Karakteristik Gaya Hidup Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Permukiman

selokan atau sungai Tabel 32. Penanganan semacam ini, dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan tingkat pencemaran udara dan air permukaan akan semakin tinggi. Sejalan dengan hal tersebut Soma 2007 merekomendasikan model pengelolaan sampah secara mandiri untuk skala lingkungan terutama di lingkungan permukiman tidak tertata. Model ini terdesentralisasi di setiap lingkungan permukiman satu RW dengan jumlah rumah antara 300 – 500. Unit sampah dari masing-masing rumah terlebih dahulu dilakukan pemilahan antara sampah organik dan non organik. Hal ini didukung pendapat Pahlano 2005 bahwa sistem pengelolaan sampah ini berhasil membuat lingkungan bersih dan nyaman, disamping itu sampah baik organik maupun non-organik dapat bernilai ekonomi, namun dalam hal ini memang gaya hidup seperti disiplin dan keteraturan masyarakat sangat diperlukan. Sistem pengelolaan dan penanganan sampah dengan cara dikumpulkan dan diangkut oleh petugas kebersihan hanya terjadi pada dua kawasan permukiman tertata dan satu permukiman tidak tertata di zona DAS tengah yang berada di kawasan perkotaan. Petugas kebersihan dari Dinas Ciptakarya mengangkut sampah ke TPS atau TPA. TPA berlokasi di Kecamatan Cibeber, yaitu TPA Pasir Bungur dengan luas areal sebesar 12 Ha dengan sistem open dumping. Tabel 32 Sistem pengelolaan dan penanganan sampah Pengelolaan Sampah Penanganan Sampah Zona DAS Individual Petugas Kebersihan Dibakar Dibuang ke selokan Diangkut ke TPSTPA Hulu 100 - 50 50 - Tengah 25 75 25 - 75 Hilir 100 - 100 - - Keterangan: Total sampel 12 kampung Sumber air bersih untuk keperluan minum dan Mandi Cuci Kakus MCK diperoleh masyarakat di wilayah DAS Cianjur sebagian besar dari sumur gali dengan kedalaman bervariasi antara tiga sampai delapan meter, sedangkan sumber air untuk MCK umum diperoleh sebagian besar dari mata air Tabel 33. MCK umum di lingkungan permukiman tidak tertata yang memanfaatkan air selokan atau sungai sebagai sumber air untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus tidak memenuhi syarat dari segi kesehatan dan mengurangi tingkat pemanfaatan air di bagian hilir. Hal ini sejalan dengan pendapat Soemirat 1996 jika sungai digunakan untuk mengalirkan air buangan, maka akan terjadi pengurangan manfaat air untuk di daerah hilirnya. Masyarakat di hilir terkena dampak berupa keterbatasan dalam memanfaatkan air karena kondisi air sudah tercemar. Permukiman tidak tertata yang berada di zona hulu DAS sebagian besar memperoleh air bersih untuk keperluan minum dan MCK dari mata air. Sistem pengambilan dan pendistribusian air menggunakan bak-bak penampung, antar bak penampung dihubungkan dengan pipa pvc, sedangkan pendistribusian air dari bak penampungan ke rumah-rumah menggunakan selang plastik. Sumber air minum dan MCK pribadi di zona DAS tengah sebagian besar diperoleh dari PDAM sedangkan untuk MCK umum diperoleh dari mata air dan selokan atau sungai. Sumber air minum dan MCK pribadi di zona DAS hilir diperoleh dari sumur gali sedangkan untuk MCK diperoleh dari mata air dan selokan atau sungai. Tabel 33 Sumber air minum, kamar mandi pribadi, dan MCK umum Sumber Air Minum dan MCK Pribadi Sumber Air MCK Umum Zona DAS Mata Air Sumur Gali PDAM Mata Air Sumur Gali Sungai Hulu 