Kajian Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman di DAS Cianjur

2 Jenis Data Data yang dikumpulkan dalam kajian ini meliputi data: 1 bio-fisik yang terdiri atas kemiringan lereng, elevasi, curah hujan, kepekaan tanah terhadap erosi, kedalaman efektif, kedalaman air tanah, penutupan lahan, bahaya banjir dan bahaya letusan gunung; 2 sosial terdiri atas besar anggota rumah tangga, dan tingkat pendidikan; dan 3 ekonomi yaitu tingkat pendapatan wilayah berupa PDRB per kapita . 3 Tahapan Pengolahan dan Analisis Data a. Penyiapan Peta Tematik Peta-peta yang belum dijitasi disiapkan dengan proyeksi geografis yang sama, sedangkan peta yang sudah didijitasi tetapi dalam format berbeda dilakukan konversi, sehingga diperoleh peta tematik dijital dengan proyeksi peta yang seragam dan siap untuk ditumpangsusunkan. b. Pengklasifikasian Citra Peta dijital penggunaan lahan yang digunakan adalah berupa citra landsat ETM Tahun 2006. Pengklasifikasian diawali dengan persiapan citra landsat ETM tahun 2006, peta topografi Kabupaten Cianjur. Koreksi geometrik dilakukan dengan menggunakan arcview extension image analyst. Citra dikoreksi berdasarkan peta sungai dan jalan Kabupaten Cianjur. Setelah kesalahan RMS hasil koreksi bernilai 0.1, citra kemudian dimasukkan dalam database dengan format erdas image. Peningkatan tampilan citra melalui warna, kontras, dan tepian dilakukan secara visual. Citra ditampilkan pada layar monitor komputer dengan model warna RGB red green blue atau kombinasi 5-4-2 karena merupakan tampilan untuk identifikasi secara visual serta model HIS hue intensity saturation . Tampilan RGB sangat baik untuk identifikasi penutupan lahan, karena tampilan merupakan warna primer yang masing- masing memiliki kisaran nilai 0-255 dan campuran ketiganya CMY – cyan magenta yellow . Pada tampilan model HIS, citra ditampilkan pada nilai optimal. Penajaman kontras dan tepi pada citra dilakukan agar pengidentifikasian dapat dilakukan dengan lebih mudah. Tampilan yang sudah mengalami perubahan yang lebih baik dimasukkan dalam database dengan format erdas image kembali. Penentuan daerah contoh dalam citra dilakukan berdasarkan nilai warna pada raster contoh tertentu. Setiap daerah raster contoh memiliki warna yang khusus minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi. Pemilihan dan penentuan daerah contoh diusahakan mencakup seluruh tipe penggunaan lahan yang ada pada citra, agar tidak terjadi pemaksaan pengklasifikasian. Pemilihan dan penentuan lokasi daerah contoh juga memperhatikan pengaruh posisi lereng dan naungan pada citra karena lokasi berelevasi beragam. c. Pembangkitan Parameter-parameter Pada kajian ini, dilakukan analisa data berdasarkan data yang tersedia dengan memperhatikan faktor ekologi biofisik, ekonomi dan sosial yang mempengaruhi kesesuaian lahan permukiman. Kriteria yang digunakan untuk menetapkan suatu lahan menjadi lahan permukiman adalah menggunakan beberapa parameter lahan yang dianggap berpengaruh terhadap tingkat kesesuaian lahan. Setiap parameter dibagi dalam beberapa kelas yang disesuaikan dengan kondisi daerah penelitian diberi skor mulai dari kelas yang berpengaruh hingga kelas yang tidak berpengaruh. Setiap kelas akan memperoleh nilai akhir yang merupakan hasil perkalian antara skor kelas tersebut dengan bobot dari parameter dimana kelas tersebut berada. Penentuan kriteria, pemberian bobot dan skor ditentukan berdasarkan studi kepustakaan. Proses pemberian bobot dan skor dilakukan melalui pendekatan indeks overlay model untuk memperoleh urutan kelas kesesuaian lahan. Model ini mengharuskan setiap coverage diberi bobot dan setiap