Karakteristik Permukiman Tertata Pola Sebaran Permukiman

Luas permukiman tertata di Kabupaten Cianjur yang termasuk dalam kawasan budidaya adalah 925.65 ha atau 0.9 BPN Kabupaten Cianjur 2007. Berdasarkan arahan tata ruang kabupaten Cianjur tahun 2005 - 2015, luas peruntukan lahan permukiman tertata untuk masing-masing kecamatan yang termasuk wilayah DAS Cianjur adalah Pacet 2 043 ha, Cugenang 1 703 ha, Cianjur 2 150 ha, Cilaku 1 693 ha, Karang tengah 1 993 ha, dan Sukaluyu 1 373 ha. Sehubungan dengan itu diperlukan konversi lahan guna mencukupi kebutuhan masyarakat akan permukiman tertata. Persediaan lahan untuk wilayah Pacet adalah tegalan dan kebun campuran, wilayah Cugenang, Cianjur, Cilaku, Karang Tengah adalah lahan sawah dan kebun campuran, sedangkan untuk wilayah Sukaluyu tersedia lahan sawah, kebun campuran dan tegalan BPN Kabupaten Cianjur 2007. Hal ini menunjukkan bahwa akan terjadi pengurangan lahan pertanian yang mengancam ketersediaan pangan di wilayah Kabupaten Cianjur.

4.3 Spesifikasi Kebutuhan dan Gaya Hidup Masyarakat Terhadap Permukiman

4.3.1 Karakteristik Gaya Hidup Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Permukiman

Gaya hidup merupakan cara hidup atau gaya kehidupan yang direfleksikan dengan tingkah laku dan nilai-nilai dari individu atau kelompok Garman 1991. Gaya hidup merupakan hasil penyaringan dari serentetan interaksi sosial, budaya dan lingkungan. Beberapa hal yang termasuk gaya hidup diantaranya adalah mengelola rumah beserta lingkungannya. Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Karena setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material konsumsi. Pengelolaan sampah tidak bisa lepas dari gaya hidup masyarakat. Jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume sampah. Secara umum di lingkungan permukiman DAS Cianjur tidak memiliki fasilitas tempat pembuangan sampah, sehingga pola pengelolaan sampah yang dilakukan masyarakat sebagian besar masih bersifat individual dengan cara penanganan dibakar di pekarangan rumah dan dibuang ke selokan atau sungai Tabel 32. Penanganan semacam ini, dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan tingkat pencemaran udara dan air permukaan akan semakin tinggi. Sejalan dengan hal tersebut Soma 2007 merekomendasikan model pengelolaan sampah secara mandiri untuk skala lingkungan terutama di lingkungan permukiman tidak tertata. Model ini terdesentralisasi di setiap lingkungan permukiman satu RW dengan jumlah rumah antara 300 – 500. Unit sampah dari masing-masing rumah terlebih dahulu dilakukan pemilahan antara sampah organik dan non organik. Hal ini didukung pendapat Pahlano 2005 bahwa sistem pengelolaan sampah ini berhasil membuat lingkungan bersih dan nyaman, disamping itu sampah baik organik maupun non-organik dapat bernilai ekonomi, namun dalam hal ini memang gaya hidup seperti disiplin dan keteraturan masyarakat sangat diperlukan. Sistem pengelolaan dan penanganan sampah dengan cara dikumpulkan dan diangkut oleh petugas kebersihan hanya terjadi pada dua kawasan permukiman tertata dan satu permukiman tidak tertata di zona DAS tengah yang berada di kawasan perkotaan. Petugas kebersihan dari Dinas Ciptakarya mengangkut sampah ke TPS atau TPA. TPA berlokasi di Kecamatan Cibeber, yaitu TPA Pasir Bungur dengan luas areal sebesar 12 Ha dengan sistem open dumping. Tabel 32 Sistem pengelolaan dan penanganan sampah Pengelolaan Sampah Penanganan Sampah Zona DAS Individual Petugas Kebersihan Dibakar Dibuang ke selokan Diangkut ke TPSTPA Hulu 100 - 50 50 - Tengah 25 75 25 - 75 Hilir 100 - 100 - - Keterangan: Total sampel 12 kampung Sumber air bersih untuk keperluan minum dan Mandi Cuci Kakus MCK diperoleh masyarakat di wilayah DAS Cianjur sebagian besar dari sumur gali dengan kedalaman bervariasi antara tiga sampai delapan meter, sedangkan sumber air untuk MCK umum diperoleh sebagian besar dari mata air Tabel 33. MCK umum di lingkungan permukiman tidak tertata yang memanfaatkan air selokan atau sungai sebagai sumber air untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus tidak memenuhi syarat dari segi kesehatan dan mengurangi tingkat pemanfaatan air di