tidak plastis lagi. Kadar air dimana tanah mulai tidak plastis lagi disebut batas plastis. Menurut sistem unified, tanah diklasifikasikan berdasarkan atas sebaran
besar butir fraksi tanah berukuran kurang dari 75 mm, plastisitas, batas cair dan kandungan bahan organik Tabel 5.
2 Potensi Mengembang dan Mengkerut Tanah mengandung mineral liat yang mudah mengembang bila basah dan
mengkerut bila kering disebut vertisol atau grumusol. Tanah ini mengandung mineral liat tipe 2:1 yang tinggi sehingga dimusim kemarau terjadilah retakan
selebar 25 cm atau lebih. Jenis tanah ini dapat menyebabkan pondasi dan dinding- dinding bangunan menjadi retak-retak Jumikis 1962. Di sisi lain dapat pula
menyebabkan lantai bagian tengah terangkat dan retak pada tembok bangunan. Tabel 5 Klasifikasi tanah unified dan kesesuaian sebagai subgrade untuk
pembuatan jalan dan pondasi
Simbol Deskripsi Tingkat
Kesesuaian GW
Kerikil dengan besar butir tersebar rata atau tersusun baik
Sangat baik GP
Kerikil dengan besar butir tidak tersebar rata atau tersusun buruk
Sangat baik GM
Kerikil dengan hampir seluruh bahan halus terdiri dari debu
Baik GC
Kerikil dengan hampir seluruh bahan halus adalah liat Baik
SW Pasir dengan besar butir tersusun baik
Baik SP
Pasir dengan besar butir tersusun buruk Baik – cukup baik
SM Pasir dengan hampir seluruh bahan halus adalah debu
Cukup baik SC
Pasir dengan hampir seluruh bahan halus adalah liat Cukup baik – kurang baik
ML Debu dengan batas cair rendah yaitu 50 berat
Kurang baik MH
Debu dengan batas cair tinggi yaitu 50 berat Cukup baik – kurang baik
CL Liat dengan batas cair rendah 50 berat
Cukup baik – kurang baik CH
Liat dengan batas cair tinggi 50 berat Kurang baik
OL Liat dan debu berbahan organik cukup tinggi dengan
batas cair kurang dari 50 berat Kurang baik
OH Liat dan debu berbahan organik cukup tinggi dengan
batas cair lebih dari 50 berat Buruk
PT Tanah gambut
Tidak sesuai
Sumber: Hardjowigeno 2007 3 Tata Air Tanah
Tata air tanah yang buruk kemungkinan dapat minimbulkan kerusakan- kerusakan terhadap konstruksi di bawah tanah atau genangan air. Tata air tanah ini
berhubungan dengan drainase tanah, permeabilitas, dan dalamnya air tanah Hardjowigeno 2007.
4 Tebal Tanah Sampai ke Hamparan Batuan Adanya hamparan batuan sampai kedalaman 2 meter atau kurang dapat
dilihat penyebarannya dalam peta tanah. Hal ini membantu dalam rencana pembuatan bangunan yang memerlukan penggalian tanah yang tidak terlalu dalam.
Bila tanah menurut geologinya diperkirakan mudah longsor, maka kesesuaian lahannya untuk rumah menjadi buruk.
5 Kepekaan Erosi Lereng adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan tanah
terhadap erosi. Disamping itu, sifat-sifat tanah yang mempengaruhi daya kohesi tanah kandungan liat, debu, bahan organik, dan sebagainya juga besar
pengaruhnya terhadap kepekaan erosi. 6 Lereng
Curamnya lereng merupakan faktor yang menentukan dalam kegiatan- kegiatan yang perlu dilakukan untuk meratakan tanah tersebut. Hal ini akan
menentukan banyaknya tanah yang harus digali diatas lereng dan ditimbunkan ke bagian bawah lereng.
7 Kemungkinan Terjadinya Korosi Bangunan dari beton kadang menjadi rusak pada tanah yang sangat masam,
sedang bangunan yang dibuat dari baja mengalami korosi pada tanah yang sangat banyak mengandung garam ataupun yang sangat masam.
