perhitungan  Lampiran  4.  Dari  perhitungan  tersebut  diperoleh =  0,2399
dan =
=  3,09  dengan  k  =  3,  dan  N  =  103.    Karena maka  H
diterima.  Artinya  tidak  terdapat  perbedaan  rata-rata yang  signifikan  antara  kelas  kontrol,  eksperimen  1,  dan  eksperimen  2.  Dengan
demikian,  dapat  disimpulkan  bahwa  peserta  didik  mempunyai  kemampuan  yang sama sebelum dikenai perlakuan.
4.2.2 Analisis Hasil Tes
Sama  seperti  data  awal,  peneliti  juga  melakukan  analisis  terhadap  data akhir  yang  diperoleh  dari  skor  posttest,  yaitu  skor  dari  tes  kemampuan  berpikir
kreatif  matematis.  Data  nilai  posttest  ketiga  kelas  sampel  dapat  dilihat  di Lampiran  24.  Analisis  terdiri  dari  analisis  uji  normalitas,  uji  homogenitas,  uji
proporsi,  dan  uji  kesamaan  dua  rata-rata.  Akan  tetapi,  sebelumnya  peneliti  akan memberikan deskripsi singkat tentang skor kemampuan berpikir kreatif matematis
yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam tabel berikut. Tabel 4.3 Deskripsi Perolehan Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Data Kelas kontrol  Kelas eksperimen 1  Kelas eksperimen 2
Rata-rata 71,667
84,147 79,556
Varians 24,354
52,008 39,682
Simpangan baku 4,935
7,212 6,299
Skor terendah 62
68 65
Skor tertinggi 82
95 90
4.2.2.1 Uji Normalitas Data Akhir
Setelah  semua  skor  kemampuan  berpikir  kreatif  matematis  diperoleh, maka  dilakukan  pengujian  normalitas  terhadapnya.  Sama  halnya  dengan
pengujian normalitas pada data awal, peneliti masih menggunakan uji Chi kuadrat untuk  menguji  normalitas  data  tersebut.  Setelah  data  akhir  diuji  dengan  statistik
tersebut ternyata diperoleh = 3,671 dan
= 9,49. Karena ,  maka  H
diterima.  Dengan  demikian,  data  awal  yang diperoleh  berdistribusi  dengan  normal.  Untuk  perhitungannya,  peneliti  telah
menjelaskan dalam Lampiran 25.
4.2.2.2 Uji Homogenitas Data Akhir
Sama  seperti  pengujian  yang  dilakukan  pada  data  awal,  peneliti  menguji homogenitas skor tes kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik dengan
menggunakan  uji  Bartlett.  Berdasarkan  perhitungan  diperoleh  bahwa =  4,563
dan Karena
maka  H diterima
dan  skor  kemampuan  berpikir  kreatif  matematis  yang  diperoleh  mempunyai varians  yang  homogen.  Perhitungan  selengkapnya  dapat  dilihat  pada  Lampiran
26.
4.2.2.3 Uji Hipotesis
4.2.2.3.1  Uji Hipotesis 1 Uji hipotesis 1 digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata kemampuan
berpikir  kreatif  matematis  peserta  didik  pada  kelas  eksperimen  1  pada  materi geometri  mencapai  ketuntasan.  Diketahui  dari  data  bahwa  jumlah  peserta  didik
yang  tuntas  dengan  KKM  67  sebanyak  34  dari  jumlah  peserta  didik  pada  kelas tersebut  yaitu  34,  sehingga  besar  persentase  ketuntasan  klasikal  100.  Karena
batas  ketuntasan  klasikal  sebesar  75,  maka  kelas  eksperimen  1  tuntas  secara
klasikal.  Selanjutnya  dilakukan  uji  signifikansi  ketuntasan  klasikal  dengan  uji proporsi.
