2.4.3 DAS Sebagai Satuan Unit Perencanaan dan Pengelolaan Sumberdaya
Pengelolaan DAS berarti pengelolaan vegetasi, tanah, dan air dalam suatu DAS dengan tujuan untuk dapat menghasilkan produk air untuk kepentingan
pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perindustrian dan masyarakat yaitu untuk air minum, irigasi dan industri, tenaga listrik dan rekreasi Manan 1977.
Menurut Sheng 1968 pengelolaan DAS merupakan pengelolaan lahan untuk produk air dengan kuantitas optimum, pengaturan produk air dan stabilitas tanah
yang maksimum. Pengelolaan DAS haruslah berorientasi kepada segi-segi konservasi tanah
dan air dengan titik berat pada peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dapat dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat Alrasyid dan Samingan 1980. Hasil
akhir dari pengelolaan DAS adalah kondisi tata air wilayah DAS. Pencerminan atau ukuran kondisi tata air tersebut adalah penyediaan air yang cukup sepanjang
waktu, baik kuantitas maupun kualitas. Lebih lanjut menurut Hufschmidt 1985 dengan berorientasi pada hasil fisik
yang ingin dicapai, maka pengelolaan DAS dapat dianggap sebagai suatu sistem dengan input manajemen dan input alam untuk menghasilkan barang dan jasa
yang dibutuhkan, baik di tempat maupun di luarnya. Ditinjau dari segi ekonomi, sistem pengelolaan DAS tidak lain adalah suatu bentuk dari proses produksi
dengan biaya ekonomi untuk penggunaan input manajemen tenaga, bahan, energi, peralatan dan keahlian manajemen dan input alam tanah, air, ekosistem dan
iklim serta hasil ekonomi yaitu nilai dari outputnya. Menurut Pasaribu 1999 dalam pelaksanaan pengelolaan DAS akan
bertumpu pada aktivitas-aktivitas yang berdimensi biofisik seperti pengendalian erosi, penghutanan kembali lahan-lahan kritis, pengelolaan lahan pertanian
konservatif, serta berdimensi kelembagaan seperti insentif dan peraturan- peraturan yang berkaitan dengan bidang ekonomi.
Dimensi sosial dalam pengelolaan DAS lebih diarahkan pada pemahaman kondisi sosial budaya setempat dan menggunakan kondisi tersebut sebagai
pertimbangan untuk merencanakan strategi aktivitas pengelolaan DAS yang berdaya guna tinggi serta efektif. Keseluruhan rangkaian kegiatan tersebut masih
dalam kerangka kerja yang mengarah pada usaha-usaha tercapainya
keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan manusia dengan kemampuan sumberdaya alam untuk mendukung kebutuhan manusia tersebut secara lestari.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka DAS dapat dimanfaatkan secara penuh dan pengembangan ekosistem daerah hulu dapat dilaksanakan sesuai
dengan kaidah-kaidah preservasi, reservasi, dan konservasi Pasaribu 1999. Pelaksanaan pengelolaan DAS pada umumnya melalui empat upaya pokok, yaitu:
1 pengelolaan tanah melalui usaha konservasi tanah dalam arti luas; 2 pengelolaan sumberdaya air melalui usaha pengembangan sumberdaya air; 3
pengelolaan hutan; dan 4 pembinaan kegiatan manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam melalui usaha penerangan dan penyuluhan Syahrir 2002.
1 Pengelolaan air di Hulu DAS
Konservasi secara natural dan artifisial mutlak dilakukan di seluruh wilayah permukaan DAS. Terdapat dua tuntutan untuk wilayah hulu dalam hal penyediaan
air yaitu untuk mensuplai kebutuhan pertanian dan untuk memasok air di wilayah hilir. Masalahnya untuk wilayah ini adalah akses terhadap infrastruktur, teknologi
dan dana yang diterima sangat terbatas, dibandingkan wilayah hilir. Perlu dicari formula untuk meningkatkan penyediaan air tanah melalui pengembangan panen
hujan dan aliran permukaan dengan teknologi sederhana, murah dan dampaknya dapat dinikmati langsung oleh orang yang melakukannya sehingga mudah
disosialisasikan kepada masyarakat. Cara sederhana yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan air
di DAS adalah dengan pembuatan dam parit linier dalam kaskade dipilih sebagai model untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air DAS baik yang berasal dari
aliran permukaan maupun aliran dasar. Pengembangan konsep penggunaan kembali sumberdaya air diperlukan untuk memaksimalkan nilai tambah air
sekaligus meminimalkan resiko pertanian. Pada saluran utama, air yang terdapat di wilayah hulu akan ditampung oleh “reservoir” dam parit di wilayah hulu, air
tersebut digunakan untuk irigasi di petakan di bawahnya. Kemudian air yang keluar dari “outlet” petakan dan limpasan dari “spillway” dam parit di wilayah
hulu akan ditampung untuk mengisi recharge damp parit berikutnya yang terdapat di saluran utama di hilir untuk kemudian dengan mekanisme yang sama
didistribusikan ke petakan reuse di bawahnya dan seterusnya.