Pengolahan data Tipe Terumbu

Secara geomorfologis, keadaan umum Pulau Pomana dicirikan oleh perbukitan berupa dua punggungan bukit dan satu bukit kecil. Perbukitan ini dicirikan oleh morfologi bukit berteras dengan arah umum Timurlaut. Pola ini berasal dari proses tektonik yaitu pengangkatan yang berlangsung pada batu gamping terumbu. Hasil pengangkatan ini membentuk tiga pulau kecil yang termasuk pulau kecil tipe terumbu. Morfologi pulau secara umum berbentuk memanjang atau tidak melingkar. Pulau Pomana diduga merupakan tiga pulau yang terpisah. Dua pulau yang lebih besar yang telah terhubungkan oleh tombolo yang dinamakan Pulau Pomana-besar, dan satu pulau lebih kecil yang dinamakan Pulau Pomana-kecil. Bentuklahan tombolo adalah cuspate foreland yang telah menghubungkan dua pulau. Saat kini, ketiga pulau kecil ini telah terhubungkan oleh bentuklahan terumbu sehingga membentuk gugus-pulau. Secara umum morfologi perbukitan mendominasi Pulau Pomana, sedangkan daerah dataran relatif sempit, yang berupa bentuklahan tombolo, cuspate foreland, dan gisik pantai. Dataran terbentuk dari endapan batu gamping terumbu hasil abrasi air laut. Dataran relatif luas dijumpai di antara dua perbukitan besar di Pulau Pomana-besar. Sementara itu, dataran sempit dijumpai di bagian Timur dan Selatan Pulau Pomana-besar. Dataran lain berupa dataran pantai yang relatif sangat sempit. Proses abrasi di tepi pantai pulau-pulau kecil ini menyisakan tebing terjal atau cliff Gambar 26 a dan b. Pantai dengan tebing terjal mendominasi pantai di Pulau Pomana-besar dan Pulau Pomana-kecil. Tebing pantai ini membentuk gerong laut notch yang mencerminkan kerja gelombang yang kuat. Hal ini menjadi salah satu penyebab mengapa mangrove dan lamun sulit tumbuh dan berkembang. Di samping posisi pantainya berhadapan dengan gelombang besar, sedimentasi lumpur rendah, dan potensi pembentukan air payau yang rendah. Daerah dataran pantai berupa bentuklahan tombolo dan cuspate foreland dan dimanfaatkan oleh penduduk sebagai permukiman. Masyarakat menggunakan sumber air tawar yang muncul di lereng perbukitan.