Dalam perhitungan pencapaian nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis  terhadap  nilai  ketuntasan  klasikal,  rumusan  hipotesisnya  adalah
artinya rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik pada  kelas  eksperimen  1  tidak  mencapai  ketuntasan  klasikal.  Dan
artinya rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik pada kelas eksperimen 1 mencapai ketuntasan klasikal.
Karena =  1,64  dimana
didapat  dari  daftar normal baku dengan peluang 0,5-
, maka ditolak. Jadi, rata-rata kemampuan
berpikir  kreatif  matematis  peserta  didik  pada  kelas  eksperimen  1  mencapai ketuntasan  klasikal.  Perhitungan  ketuntasan  klasikal  kelas  eksperimen  1  dapat
dilihat pada Lampiran 27. 4.2.2.3.2  Uji Hipotesis 2
Uji hipotesis 2 digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata kemampuan berpikir  kreatif  matematis  peserta  didik  pada  kelas  eksperimen  2  pada  materi
geometri  mencapai  ketuntasan.  Diketahui  dari  data  bahwa  jumlah  peserta  didik yang  tuntas  dengan  KKM  67  sebanyak  35  dari  jumlah  peserta  didik  pada  kelas
tersebut  yaitu  36,  sehingga  besar  persentase  ketuntasan  klasikal  97.  Karena batas  ketuntasan  klasikal  sebesar  75,  maka  kelas  eksperimen  2  tuntas  secara
klasikal.  Selanjutnya  dilakukan  uji  signifikansi  ketuntasan  klasikal  dengan  uji proporsi.
Dalam perhitungan pencapaian nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis  terhadap  nilai  ketuntasan  klasikal,  rumusan  hipotesisnya  adalah
artinya rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik pada  kelas  eksperimen  2  tidak  mencapai  ketuntasan  klasikal.  Dan
artinya rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik pada kelas eksperimen 2 mencapai ketuntasan klasikal.
Karena =  1,64  dimana
didapat  dari  daftar normal baku dengan peluang 0,5-
, maka ditolak. Jadi, rata-rata kemampuan
berpikir  kreatif  matematis  peserta  didik  pada  kelas  eksperimen  2  mencapai ketuntasan  klasikal.  Perhitungan  ketuntasan  klasikal  kelas  eksperimen  2  dapat
dilihat pada Lampiran 28. 4.2.2.3.3 Uji Hipotesis 3
Uji hipotesis 3 digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata kemampuan berpikir  kreatif  matematis  peserta  didik  pada  kelas  kontrol  pada  materi  geometri
mencapai ketuntasan. Diketahui dari data bahwa jumlah peserta didik yang tuntas dengan KKM 67 sebanyak 29 dari jumlah peserta didik pada kelas tersebut yaitu
33,  sehingga  besar  persentase  ketuntasan  klasikal  88.  Karena  batas  ketuntasan klasikal  sebesar  75,  maka  kelas  kontrol  tuntas  secara  klasikal.  Selanjutnya
dilakukan uji signifikansi ketuntasan klasikal dengan uji proporsi. Dalam perhitungan pencapaian nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif
matematis  terhadap  nilai  ketuntasan  klasikal,  rumusan  hipotesisnya  adalah artinya rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik
pada  kelas  kontrol  tidak  mencapai  ketuntasan  klasikal.  Dan artinya
rata-rata  kemampuan  berpikir  kreatif  matematis  peserta  didik  pada  kelas  kontrol mencapai ketuntasan klasikal.
Karena =  1,64  dimana
didapat  dari  daftar normal  baku  dengan  peluang  0,5-
,  maka diterima.  Jadi,  rata-rata
kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik pada kelas kontrol mencapai ketuntasan  klasikal.  Perhitungan  ketuntasan  klasikal  kelas  kontrol  dapat  dilihat
pada Lampiran 29. 4.2.2.3.4 Uji Hipotesis 4
Selanjutnya,  peneliti  akan  menguji  kesamaan  rata-rata  skor  kemampuan berpikir kreatif matematis antara kelas kontrol, eksperimen 1, dan eksperimen 2.
