Penilaian atas fungsi obyek dan kaitan antar obyek dengan cara menginterpretasi dan menganalisis citra yang hasilnya berupa klasifikasi yang
menuju ke arah teorisasi dan akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari penilaian tersebut. Pada tahapan ini interpretasi dilakukan oleh seorang yang sangat ahli
pada bidangnya, karena hasilnya sangat tergantung pada kemampuan menafsir citra. Menurut Prof. Dr. Sutanto, pada dasarnya interpretasi citra terdiri dari dua
kegiatan utama, yaitu perekaman data dari citra dan penggunaan data tersebut untuk tujuan tertentu. Perekaman data dari citra berupa pengenalan obyek dan
unsur yang tergambar pada citra serta penyajiannya ke dalam bentuk tabel, grafik atau peta tematik. Urutan kegiatan dimulai dari:
a. menguraikan atau memisahkan obyek yang rona atau warnanya berbeda;
b. ditarik garis batas atau delineasi bagi obyek yang rona dan warnanya sama
c. setiap obyek dikenali berdasarkan karakteristik spasial dan unsur temporalnya
d. Obyek yang sudah dikenali, diklasifikasi sesuai dengan tujuan interpretasinya
e. Digambarkan ke dalam peta kerja atau peta sementara
f. Guna menjaga ketelitian dan kebenarannya dilakukan pengecekan medan
lapangan g.
Interpretasi akhir adalah pengkajian atas pola atau susunan keruangan obyek; dan dipergunakan sesuai tujuannya.
Untuk penelitian murni, kajiannya diarahkan pada penyusunan teori, dan analisisnya digunakan untuk penginderaan jauh, sedangkan untuk penelitian
terapan, data yang diperoleh dari citra digunakan untuk analisis dalam bidang tertentu. Dalam menginterpretasi citra, pengenalan obyek merupakan bagian yang
sangat penting, karena tanpa pengenalan identitas dan jenis obyek, maka obyek yang tergambar pada citra tidak mungkin dianalisis. Prinsip pengenalan obyek
pada citra didasarkan pada penyelidikkan karakteristiknya pada citra. Karakteristik yang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali obyek
disebut unsur interpretasi citra.
III. BAHAN DAN METODE
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berbasis DAS. Penelitian dilakukan pada wilayah-wilayah yang berada pada satu daerah aliran sungai. DAS tidak mengenal batas-batas
administrasi oleh karena itu pengelolaannya lebih alami menjadi satu kesatuan ekosistem mulai dari hulu, tengah dan hilir. Penelitian ini berlokasi di kawasan
permukiman DAS Cianjur di wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat Gambar 8. DAS Cianjur yang terletak pada ketinggian antara 265 m dpl sampai dengan 2 950
m dpl telah banyak mengalami perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian dan hutan ke lahan permukiman. Permukiman tumbuh dan menyebar mulai dari
ketinggian 265 m dpl sampai 1 250 m dpl Sukri 2004, terutama terjadi di zona hulu DAS Cianjur yang mengalami perkembangan ekonomi pesat dan merupakan
daerah tujuan wisata. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni 2006 sampai Mei 2007.
Gambar 8 Lokasi penelitian Provinsi
Jawa Barat
DAS Cianjur
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: Peta rupa bumi Indonesia tahun 1999 lembar Cipanas, Cugenang dan Cianjur skala 1 : 25.000
produksi BAKOSURTANAL, Peta rupa bumi digital tahun 1999 lembar Cipanas, Cugenang dan Cianjur skala 1 : 25.000 produksi BAKOSURTANAL, citra
landsat ETM tahun 2006 PPLH IPB, peta tanah DAS Cianjur skala 1 : 50.000 produksi Pusat Penelitian Tanah PPT, peta geologi lembar Cianjur skala 1 :
100.000 produksi Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi PPPG, peta kawasan kawan bencana Kabupaten Cianjur skala 1 : 225 000 Dinas Cipta Karya,
peta kepekaan tanah terhadap erosi Kabupaten Cianjur skala 1 : 225 000 Dinas Cipta Karya, peta kedalaman efektif Kabupaten Cianjur skala 1 : 225 000 Dinas
Cipta Karya dan data curah hujan tahun 2004. Alat yang digunakan dalam penelitiaan ini berupa: alat tulis, kamera
digital, global positioning system GPS, roll meter, scanner, kuesioner. komputer, software
Acr View versi 3.2 dengan full extension dan Map info Profesional 7.0, dan criterium decision plus versi student.
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini meliputi empat kajian, yaitu: 1 pola penyebaran permukiman; 2 spesifikasi kebutuhan dan gaya hidup masyarakat terhadap kualitas
permukiman; 3 evaluasi kesesuaian lahan permukiman; dan 4 rumusan kriteria permukiman sehat dan berwawasan lingkungan.
3.3.1 Kajian analisis pola sebaran permukiman di wilayah DAS Cianjur
Kajian ini bertujuan untuk menganalisis pola sebaran permukiman di wilayah hulu, tengah, dan hilir DAS Cianjur ditinjau dari aspek: 1 bentuk
permukiman dan 2 tingkat penyebaran permukiman. 1 Metode Pengumpulan Data
Populasi adalah permukiman di DAS Cianjur. DAS Cianjur mencakup 33 desa yang terletak di enam wilayah kecamatan yaitu Pacet, Cugenang, Cianjur,
Karang Tengah, Sukaluyu, dan Cilaku Gambar 9. Penentuan sampel dilakukan dengan metoda multi stage sampling Adib 2006.