dibandingkan dengan rata-rata, daya serap, dan ketuntasan belajar nilai sub sumatif sebelum diterapkannya pembelajaran kreatif model Treffinger.
3 Respon peserta didik terhadap pembelajaran kreatif model Treffinger
sebagian besar dengan persentase 79,55 35 peserta didik adalah positif . Berdasarkan jurnal harian peserta didik dan wawancara yang dilakukan
peneliti, menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik lebih bersemangat mengikuti pembelajaran matematika. Pembelajaran menjadi lebih menarik
dan tidak membosankan. Peserta didik pun lebih mudah dalam memahami materi yang sedang dibahas.
Selain itu, penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pomalato 2005 yang menunjukkan bahwa penerapan model Treffinger
dalam pembelajaran matematika memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan atau peningkatan kemampuan kreatif matematis dan kemampuan
pemecahan masalah. Serta penelitian Rohaeti 2013 yang menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang memperoleh
pembelajaran matematika dengan model Treffinger lebih tinggi daripada peserta didik yang memperoleh pembelajaran konvensional.
2.2 Kerangka Berpikir
Permasalahan yang selama ini terjadi di lapangan adalah masih rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik pada materi geometri. Hal ini
dikarenakan kurangnya pemahaman terhadap konsep dalam materi geometri dan kesulitan membayangkan objek geometri. Selain itu, permasalahan tersebut juga
diakibatkan oleh pembelajaran yang belum mengarah kepada kemampuan berpikir kreatif matematis. Pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan metode
ekspositori yang pada umumnya dilaksanakan oleh guru masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi peserta didik. Hal tersebut dikarenakan
pembelajaran menggunakan model ekspositori berpusat pada guru, sehingga keaktifan peserta didik kurang. Pada hakikatnya untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan peserta didik harus mengalami pengalaman belajar sendiri untuk mendapatkan pengetahuan baru dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga
kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik tidak bisa berkembang dengan optimal.
Peneliti ingin menawarkan salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, yaitu dengan mengaplikasikan pembelajaran kreatif model Treffinger
berbantuan Alat Peraga dalam pembelajaran materi geometri. Dengan strategi tersebut, peserta didik dituntut untuk selalu kreatif dalam pembelajaran. Mereka
dituntut untuk berperan aktif, baik secara fisik maupun kejiwaan. Beberapa keuntungan yang diperoleh ketika pembelajan model Treffinger
diterapkan dalam pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut. 1
Peserta didik tidak hanya mendengarkan guru secara pasif tetapi dia bisa mengerjakan sesuatu yang kreatif berkaitan dengan materi pelajaran.
2 Peserta didik terlibat dalam semua aktifitas dalam pembelajaran.
3 Pengaplikasikan pembelajaran model Treffinger tidak menekankan pada
proses penyampaian informasi tetapi lebih kepada pengembangan
ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik yang sedang dibahas dalam pembelajaran.
4 Aplikasi pembelajaran model Treffinger dapat menambah motivasi peserta
didik untuk belajar tanpa mereka sadari. Hal ini disebabkan peserta didik telah asyik dalam pembelajaran sehingga mereka seolah-olah lupa bahwa
mereka sedang belajar. 5
Umpan balik yang diperoleh lebih cepat tercapai. 6
Peserta didik lebih dituntut untuk berpikir kreatif, kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi.
Keuntungan-keutungan tersebut ternyata sejalan dengan syarat-syarat untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam matematika, yaitu
sebagai berikut. 1
Belajar sangat penting dan harus dalam suasana yang menyenangkan. 2
Anak didorong menjadi pelajar yang aktif. Artinya mereka diberi kesempatan yang luas untuk ikut terlibat aktif dalam proses belajar, seperti
menyampaikan pengalaman, gagasan, dan ide-idenya di dalam kelas. Ikut memberikan masukan dalam materi pelajaran dan didorong untuk berdiskusi
dengan guru mengenai banyak hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
3 Anak perlu distimulasi dan merasa nyaman selama proses belajar mengajar.
4 Guru merupakan fasilitator, bukan polisi atau dewa yang serba tahu.
5 Kerja sama menjadi iklim yang utama yang harus diciptakan di dalam kelas,
bukan kompetisi.
Untuk mengatasi kesulitan peserta didik dalam membayangkan objek geometri yang dipelajari, peneliti menggunakan alat peraga. Penggunaan media
tersebut sangat membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan visualisasinya. Jadi mereka tidak hanya diam saja ketika pembelajaran
berlangsung. Dengan demikian, diharapkan adanya suatu kebermaknaan dalam belajar.
2.3 Hipotesis Penelitian