kelas dalam satu coverage diberi nilai. Setiap parameter lahan memiliki kelas. Masing-masing kelas tersebut selanjutnya diberi skor. Kelas-kelas dalam sebuah parameter yang memberikan berpengaruh buruk terhadap permukiman baik dari segi kekuatan konstruksi, kenyamanan hunian dan keamanan dari ancaman bencana alam seperti tanah longsor dan banjir, diberi skor rendah. Berikut ini deskripsi dan skor dari masing-masing kelas pada setiap parameter kesesuaian lahan. a Kemiringan Lereng Faktor kemiringan lereng merupakan faktor kunci dalam pemicu longsor. Daerah dengan kemiringan lereng yang curam akan cenderung menjadi kritis jika tidak dilakukan penanganan yang mengikuti kaidah konservasi sehingga akan mengancam kestabilan lahan permukiman. Pembangunan permukiman pada tanah dengan lereng yang curam akan membutuhkan lebih banyak biaya. Hubungan antara kemiringan lereng dengan fungsi hidrologis adalah bahwa semakin kecil kemiringan lereng akan semakin memperbesar kemungkinan air hujan untuk meresap kedalam tanah, hal ini dikarenakan semakin kecilnya air hujan yang menjadi air permukaan. Disamping itu aliran air pada daerah datar, cenderung lebih lambat dibandingkan dengan daerah curam, sehingga kemungkinan terjadinya erosi juga kecil. Dengan demikian pengaruh daerah dengan lereng datar terhadap kemungkinan timbulnya gangguan kestabilan lahan permukiman semakin kecil, sehingga semakin datar kemiringan lereng, maka nilai skornya semakin besar Tabel 8. Tabel 8 Skor parameter kemiringan lereng dalam kesesuaian lahan permukiman Kelas BesaranDeskripsi Skor a. Datar b. Landai c. Agak Curam d. Curam 10 10 – 15 16 – 20 20 4 3 2 1 Sumber: Van der Zee 1990 b Elevasi Ketinggian tempat berkaitan erat dengan temperatur dan radiasi matahari. Semakin tinggi tempat di atas permukaan laut, maka temperatur semakin menurun Ritung dkk. 2007. Demikian pula dengan radiasi matahari cenderung menurun dengan semakin tinggi dari permukaan laut. Oleh sebab itu ketinggian tempat berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan dari penghuni rumah. Ketinggian tempat dapat dikelaskan sesuai tingkat kenyamanan dan keamanan penghuni Tabel 9. Tabel 9 Skor parameter elevasi dalam kesesuaian lahan permukiman Kelas Skor 500 m dpl 500-749 m dpl 750-1000 m dpl 1000 m dpl 4 3 2 1 Sumber: Ritung dkk. 2007 c Curah Hujan Curah hujan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan permukiman, jika curah hujan rendah maka akan berpengaruh terhadap ketersediaan air di wilayah permukiman terutama wilayah yang menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih dan jika curah hujan tinggi maka berpengaruh terhadap kestabilan lahan permukiman terutama ancaman terhadap bahaya longsor Kelarestaghi, 2003; Sani, 2006. Tabel 10 Skor parameter curah hujan dalam kesesuaian lahan Permukiman Kelas BesaranDeskripsi Skor Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1000 mm 1000 – 1750 mm 1750 – 2500 mm 2500 mm 2 3 4 3 Sumber: Kelarestaghi 2003; Sani 2006 d Kedalaman Efektif Tanah Kedalaman efektif adalah kedalaman yang diukur dari permukaan tanah sampai lapisan impermeabel, pasir, kerikil, batu atau plintit Hardjowigeno, 2007. Kedalaman efektif mempengaruhi drainase dan ciri fisik tanah. Tanah-tanah dengan kedalaman efektif dalam akan mempunyai aerasi dan drainase yang baik. Kedalaman efektif juga berpengaruh terhadap jenis pondasi yang akan digunakan dalam pembuatan bangunan rumah dalam lingkungan permukiman. Tabel 11 Skor parameter kedalaman efektif tanah dalam kesesuaian lahan permukiman Kelas BesaranDeskripsi Skor Dalam Sedang Dangkal Sangat dangkal 90 cm 60 – 90 cm 30 – 60 cm 30 cm 4 3 2 1 