil yang berada jauh di antara pulau- pulau kecil lain diukur jaraknya dan jika berjarak lebih dari 12 mil maka
merupakan satu kelompok. Kemungkinannya dapat berupa kelompok pulau kecil atau kelompok gugus-pulau kecil. Contoh di daerah penelitian adalah Pulau
135
Palue dan Pulau Sukun di Kabupaten Sikka serta Pulau Makalehi di Kabupaten Sitaro Gambar 1a. Ketiganya termasuk kategori pengelompokan kesatu yaitu
kelompok pulau kecil. Jika pulau kecil yang terpisah membentuk gugus-pulau maka feomena ini termasuk kategori pengelompokan kedua yaitu kelompok
gugus-pulau kecil Pulau Palue berjarak 11 mil dengan Pulau besar Flores dan berjarak 31
mil dengan Pulau Sukun, sedangkan Pulau Makalehi berjarak 13,5 mil dengan Pulau Siau. Kasus ini menjadi pertimbangan ketentuan jarak sejauh +12 mil
sebagai cara aplikatif untuk mengelompokkan pulau-pulau kecil. Pulau Palue, Pulau Sukun, dan Pulau Makalehi adalah pulau kecil tipe vulkanik ekstrusif
berbukit. Jarak pulau-pulau kecil yang berjauhan berpotensi dijumpai pada pulau kecil tipe vulkanik, tipe atol, dan tipe terumbu yang proses terbentuknya berada
di daerah samudra dan terkait dengan aktivitas magmatik.
a Gugus-pulau Besar
b Pulau Moimoi
Landsat RGB 543
c Pulau Pahepa d Pulau Ranuh
P. Buhias
P. Pahepa Landsat
RGB 421
P. Laweang
P. Biora P. Masere
P. Behang P. Awi
P. Bakau P. Sekila
P. Moimoi
Landsat RGB 421
P. Ranuh
P. Hantu Landsat
RGB 421
P. Abang-kecil
Gambar 44 Gugus-pulau kecil dan pulau kecil.
136
Pengelompokan pulau kecil secara eksploratif, dilakukan dengan cara mengeksplorasi atau mengidentifikasi karakteristik biogeofisik pulau-pulau kecil
dan ekosistemnya. Berdasarkan karakteristik biogeofisik tersebut dilakukan pengelompokan yang dibedakan menjadi tiga macam yaitu kelompok gugus-
pulau kecil, kelompok pulau kecil dan gugus-pulau kecil, dan kelompok pulau kecil dan pulau kecil.
Kelompok gugus-pulau kecil atau pengelompokan ketiga. Keterkaitan dan interaksi pulau-pulau kecil yang termasuk kategori gugus-pulau dikaji dari kondisi
perairan laut dangkalnya. Contoh di daerah penelitian, Gambar 1 b, menunjukkan pulau-pulau kecil tipe tektonik yang tergabung dalam satu paparan yang dapat
dikategorikan sebagai suatu gugus-pulau. Gambar 44 a menunjukkan warna biru terang adalah bentuklahan perbukitan sisa vulkanik yang tergenang oleh air laut
dan membentuk bentuklahan terumbu yang menjadi penghubung antara Pulau Besar, Pulau Kondo, Pulau Parumaan, Pulau Dambila, dan Pulau Pangabatang.
Kumpulan pulau-pulau kecil tipe vulkanik ekstrusif berbukit dan datar ini membentuk gugus-pulau kecil. Di sini pertumbuhan terumbu karang semakin
merekatkan pulau-pulau kecil tersebut. Gambar 29 g menunjukkan bentuklahan terumbu telah menjadi penghubung antara Pulau Pomana-besar dengan Pulau
Pomana-kecil, sehingga kedua pulau kecil tipe terumbu ini juga dapat dikategorikan sebagai gugus-pulau kecil.
Uraian tersebut menjelaskan bahwa kelompok gugus-pulau kecil merupakan cara pengelompokan pulau kecil yang mengikuti fenomena proses
alami. Cara pengelompokannya dapat memanfaatkan data penginderaan jauh seperti diuraikan di atas. Contoh tersebut juga menguraikan fenomena
terbentuknya gugus-pulau kecil yang terbentuk pada satu tipe pulau kecil. Tidak tertutup kemungkinan, gugus-pulau kecil terbentuk oleh pulau-pulau kecil yang
berlainan tipenya. Metode identifikasinya sama seperti halnya pada satu tipe pulau kecil yaitu melalui kondisi perairan laut dangkal yang berupa paparan,
peneplain, atau bentuklahan terumbu. Jika gugus-pulau kecil terbentuk pada tipe pulau kecil yang berlainan maka pengelolaannya perlu mempertimbangkan
adanya karakteristik biogeofisik yang berlainan. Kelompok pulau kecil dan gugus-pulau kecil atau pengelompokan keempat.
