Kebijakan DAS Kebijakan .1 Kebijakan Perumahan dan Permukiman

sehingga berfungsi untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya, penyimpanan serta pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum alam sekelilingnya demi keseimbangan daerah tersebut Syahrir 2002. Pengelolaan DAS sebagai bagian dari pembangunan wilayah sampai saat ini masih menghadapi berbagai masalah yang kompleks dan saling terkait. Permasalahan tersebut antara lain terjadinya erosi, banjir, kekeringan, masih belum adanya keterpaduan antar sektor, antar instansi dan kesadaran masyarakat yang rendah tentang pelestarian manfaat sumber daya alam. Kebijakan dasar dalam pengelolaan DAS sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 52Kpts-II2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan DAS adalah sebagai berikut: 1 Pengelolaan DAS dilakukan secara holistik, terencana dan berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan baik untuk kehidupan maupun penghidupan dan menjaga kelestarian lingkungan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sesuai UUD 1945 Pasal 33 ayat 3; 2 Pengelolaan DAS dilakukan secara desentralisasi dengan pendekatan DAS sebagai satuan wilayah pengelolaaan; 3 Pengelolaan DAS dilaksanakan berdasar prinsip partisipasi dan konsultasi masyarakat pada tiap tingkat untuk mendorong tumbuhnya komitmen bersama antar pihak berkepentingan stakeholders; 4 Pengelolaan DAS memerlukan kondisi yang memungkinkan partisipasi masyarakat guna mengurangi secara bertahap beban Pemerintah dalam pengelolaan DAS; 5 Masyarakat yang memperoleh manfaat atas pengelolaan DAS secara bertahap baik secara langsung maupun tak langsung wajib menanggung biaya pengelolaan berdasar prinsip kecukupan dana cost recovery; dan 6 Sasaran wilayah Pengelolaan DAS adalah wilayah DAS secara utuh sebagai satu kesatuan ekosistem. DAS dan wilayah sungai tidaklah pernah mempunyai batas yang bertepatan dengan batas-batas wilayah administrasi. Menurut Keputusan Menteri kehutanan No. 52Kpts-II2001, DAS diklasifikasikan menurut hamparan wilayah dan fungsi strategisnya sebagai berikut: 1 DAS lokal: terletak secara utuh berada di satu daerah kabupaten atau kota, dan atau DAS yang secara potensial hanya dimanfaatkan oleh satu daerah kabupaten atau kota; 2 DAS regional: letaknya secara geografis melewati lebih dari satu daerah kabupaten atau kota; dan atau DAS yang secara potensial dimanfaatkan oleh lebih dari satu daerah kabupaten atau kota; dan atau DAS lokal yang atas usulan pemerintah kabupaten atau kota yang bersangkutan, dan hasil penilaian ditetapkan untuk didayagunakan dikembangkan dan dikelola oleh pemerintah provinsi, dan atau DAS yang secara potensial bersifat strategis bagi pembangunan regional; dan 3 DAS nasional: letaknya secara geografis melewati lebih dari satu daerah propinsi, dan atau DAS yang secara potensial dimanfaatkan oleh lebih dari satu daerah provinsi, dan atau DAS regional yang atas usulan pemerintah provinsi yang bersangkutan, dan hasil penilaian ditetapkan untuk didayagunakan dikembangkan dan dikelola oleh pemerintah pusat, dan atau DAS yang secara potensial bersifat strategis bagi pembangunan nasional.

2.6 Sistem Informasi Geografis SIG

Geographic information system GIS atau sistem informasi geografis SIG adalah suatu sistem yang dirancang untuk bekerja dengan data yang mereferensi pada koordinat geografi atau spasial dan juga non spasial Star 1990. SIG merupakan sistem basis data dengan kemampuan spesifik untuk data spasial dan non spasial, dan juga dapat melakukan operasi data. Sistem informasi geografis berdasarkan operasinya dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: 1 SIG secara manual, yang beroperasi memanfaatkan peta cetak kertastransparan, bersifat data analog, dan 2 SIG secara terkomputer atau SIG otomatis prinsip kerjanya sudah dengan menggunakan komputer sehingga datanya adalah data digital Barus dan Wiradisastra 2000. Pada SIG terdapat dua macam data yaitu data spasial dan data atribut. Data spasial disajikan dalam bentuk titik, garis dan area. Data atribut sering diketegorikan sebagai data non spasial, karena peranannya tidak menunjukkan posisinya akan tetapi lebih menunjukkan penjelasan mengenai objek atau bersifat identitas. Data atribut dapat dinyatakan menjadi empat bentuk yaitu nominal, ordinal, interval dan ratio. Titik adalah representasi grafis yang paling sederhana untuk suatu objek. Representasi ini tidak memiliki dimensi tetapi dapat diidentifikasi di atas peta dan dapat ditampilkan pada layar monitor dengan menggunakan simbol-simbol. Sudut proverty suatu batas poligon juga merupakan titik, sebagaimana telah umum juga digunakan untuk penggambaran sudut-sudut persil dan bangunan. Pada skala besar bangunan akan ditampilkan sebagai poligon, sementara pada skala kecil akan ditampilkan sebagai titik. •1 3 9 • 6 • • •4 •2 •5 Gambar 5 Contoh representasi objek titik untuk data posisi rumah Sumber: Prahasta 2007 Garis adalah bentuk linier yang akan menghubungkan paling sedikit dua titik dan digunakan untuk merepresentasikan objek-objek satu dimensi. Batas-batas poligon merupakan garis-garis, demikian pula dengan jaringan listrik, komunikasi, pipa air minum, saluran buangan, dan utiliti lainnya. Di sisi lain, entity jalan dan sungai dapat direpresentasikan baik sebagai garis maupun poligon, tergantung skala petanya. Gambar 6 Contoh representasi objek garis untuk data lokasi jalan dan atributnya Sumber: Prahasta 2007 ID Nama Kode Pos 4 Jl.Jakarta 990102 2 Jl.Cipaganti 990281 3 Jl.Cinangka 992722 5 Jl.Karang 995733 7 7 2 6 5 8 3 1 4