Sumber: Hardjowigeno, 2007 e Kepekaan terhadap Erosi Kepekaan tanah terhadap erosi dipengaruhi oleh faktor kemiringan lereng dan sifat-sifat tanah yang mempengaruhi daya kohesi tanah seperti kandungan liat, debu, bahan organik Hardjowigeno, 2007. Sifat-sifat ini kadang-kadang berbeda untuk masing-masing horison tanah sehingga kepekaan erosi dari masing-masing lapisan berbeda. Tingkat kepekaan tanah terhadap erosi mempengaruhi kestabilan lahan permukiman. Tanah semakin peka terhadap erosi, maka lahan permukiman semakin tidak stabil.. Tabel 12 Skor parameter kepekaan erosi dalam kesesuaian lahan permukiman Kelas BesaranDeskripsi Skor Tidak peka Agak peka Peka Sangat peka Tanah tahan terhadap erosi Tanah cukup tahan terhadap erosi Tanah tidak tahan terhadap erosi Tanah sangat tidak tahan terhadap erosi 4 3 2 1 Sumber: Hardjowigeno, 2007 f Ketersediaan Air Tanah Kedalaman Air Tanah Fluktuasi air yang baik adalah memiliki kedalaman air tanah yang sedang. Fluktuasi air berpengaruh terhadap kondisi lingkungan, jika air tanahnya dangkal maka keadaan di atasnya lembab dan jika air tanahnya dalam maka keadaan di atasnya gersang Sani 2006. Hal ini dapat mempengaruhi bangunan dan kesehatan penduduk yang tinggal di atas lahan tersebut. Tabel 13 Skor parameter kedalaman air tanah dalam kesesuaian lahan permukiman Kelas BesaranDeskripsi Skor Dangkal Sedang Dalam 5 m 5 – 10 m 10 m 2 4 2 Sumber: Sani 2006. g Penutupan Lahan Faktor kondisi penutupan lahan, sangat berpengaruh terhadap kondisi hidrologis khususnya dalam DAS. Suatu lahan dengan penutupan lahan yang baik memiliki kemampuan meredam energi kinetis hujan, sehingga memperkecil terjadinya erosi percik splash erosion, memperkecil koefisien aliran sehingga mempertinggi kemungkinan penyerapan air hujan, khususnya pada lahan dengan solum tebal sponge effect. Disamping itu kondisi penutupan lahan yang baik juga berpengaruh terhadap kenyamanan huni dan ketersediaan air di lingkungan permukiman. Tabel 14 Skor parameter penutupan lahan dalam kesesuaian lahan permukiman Kelas Besaran Deskripsi Skor Sangat Baik Baik Sedang Buruk 30 20 – 30 10 – 20 10 4 3 2 1 Sumber: Ritung dkk., 2007 h Bahaya Letusan Gunung Merapi Bahaya atau ancaman letusan gunung merapi mempengaruhi tingkat kesehatan dan keamanan penghuni permukiman. Lokasi permukiman yang ideal hendaknya terbebas dari bahaya letusan gunung. Sesuai dengan kondisi geografis, wilayah DAS Cianjur sangat berpotensi untuk terjadinya bencana alam yang berkaitan dengan kegeologian seperti bahaya letusan gunung api yang berasal dari Gunung Gede. Daerah bahaya letusan diklasifikasikan menjadi 4 kelas yaitu: 1 daerah bahaya beradius 5 km dari pusat erupsinya, yaitu daerah yang dapat terlanda aliran lava panas, lemparan bongkahan atau awan panas; 2 daerah waspada beradius 5-10 km dari pusat erupsinya adalah daerah yang akan terkena abu, pasir dan kerikil, daerah aliran lahar dan hujan debu; 3 daerah aliran lahar dan hujan debu dengan jarak kira-kira 10-15 km dari pusat erupsinya, dan 4 daerah bebas bencana berjarak 15 kmBappeda Kabupaten Cianjur, 2006. Tabel 15 Skor parameter bahaya letusan gunung merapi dalam kesesuaian lahan permukiman Kelas Besar Deskripsi Skor Bebas Bahaya Bahaya 3 Bahaya 2 Bahaya 1 Daerah bebas bahaya letusan gunung merapi Daerah aliran lahar dan hujan debu radius 15 km Daerah yang akan terkena debu, pasir dan kerikil, aliran lahar dan hujan debu radius 10 km Daerah yang dapat terlanda aliran larva panas, lemparan bongkahan atau awan panas dalam radius 5 km 4 3 2 1 Sumber: Bappeda Kabupaten Cianjur, 2006 i Bahaya Banjir Bahaya banjir merupakan parameter yang penting