Contoh di daerah penelitian, Gambar 44 d, Gugus-pulau Hantu dan Pulau Ranuh yang keduanya merupakan pulau kecil tipe tektonik lipatan berbukit. Berdasarkan
karakteristik biogeofisik memungkinkan untuk dijadikan satu kelompok. Pada
137
Gambar 44 c, dijumpai Pulau Buhias, Pulau Pahepa, Pulau Behang, dan Pulau Masere telah membentuk gugus-pulau kecil yang disatukan oleh bentuklahan
terumbu. Sementara itu, Pulau Laweang dan Pulau Biora merupakan pulau-pulau kecil yang terpisah dengan jarak berdekatan. Gugus-pulau kecil dan kedua pulau
kecil ini merupakan pulau kecil tipe vulkanik ekstrusif berbukit terdenudasi. Oleh karena karakteristik biogeofisik gugus-pulau kecil dan pulau-pulau kecil ini sama
maka dapat dijadikan satu kelompok. Kelompok pulau kecil dan pulau kecil atau pengelompokan kelima. Pada
Contoh di daerah penelitian, Gambar 44 b, dijumpai pulau-pulau kecil yang berdekatan dan semuanya merupakan pulau kecil tipe tektonik berbukit dengan
kondisi ekosistem laut serupa. Pulau-pulau kecil ini dapat dijadikan dalam satu kelompok karena memiliki karakteristik biogeofisik sama.
Sebaliknya, pada Gambar 8 dijumpai Pulau Ruang, Pulau Tagulandang, dan Pulau Pasighe dengan jarak berdekatan. Ketiga pulau kecil ini berada pada
satu area perairan laut dangkal Gambar 20. Ketiganya merupakan pulau kecil tipe vulkanik ekstrusif berbukit dan datar mulai dari sangat aktif hingga tidak aktif.
Meskipun ketiga pulau kecil tersebut berdekatan, tetapi berdasarkan karakteristik biogeofisik tidak dapat dijadikan dalam satu bentuk pengelolaan. Produk letusan
Gunungapi Ruang yang aktif di Pulau Ruang menyebabkan pertumbuhan terumbu karang perairan sekelilingnya ketiga pulau tersebut terkendala. Pulau
Tagulandang di sebelahnya mempunyai terumbu pinggiran yang berkembang baik. Sementara itu, Pulau Pasighe mempunyai hutan mangrove, terumbu
karang, dan padang lamun yang jauh lebih baik. Fenomena ini adalah contoh pulau-pulau kecil satu tipe yang berdekatan tetapi tidak sesuai dijadikan satu
kelompok. Jika pulau-pulau kecil dengan jarak berdekatan mempunyai karakteristik
biogeofisik sangat berlainan perlu perhatian khusus dalam pengelolaannya. Pengelompokan aplikatif dan eksploratif seperti diuraikan di atas, selanjutnya
dibuatkan batas yang menjadi zonasi ruang wilayah kerja pengelolaan yaitu menggunakan jarak, misalnya dengan cara membagi dua.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pengelompokan pulau kecil lebih mudah dimulai secara aplikatif kemudian secara eksploratif. Jika if pada
jarak 12 mil terdapat pulau-pulau kecil belum terpisahkan, maka then ditempuh cara eksploratif. Penarikan jarak ditentukan menurut kedalaman perairan laut
dangkal yaitu pada batas surut terendah atau batas pecah gelombang breaker
138
line . Perairan laut dangkal di pulau kecil tipe tektonik berupa paparan, di pulau
kecil tipe vulkanik berupa endapan material hasil letusan, dan di pulau kecil tipe terumbu berupa bentuklahan terumbu. Jarak ditarik mulai dari sisi paparan atau
terumbu terluar. Dari citra Landsat RGB 421 atau RGB 543 perairan laut dangkal berwarna biru terang. Pada pulau dengan topografi pantai terjal daerah pecahan
gelombang breaker zone dapat dikenali seperti pada Gambar 36. Cara pengelompokan ini mengandung risiko adanya suatu kelompok pulau berada di
bawah dua daerah kewenangan secara administratif.
139
5 PEMBAHASAN
5.1 Teknik Pengolahan Data Pulau Kecil dan Ekosistemnya 5.1.1 Pulau Kecil