75 25 - 75 25 - Tengah - 25 75 50 - 50 Hilir - 100 - 50 - 50 Tabel 34 menunjukkan sebagian besar permukiman di wilayah DAS Cianjur membuang limbah padat dan cair yang berasal dari kamar mandi ke septiktank. Namun sebaliknya untuk limbah yang berasal dari MCK umum dan dapur sebagian besar dibuang ke selokan. Hasil wawancara lebih lanjut terungkap bahwa pembuangan limbah padat maupun cair baik yang berasal dari kamar mandi pribadi, MCK umum maupun dapur ke selokan disebabkan oleh akses selokan lebih mudah dan dari segi biaya lebih murah. Perilaku masyarakat membuang limbah padat dan cair ke selokan atau sungai akan mengakibatkan terjadinya pencemaran air permukaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Reksohadiprodjo 1992 bahwa dengan semakin padatnya penduduk di suatu daerah, maka pencemaran air permukaan tidak bisa dihindari. Perilaku masyarakat tersebut akan dapat membahayakan kesehatan seperti timbulnya penyakit disentri, tipus, dan kolera. Tabel 34 Tempat pembuangan limbah padat dan cair Sumber Limbah KM Pribadi MCK Umum Dapur Zona DAS Septiktank Selokan Sungai Septiktank Selokan Sungai Kolam Selokan Sungai Saluran Drainase Terbuka Hulu 100 - 25 75 - 100 - Tengah 50 50 - 100 - 50 50 Hilir 100 - - 75 25 100 - Fasilitas umum yang dimiliki permukiman di wilayah DAS Cianjur berturut-turut sebagai berikut : mesjid dan poskamling, MCK, TPU, posyandu dan kantor RW. Keberadaan ruang terbuka hijau RTH, balai pertemuan, dan tempat rekreasi hanya terdapat pada satu permukiman di zona DAS tengah Tabel 35.Hal ini menunjukkan bahwa hanya permukiman di zona DAS tengah yang memiliki fasilitas umum yang memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Kepmenkes No. 829MenkesSKVII1999 bahwa permukiman sehat harus memiliki prasarana dan sarana lingkungan yang lengkap seperti taman bermain, tempat rekreasi, pengelolaan sampah, dan penghijauan. Tabel 35 Fasilitas umum di permukiman Fasilitas Umum Ruang terbuka hijau Balai per- temu- an Mesjid Sarana olah- raga Tempat pemakam an umum Pos- yandu MCK umum Pos kamling Kantor RW Tempat rekreasi Zona DAS Hulu - - 100 - 50 - 100 100 - - Tengah 25 25 100 75 50 50 50 100 50 25 Hilir - - 100 25 50 - 100 100 - - Pertemuan warga masyarakat di lingkungan permukiman mencerminkan budaya kebersamaan dalam membangun fasilitas umum dan fasilitas sosial. Masyarakat yang bermukim di wilayah DAS Cianjur sebagian besar melakukan pertemuan warga secara tidak rutin yaitu jika akan ada kegiatan seperti kegiatan keagaman dan peringatan hari kemerdekaan. Namun demikian di zona tengah dan hilir DAS Cianjur terjadi variasi waktu pertemuan warga yaitu : sebulan sekali, tiga bulan sekali dan enam bulan sekali Tabel 36. Pertemuan warga di dilakukan dengan tujuan untuk menjalin silahturahmi dan membangun fasum dan fasos yang dibutuhkan oleh warga. Kegiatan pertemuan yang dilakukan di mesjid, madrasah, sekolah, dan balai pertemuan akan membahas prioritas pembangunan fasum atau fasos dan sistem pendanaannya. Kelembagaan yang ada di lingkungan permukiman setingkat kampung tidak terbatas hanya rukun tetangga RT dan rukun kampung RK atau rukun warga RW akan tetapi ada kelembagaan bersifat non formal yang dibentuk berdasarkan kebutuhan dan kesepakatan warga masyarakat. Keberadaan lembaga non formal tersebut didasari dengan tujuan awal untuk pengadaan