Diketahui  rata-rata  skor  kemampuan  berpikir  kreatif  matematis  pada  kelas eksperimen 1, eksperimen 2, dan kelas kontrol masing-masing 84,15, 79,56, dan
71,67. Dilakukan uji signifikasi dengan uji anava. Hipotesis  yang diambil adalah . Sedangkan hipotesis tandingannya adalah paling sedikit satu tanda
sama dengan tidak berlaku. Untuk  menguji  hipotesis  tersebut,  peneliti  menggunakan  statistik  uji
anava.  Dari  perhitungan  tersebut  diperoleh =  34,304  dan
= =  3,09  dengan  k  =  3,  dan  N  =  103.    Karena
maka H ditolak. Artinya terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara kelas
kontrol, eksperimen 1, dan eksperimen 2. Perhitungan uji lanjut dapat dilihat pada Lampiran 30.
4.2.2.3.5 Uji Hipotesis 5 Selanjutnya,  peneliti  akan  melakukan  uji  lanjut  untuk  menentukan  rata-
rata  kemampuan  berpikir  kreatif  mana  kah  yang  lebih  baik  antara  kelas eksperimen  1  dan  kelas  eksperimen  2.  Hipotesis  yang  diambil  adalah
. Sedangkan  hipotesis  tandingannya  adalah
.  Dengan adalah  rata-rata
kemampuan  berpikir  kreatif  kelas  eksperimen  1,  dan adalah  rata-rata
kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen 2. Untuk  menguji  hipotesis  tersebut,  peneliti  menggunakan  uji  lanjut  LSD
Least Significance Difference. Dari perhitungan tersebut diperoleh dan
.    Karena maka  H
ditolak.  Artinya  rata-rata kemampuan  berpikir  kreatif  kelas  eksperimen  1  lebih  baik  daripada  kelas
eksperimen 2. 4.2.2.3.6 Uji Hipotesis 6
Selanjutnya,  peneliti  akan  melakukan  uji  lanjut  untuk  menentukan  rata- rata  kemampuan  berpikir  kreatif  mana  kah  yang  lebih  baik  antara  kelas
eksperimen  2  dan  kelas  kontrol.  Hipotesis  yang  diambil  adalah .
Sedangkan  hipotesis  tandingannya  adalah .  Dengan
adalah  rata-rata kemampuan  berpikir  kreatif  kelas  eksperimen  2,  dan
adalah  rata-rata kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol.
Untuk  menguji  hipotesis  tersebut,  peneliti  menggunakan  uji  lanjut  LSD Least Significance Difference. Dari perhitungan tersebut diperoleh
dan .    Karena
maka  H ditolak.  Artinya  rata-rata
kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen 2 lebih baik daripada kelas kontrol.
4.2.2.3.7 Uji Hipotesis 7 Selanjutnya,  peneliti  akan  melakukan  uji  lanjut  untuk  menentukan  rata-
rata  kemampuan  berpikir  kreatif  mana  kah  yang  lebih  baik  antara  kelas eksperimen  1  dan  kelas  kontrol.  Hipotesis  yang  diambil  adalah
. Sedangkan  hipotesis  tandingannya  adalah
.  Dengan adalah  rata-rata
kemampuan  berpikir  kreatif  kelas  eksperimen  1,  dan adalah  rata-rata
kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol. Untuk  menguji  hipotesis  tersebut,  peneliti  menggunakan  uji  lanjut  LSD
Least Significance Difference. Dari perhitungan tersebut diperoleh dan
.    Karena maka  H
ditolak.  Artinya  rata-rata kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen 1 lebih baik daripada kelas kontrol.
Dari  ketiga  kelompok  sampel,  kelas  eksperimen  1  dapat  dinyatakan memperoleh hasil yang paling baik dibandingkan dengan kelas eksperimen 2 dan
kelas kontrol. Perhitungan uji hipotesis 5, 6, dan 7 selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 31.
4.2.3 Analisis Aktivitas Peserta Didik