dalam menentukan kesesuaian lahan untuk permukiman karena bahaya banjir dapat mempengaruhi tingkat kenyamanan, kesehatan dan keamanan penghuni permukiman. Lokasi atau lahan permukiman seharusnya terbebas dari ancaman banjir. Wilayah DAS Cianjur secara keseluruhan memiliki kategori wilayah yang terbebas banjir, sehingga parameter bahaya banjir tidak digunakan dalam evaluasi kesesuaian lahan permukiman. Tabel 16 Skor parameter bahaya banjir dalam kesesuaian lahan permukiman Kelas Besaran Deskripsi Skor Tidak banjir Jarang Sering Rutin banjir Dalam periode satu tahun tanah tidak pernah tertutup banjir untuk waktu lebih dari 24 jam Dalam periode kurang dari satu bulan baniir yang terjadi lebih dari 24 jam terjadinya tidak teratur Selama waktu 2 – 5 bulan dalam setahun, secara teratur selalu dilanda banjir yang lamanya lebih dari 24 jam Selama waktu enam bulan atau lebih tanah selalu dilanda banjir secara rutin lamannya lebih dari 24 jam. 4 3 2 1 Sumber: Hardjowigeno 2007; Van der Zee 1990 j Produk Domestik Regional Bruto PDRB per Kapita Produk domestik regional bruto PDRB dapat dikatakan sebagai ukuran produktifitas wilayah yang paling umum dan paling diterima secara luas sebagai standar ukuran pembangunan dalam skala wilayah dan negara Rustiandi, 2007. Produk domestik regional bruto PDRB per kapita dapat memberikan gambaran terhadap tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat yaitu dengan mengasumsikan tingkat pendapatan dengan PDRB per kapita yang diperoleh dari nilai PDRB dibandingkan dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Jika PDRB per kapita di suatu daerah cukup tinggi dapat mencerminkan tingkat pendapatan yang tinggi, sehingga tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat dapat dikatakan makmur, dan sebaliknya jika PDRB per kapita rendah dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat rendah BPS, 2005. Tabel 17 Skor parameter pendapatan PDRB per kapita dalam kesesuaian lahan permukiman Kelas Besaran Deskripsi Skor Tinggi Menengah Sedang Rendah Rp. 8 juta Rp. 6 – 8 juta Rp. 4 – 6 juta Rp. 4 juta 4 3 2 1 Sumber: BPS 2005; Rustiandi 2007 k Besar Anggota Rumah Tangga Besar anggota rumah tangga merupakan jumlah anggota rumah tangga yang tinggal dalam satu pengelolaan sumberdaya keluarga. Anggota rumah tangga terdiri dari bapak, ibu, anak dan anggota yang lainnya. Berdasarkan kriteria norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dibagi kedalam tiga kelompok yaitu keluarga kecil, keluarga sedang dan keluarga besar. Keluarga kecil terdiri dari bapak, ibu dan maksimal dua orang anak ≤ 4, keluarga sedang terdiri dari 5-6 orang dan keluarga besar yang terdiri dari lebih dari 7 orang. Besar anggota rumah tangga berkaitan dengan jumlah kebutuhan ruang yang diperlukan pada rumah, sehingga berpengaruh pada tingkat kenyamanan hunian. Tabel 18 Skor parameter jumlah anggota rumah tangga dalam kesesuaian lahan permukiman Kelas BesaranDeskripsi Skor Keluarga kecil Keluarga sedang Keluarga besar ≤ 4 Orang 5 – 6 Orang ≥ 7 Orang 4 3 2 Sumber: BKKBN 2002 l Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan bisa menggambarkan kemampuan kognitif dan pengetahuan yang dipunyai seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal maka semakin luas tingkat pengetahuan seseorang Susanto, 1997. Dengan tingkat pendidikan yang memadai, seseorang dapat melakukan pengelolaan pemukiman lebih baik. Tabel 19 Skor parameter tingkat pendidikan dalam kesesuaian lahan permukiman Kelas Besaran Deskripsi Skor Tinggi Menengah Atas Menengah Pertama Dasar Perguruan tinggi SLTA SLTP SD 4 3 2 1 Sumber: Susanto 1997 d. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Permukiman Kelas kesesuaian lahan ditentukan berdasarkan hasil perkalian antara bobot dan skor yang diterima oleh masing-masing parameter. Semakin tinggi jumlah nilainya maka kesesuaian lahannya juga semakin besar atau sangat sesuai. Kelas kesesuaian lahan dibedakan pada empat kelas yaitu: sangat sesuai S1, cukup sesuai S2, sesuai marginal S3 dan tidak sesuai N1. Adapun pengkelasan dari tingkat kesesuaian lahan dapat dilihat pada Tabel 20. Kelas kesesuaian lahan pada Tabel 20 dibedakan berdasarkan kisaran nilai indeks kesesuaiannya. Untuk mendapatkan nilai selang indeks pada setiap kelas kesesuaian ditentukan dengan cara membagi selang antara empat bagian yang sama dari selisih nilai indeks tumpangsusun tertinggi dengan nilai indeks tumpangsusun terendah yang diperoleh. Tabel 21 berikut ini menunjukkan bobot dari masing-masing aspek dan parameter yang digunakan dalam mengevaluasi kesesuaian lahan permukiman. Tabel 20 Klasifikasi kesesuaian lahan permukiman Klasifikasi Kesesuaian Lahan Permukiman Klasifikasi Total Nilai Sangat Sesuai Cukup Sesuai Sesuai Marginal Tidak Sesuai 334 – 401 266 – 333 198 – 265 130 - 197 e. Proses Tumpang Susun overlay Untuk menentukkan pemetaan suatu kawasan yang sesuai dan tidak sesuai bagi pengembangan lahan permukiman dilakukan operasi tumpangsusun menggunakan Arc View 3.2. Tumpangsusun pertama adalah menumpang susunkan dari setiap parameter yang digunakan sebagai kriteria kesesuaian lahan permukiman sehingga menghasikan peta kesesuaian lahan permukiman KLKim-1. Peta KLKim-1 selanjutnya ditumpangsusunkan dengan peta-peta yang menjadi constrain dalam kesesuaian lahan permukiman sehingga menghasilkan peta kesesuaian lahan permukiman berwawasan lingkungan KLKim- bwl . Peta KLKim- bwl digunakan untuk mengevaluasi kondisi eksisting permukiman yaitu dengan menumpangsusunkan antara peta penggunaan lahan hasil interprestasi citra landsat dan peta KLKim- bwl Gambar 11.

3.3.4 Rumusan kriteria Permukiman Sehat dan Berwawasan Lingkungan

Kajian ini bertujuan untuk merumuskan kriteria yang jelas tentang permukiman sehat dan berwawasan lingkungan. Perumuskan kriteria didasarkan pada hasil tiga kajian sebelumnya yaitu: pola sebaran permukiman, spesifikasi kebutuhan masyarakat terhadap permukiman, dan kesesuaian lahan permukiman. Perumusan kriteria menggunakan matriks yang menggambarkan hubungan antara kelas kesesuaian lahan, pola permukiman dan spesifikasi kebutuhan dan gaya hidup masyarakat dalam pengelolaa permukiman pada masing-masing sub DAS. Tabel 21 Pembobotan parameter untuk kesesuian lahan permukiman Biofisik Bobot 85 Kemiringan Lereng Bobot 15 Elevasi Bobot 5 Curah Hujan Bobot 10 Kedalaman Efektif Bobot 10 Kedalaman Air Tanah Bobot 15 Kepekaan Erosi Bobot 15 Penutupan Lahan Bobot 5 Bahaya Letusan Gunung Bobot 10 Kelas Skor Kelas Skor Kelas Skor Kelas Skor Kelas Skor Kelas Skor Kelas Skor Kelas Skor 10 4 500 4 1000 2 90 4 5 2 Tidak peka 4 30 4 Bebas 4 10 – 15 3 500-749 3 1000-1750 3 61 - 90 3 5 - 10 4 Agak peka 3 20 - 30 3 Bahaya 3 3 16 – 20 2 750-1000 2 1750 -2500 4 30 - 60 2 10 2 Peka 2 10 – 19 2 Bahaya 2 2 20 1 1000 1 2500 3 30 1 Sangat peka 1 10 1 Bahaya 1 1 Sosial Bobot 10 Jumlah Anggota Rumah Tangga Bobot 5 Tingkat Pendidikan Bobot 5 Kelas Skor Kelas Skor 4 4 PT 4 5 – 6 3 SLTA 3 7 2 SLTP 2 SD 1 Sumber: Modifikasi dari Van der Zee 1990; Susanto 1997; Basso et al. 2000; Sugiarti 2000; BKKBN 2002; Kelarestaghi 2003; Bappeda Kabupaten Cianjur 2006; Sani 2006; Hardjowigeno 2007; Ritung dkk 2007; Rustiandi 2007. Ekonomi Bobot 5 Tingkat Pendapatan PDRB Bobot 5 Kelas Skor 8 jt 4 6,1 – 8 jt 3 4 – 6 jt 2 4 jt 1 69