Sehubungan dengan kelayakan lahan permukiman, Van der zee 1990 membuat klasifikasi kelayakan lokasi permukiman dengan mengacu pada
indikator keberlanjutan untuk permukiman Tabel 6. Tabel 6 Klasifikasi keberlanjutan untuk permukiman
Syarat-syarat Kelas Keberlanjutan Kualitas tempat
S1 S2 S3 S4
Ketersediaan air minum 1 km
1 – 2 km 2 km
Tidak tersedia Kemiringan lereng
10 10 -15
15 -20 20
Kekuatan tanah Form
Sedang Sedang terurai
Terurai Saluran air
Saluran baik Saluran sedang Kurang baik
Rawa Banjir Tidak
banjir Sedang
Kadang- kadang
Rutin banjir Topografi
Datar Sedang
Tidak datar dan berbukit-bukit
Batu besar dan muncul ke permukaan
Tidak ada Sedang
Banyak Berbatu-batu
Sumber : Van der Zee 1990
2.4 Daerah Aliran Sungai DAS
Daerah aliran sungai DAS adalah sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan
yang jatuh di atasnya ke sungai utama yang bermuara ke danau atau lautan. Pemisah topografi adalah punggung bukit dan pemisah bawah berupa batuan
Manan 1983. Sheng 1968 mendefinisikan DAS sebagai suatu kawasan yang mengalirkan air yang jatuh di atasnya ke dalam suatu sistem aliran sungai yang
mengalir dari hulu menuju ke muara atau tempat-tempat tertentu. Tempat tertentu tersebut antara lain dapat berupa danau atau lautan. Oleh karena itu batas
ekosistem suatu DAS dapat ditentukan berdasarkan perilaku dari aliran airnya. Kawasan tersebut dipisahkan dengan kawasan lainnya oleh pemisah topografi. Di
Amerika Serikat daerah bersistem sungai-sungai biasa disebut “watershed” sedangkan di Inggris disebut “cathchment areas of river basin”.
Dalam istilah pembangunan biasanya disebut river basin development apabila berkaitan dengan
pembangunan bendungan dan sistem irigasi, dan watershed apabila berkaitan dengan pembangunan yang berkaitan dengan penatagunaan tanah, perlindungan
terhadap erosi dan pengelolaan bentang alam Haeruman 2002.
2.4.1 DAS sebagai Suatu Kesatuan Ekosistem
DAS sebagai suatu ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat
keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. Ekosistem DAS terutama DAS bagian hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai
fungsi perlindungan terhadap keseluruhan bagian DAS, seperti fungsi tata air, sehingga perencanaan DAS bagian hulu seringkali menjadi fokus perhatian
mengingat bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi Pasaribu 1999.
Kegiatan perubahan penggunaan lahan dan atau pembuatan bangunan konservasi yang dilaksanakan di daerah hulu dapat memberikan dampak di daerah
hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit air dan tranpor sedimen serta material terlarut lainnya. Adanya bentuk keterkaitan daerah hulu-hilir seperti
tersebut di atas, maka kondisi DAS dapat digunakan sebagai satuan unit perencanaan sumberdaya alam.
2.4.2 Unsur-unsur DAS
Menurut Soerjono 1978 DAS merupakan suatu ekosistem yang terdiri dari berbagai komponen dan unsur, dimana unsur-unsur utamanya adalah vegetasi,
tanah, air dan manusia dengan segala upaya yang dilakukan di daerah tersebut. Vegetasi merupakan salah satu komponen biotik dalam ekosistem daerah aliran
sungai yang berfungsi sebagai pelindung bumi terhadap hampasan air hujan, hembusan angin, dan teriknya sinar matahari. Selain itu, vegetasi juga berfungsi
menahan untuk sementara titik air, pengatur kelembaban dan suhu udara di sekitarnya dan juga sebagai tempat berlindungnya atau niche jasad-jasad hidup.
Fungsi lain dari vegetasi adalah sebagai penghasil berbagai ragam kebutuhan bagi kehidupan manusia berupa buah, kayu, akar, daun, getah dan sebagainya.
Menurut Suhara 1991 fungsi utama vegetasi adalah mengatur tata air dan melindungi tanah. Perlindungan ini berlangsung dengan cara: 1 melindungi
tanah terhadap daya perusak butir-butir hujan yang jatuh; 2 melindungi tanah terhadap daya perusak aliran air di atas permukaan tanah; dan 3 memperbaiki
kapasitas infiltrasi tanah dan daya absorpsi air. Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri dari fase padat, cair
dan gas serta mempunyai sifat dinamis. Sebagai produk alami yang heterogen dan dinamis, maka sifat dan perilaku tanah berbeda dari satu tempat dengan tempat
lain, dan berubah dari waktu ke waktu, bahkan dalam suatu luasan yang relatif kecilpun. Pada DAS, tanah selain berfungsi sebagai media tempat tumbuhnya
vegetasi juga berfungsi sebagai pengatur tata air Wiersum 1979. Peranan tanah dalam mengatur tata air tergantung pada tingkat kemampuan
tanah untuk meresapan air yang tergantung pada kapasitas infiltrasi dan permeabilitas tanah. Makin besar air yang dapat diserap dan masuk ke dalam
profil tanah persatuan waktu, sehingga tata air menjadi lebih baik dan sekaligus erosi yang mungkin terjadi dapat dikurangi. Sifat-sifat tanah yang paling
menentukan dan berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap pengaturan tata air dan erosi pada suatu DAS adalah tekstur, struktur, kedalaman
tanah, sifat lapisan bawah, bahan organik dan tingkat kesuburan tanah Arsyad, 1983.