4.1.3.3 Pengolahan data

Hasil perhitungan OIF pada citra Landsat untuk model pulau kecil tipe terumbu diperoleh bahwa, kombinasi kanal untuk Pulau Pomana-besar adalah 257 dan untuk Pulau Pomana-kecil adalah 235. Urutan nilai OIF Pulau Pomana- besar ditunjukkan pada Lampiran 6. Perbedaan yang menyolok dari kedua model 104 pulau kecil ini adalah pada ukuran pulau. Nilai digital Pulau Pomana-kecil banyak dipengaruhi oleh perairan laut dangkal termasuk terumbu karang yang relatif luas. Sementara itu, hasil perhitungan OIF pada citra QuickBird diperoleh bahwa untuk Pulau Pomana-besar adalah kombinasi kanal 124 dan Pulau Pomana-kecil adalah 234. Berdasarkan kombinasi kanal terseleksi dibuat enam citra komposit dan salah satunya ditunjukkan pada Gambar 29 a dan b untuk citra Landsat dan Gambar 29 e dan f untuk citra QuickBird. Morfologi Pulau Pomana-besar tampak lebih jelas dari citra Landsat Gambar 29 a dan b dibandingkan dari citra QuickBird Gambar 29 e dan f, padahal resolusi spasialnya jauh berbeda yaitu antara 30 m dengan 2,44 m. Demikian halnya untuk Pulau Pomana-kecil antara Gambar 29 b dan f. Hal ini menunjukkan bahwa citra Landsat sesuai untuk tampilan morfologi pulau-pulau kecil tipe terumbu. Kanal 7 pada kombinasi kanal 257 terseleksi memiliki nilai OIF tertinggi pada Pulau Pomana-besar. Citra komposit terpilih adalah RGB 752. Di sisi lain, hasil penelitian Parcharidis et al 1998 yang mempelajari fenomena karst di pantai utara Selat Corinthian menyebutkan bahwa kanal-kanal terseleksi adalah 1, 4, dan 7. Citra komposit terpilih adalah RGB 471. Adanya perbedaan ini diperkirakan dipengaruhi oleh perbedaan penutup lahan, akan tetapi pada kedua peneitian ini ada kesamaan yaitu terpilihnya kanal 7. Obyek–obyek ekosistem terumbu karang pada Gambar 29 e QuickBird lebih jelas daripada Gambar 29 a Landsat. Sementara itu, Gambar 29 e RGB 421 lebih jelas daripada Gambar 29 f RGB 432, dimana keduanya memiliki karakteristik biogeofisik yang sama yaitu terumbu karang yang tumbuh pada batuan gamping terumbu. Kondisi serupa juga dijumpai pada perbandingan antara RGB 542 dengan RGB 421 pada sesama citra Landsat. Hal ini menunjukkan bahwa resolusi spektral lebih berperan dibandingkan resolusi spasial. Kanal 1 dan 2 lebih sesuai dalam menampilkan obyek–obyek ekosistem terumbu karang. Hasil penajaman spektral terseleksi untuk model pulau kecil tipe terumbu adalah autoclip, sedangkan hasil filter terseleksi adalah high-pass sharpen 2 Tabel 24 dan 25. Model pulau-pulau kecil tipe terumbu mempunyai kondisi penutup lahan yang relatif sama. Contoh citra hasil penajaman dan pemfilteran ditunjukkan pada Gambar 29 c dan h. 105 a Pulau Pomana-besar, Landsat RGB 752 b Pulau Pomana-kecil, Landsat RGB 532 c Pulau Pomana Landsat RGB 752 autoclip, sharpen 2 d Pulau Pomana Landsat RGBI 7528 e Pulau Pomana-besar, QuickBird RGB 421 f Pulau Pomana-kecil, QuickBird RGB 432 h Pulau Pomana, QuickBird RGB 421 autoclip, sharpen 2 g Pulau Pomana, Citra Landsat RGB 421 Gambar 29 Citra komposit Landsat dan QuickBird Pulau Pomana. 106 Tabel 24 Hasil penajaman pada model pulau kecil tipe terumbu Penajaman Pulau Linear Autoclip Levelslice Equalizer Gaussian Default Log Pomana- besar ++ ++++ +++ +++ +++ + Pamana- kecil ++ ++++ +++ +++ +++ + Keterangan: - : tidak jelas + : kurang jelas ++ : jelas +++ : sangat jelas ++++: paling jelas Sumber: Hasil pengolahan data dengan software Er-Mapper 6.4 Tabel 25 Hasil pemfilteran pada model pulau kecil tipe terumbu Filter low pass high pass edge detection Pulau average 3x3 average diagonal Sharpen 2 Sharp edge Gradien in the x direction Gradien in the y direction Pomana- besar ++ ++ ++++ + - - Pamana- kecil ++ ++ ++++ + - - Keterangan: - : tidak jelas + : kurang jelas ++ : jelas +++ : sangat jelas ++++ : paling jelas Sumber : Hasil pengolahan data dengan software Er-Mapper 6.4 Hasil fusi multispasial dari citra Landsat RGBI 7528 Gambar 29 d maupun dari citra QuickBird meningkatkan kejelasan atau ketajaman tampilan morfologi dan obyek-obyek pulau kecil tipe terumbu. Namun, fusi multispasial tidak memperjelas atau tidak mempertajam tampilan obyek-obyek terumbu karang. Hal ini juga terjadi pada pulau kecil tipe tektonik dan vulkanik yang menunjukkan bahwa terumbu karang memerlukan kisaran panjang gelombang lebih spesifik. Pada model pulau-pulau kecil tipe terumbu tidak dijumpai mangrove dan lamun tetapi dijumpai terumbu karang dengan pertumbuhan sangat baik. Teknik fusi multispektral berupa citra warna semu False Color CompositeFCC seperti RGB 421 dapat dibangun dari citra Landsat dan QuickBird. Citra komposit RGB 421 ini menampilkan terumbu karang dengan baik Gambar 29 e dan g dan menjadi lebih jelas lagi dengan penajaman autoclip sharpen 2 Gambar 29 h. 107 Pada analisis bentuklahan terumbu berbasis geomorfologi, citra komposit RGB 421 dari Landsat sudah dapat menampilkan bentuklahan terumbu dengan baik. Perbandingan antara Gambar 29 g dengan 29 b di perairan Pulau Pomana-kecil, menunjukkan perbedaan kedetailan tampilan terumbu akibat perbedaan pilihan kanal; dimana kanal 1 dan 2 lebih baik. Sementara itu, perbandingan antara Gambar 29 g dengan 29 h menunjukkan bahwa identifikasi bentuklahan terumbu dan terumbu karang sudah dapat dicapai dari citra Landsat. Pulau kecil tipe tektonik ditandai terutama oleh bentuklahan tektonik atau struktural dan di daerah penelitian didominasi oleh struktur lipatan. Aspek morfoarrangement berupa igir memanjang dan bentuk beragam lebih berperan untuk identifikasinya. Pulau-pulau kecil yang terbentuk sebenarnya adalah bagian dari peneplain yang tidak tenggelam. Peneplain ini tersusun oleh batupasir, batulempung, dan konglomerat, dan di pantainya batuan ini tersingkap dengan kemiringan dip struktur yang bervariasi. Kondisi luas peneplain yang tenggelam dan ekosistem laut yang terbentuk membuat karakteristik biogeofisik pulau kecil bervariasi, sehingga karakter spektralnya beragam yang berpengaruh pada fusi multispektral. Fusi multispektral terseleksi adalah 234 dan 345. Fusi multispasial sesuai dalam mempertajam morfologi pulau dan mangrove. penutup lahannya homogen dan pulaunya kecil, penajaman yang sesuai adalah autoclip highpass sharpen 2 . Jadi teknik pengolahan datanya adalah Gambar 46. 108