fasilitas dan pembangunan dilingkungan perkampungan seperti : mesjid, mushala, TPU, jalan lingkungan, sarana olahraga, MCK umum dan pengadaan air bersih. Tabel 36 Kegiatan pertemuan warga permukiman Waktu Pertemuan Rutin Tidak Rutin Sebulan sekali Tiga Bulan sekali Enam Bulan Sekali Bila ada kegiatan Zona DAS Hulu - - - 100 Tengah - 50 25 25 Hilir 25 25 - 50 Jenis lembaga non formal yang dibentuk berupa panitia pembangunan. Masing-masing panitia pembangunan memiliki cara-cara tertentu dalam menggalang dana diantaranya melalui pembayaran listrik secara kolektif, zakat qorim dari hasil pertanian, sumbangan sukarela, dan gotong royong pengadaan bahan bangunan. Melalui cara-cara tersebut ternyata cukup efektif sehingga kesinambungan pembangunan fasilitas dilingkungan permukiman terutama permukiman tidak tertata dapat berjalan. 4.3.2 Gaya Hidup Konsumen Dalam Memilih Permukiman 4.3.2.1 Kebutuhan Konsumen Permukiman Gaya hidup, rumah, dan lingkungan merupakan tiga kata serangkai yang saling berkaitan erat dan sangat menentukan dalam pemilihan, penampilan, dan penataan rumah Yoga 2007. Penawaran berbagai gaya rumah sering kali dipengaruhi trend baik rumah bergaya alami, modern, kontemporer, mediterania, futuristik, maupun country, yang akan mempengaruhi tampilan suasana perumahan, bentuk rumah, jenis bahan bangunan, cat, keramik, perabotan, dan bentuk taman. Kebutuhan masyarakat sebagai konsumen permukiman meliputi bentuk secara fisik yang terdiri dari: 1 bangunan rumah konstruksi,luas, bahan bangunan, desain, 2 pekarangan, 3 keamanan, dan 4 kebersihan. Sehubungan dengan kebutuhan tersebut, masyarakat sebagai konsumen akan memiliki kecenderungan untuk mendapatkan yang lebih baik menurut standar yang dipahaminya. Bentuk konstruksi rumah yang diinginkan oleh semua responden adalah bangunan permanen dengan gaya arsitektur modern. Luas tanah atau lahan yang dianggap ideal untuk rumah oleh sebagian besar responden baik di hulu 73.3, tengah 60, maupun hilir 66.7 adalah 120 m 2 Tabel 37. Luas tanah tersebut dianggap cukup ideal dikarenakan: 1 harga jual tanah di lingkungan permukiman tertata jauh lebih tinggi dibandingkan harga di sekitarnya, 2 sebahagian besar konsumen permukiman tertata memiliki jumlah anggota rumah tangga yang kecil yaitu tiga sampai empat orang dengan status ekonomi yang berada pada level menengah ke bawah. Pada luas tanah 120 m 2 sebagian besar responden menginginkan luas bangunan minimal 36 m 2 dan sisanya untuk pekarangan. Pekarangan tersebut dibutuhkan untuk difungsikan sebagai ruang bermain anak, taman, dan jemur pakaian. Tabel 37 Jenis kebutuhan konsumen permukiman Kebutuhan Konsumen Jenis Konst. Luas Tanah Luas Bgn Pondasi Dinding Lantai Plapond Atap Pagar Zona Das Permanen 120m 2 36m 2 Batukali Batubata Keramik Triplek Gipsum Genteng Tembok Besi Hulu 100 73.3 86.7 100 100 93.3 86.7 - 100 80 - Tengah 100 60 73.3 100 100 86.7 - 66.7 60 - 46.7 Hilir 100 66.7 60 100 100 100 53.3 - 66.7 46.7 - Penggunaan bahan bangunan yang sesuai dengan lokasi hunian dan tepat sesuai dengan fungsinya, maka akan dapat memberikan tingkat kenyamanan yang lebih. Jenis bahan bangunan yang diinginkan responden di wilayah DAS Cianjur sesuai dengan elemen konstruksi bangunan rumah dapat dilihat pada Tabel 43 Pondasi sebagai salah satu elemen konstruksi bangunan yang berfungsi untuk