4.2 Klasifikasi Tipe Pulau Kecil Berbasis Geomorfologi

Hasil kajian pulau-pulau kecil di daerah penelitian dapat diketahui bahwa dasar klasifikasi pullau yang telah ada masih kurang mencerminkan karakteristik biogeofisik. Klasifikasi tipe pulau seperti diuraikan pada sub-bab 2.1.2; secara garis besar lebih menekankan pada tiga dasar klasifikasi yaitu 1 ketinggian, yang membedakan antara tinggi dan rendah, 2 topografi, yang membedakan antara berbukit dan datar, dan 3 lokasi, yang membedakan antara oseanik dan kontinen. Berdasarkan ketiga klasifikasi ini maka tampak bahwa karakter ekosistem laut yang tumbuh dan berkembang belum dapat digambarkan dengan baik. Dengan kata lain, klasifikasi yang ada belum dapat menggambarkan potensi pertumbuhan mangrove, terumbu karang, ataupun lamun. Berdasarkan hal tersebut makadalam penelitian ini klasifikasi tipe pulau kecil dilakukan berbasis geomorfologi, yaitu mengikuti proses geomorfik. Sistem klasifikasi tipe pulau kecil diawali dari morfogenesis dan kemudian dilengkapi dengan morfologi umum berupa morfografi. Hal ini diperlukan agar dalam pengkelasan tipe pulau kecil sekaligus dapat memberikan gambaran umum karakteristik biogeofisik ekosistem lautnya. Tabel 26 Klasifikasi tipe pulau kecil menurut morfogenesis Morfo- genesis Proses Tipe pulau Morfografi Endogenik Tektonik lipatan patahan Tektonik lipatan Tektonik patahan Berbukit, datar Berbukit, datar Vulkanik Magmatik intrusif ekstrusif Vulkanik intrusif Vulkanik ekstrusif Berbukit, datar Berbukit, datar Eksogenik degradasif Stack Monadnock Berbukit Berbukit, datar Gradasif aggradasif Hummock Aluvialdelta Moraine Berbukit Datar Datar karang Terumbu Atol Berbukit, datar Datar Biologik mangrove Gambut Datar, berbukit Antropogenik manusia Buatan Datar, berbukit Sumber: Hasil analisis geomorfologi. jarang terjadi di Indonesia. 109