Teori Belajar Bruner Pengertian Belajar dan Pembelajaran

dalam banyak hal. Pembelajaran digunakan untuk menunjukkan hal-hal sebagai berikut. 1 Penguasaan atau pemerolehan tentang apa yang telah diketahui mengenai sesuatu. 2 Penyuluhan dan penjelasan mengenai arti pengalaman seseorang. 3 Suatu proses pengujian gagasan yang terorganisasi dan relevan dengan masalah. Definisi dari Konsensus Knowles menyebutkan pembelajaran merupakan suatu proses di dalam mana perilaku diubah, dibentuk, atau dikendalikan Mappa, 1994: 12. Bila istilah pembelajaran digunakan untuk menyatakan suatu fungsi, maka tekanannya diletakkan pada aspek-aspek penting tertentu seperti motivasi yang diyakini untuk membantu menghasilkan belajar.

2.1.1.1 Teori Belajar Bruner

Jerome Bruner berpendapat bahwa belajar matematika ialah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Pemahaman terhadap konsep dan struktur suatu materi menjadikan materi itu dipahami secara lebih komprehensif. Selain itu peserta didik lebih mudah mengingat materi, bila yang dipelajari itu memiliki pola yang terstruktur. Dengan memahami konsep dan struktur akan mempermudah terjadinya transfer. Dalam belajar, Bruner hampir selalu memulai dengan memusatkan manipulasi material. Peserta didik harus menemukan keteraturan dengan cara pertama-tama memanipulasi material yang berhubungan dengan keteraturan intuitif yang sudah dimiliki peserta didik itu. Ini berarti peserta didik dalam belajar harus terlihat aktif mentalnya yang dapat diperlihatkan keaktifan fisiknya Hudojo, 1988: 56. Bruner dalan Hudojo 1988: 56 melukiskan peserta didik berkembang melalui tiga tahap perkembangan mental yaitu: 1 Enaktif Dalam tahapan ini, peserta didik belajar menggunakan atau memanipulasi objek-objek secara langsung. 2 Ikonik Tahap ini menyatakan bahwa kegiatan peserta didik mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari objek-objek. Dalam tahap ini peserta didik tidak memanipulasi langsung objek-objek seperti dalam tahap enactive melainkan sudah dapat memanipulasi langsung dengan menggunakan gambaran dari objek. 3 Simbolik Tahap terakhir ini menurut Bruner merupakan tahap memanipulasi simbol- simbol secara langsung dan tidak lagi ada kaitannya dengan objek-objek. Dalam Slameto 2003: 11, Bruner berpendapat alangkah baiknya bila sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan peserta didik dalam bidang tertentu. Di dalam proses belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap peserta didik dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan Discovery Environment, ialah lingkungan dimana peserta didik dapat melakukan eksplorasi, penemuan- penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Dalam tiap lingkungan selalu ada bermacam-macam masalah, hubungan-hubungan, dan hambatan yang dihayati oleh peserta didik secara berbeda-beda pada usia yang berbeda pula. Dalam lingkungan banyak hal yang dapat dipelajari peserta didik. Hal tersebut sejalan dengan konsep penggunaan alat peraga dalam penelitian ini sebagai media pembelajaran yang diharapkan mampu mendorong peserta didik untuk bisa menanamkan konsep secara benar sehingga sesuai dengan tahapan-tahapan di atas, kemampuan berpikir kreatif matematis yang berbeda-beda setiap peserta didik dapat lebih meningkat dengan model kreatif Treffinger.

2.1.1.2 Teori Belajar Van Hiele

Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

16 28 186

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK SEGIEMPAT

2 11 301

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS PADA MATERI GEOMETRI KELAS VIII

0 25 429

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL SOMATIC AUDITORY VIZUALIZATION INTELLECTUAL BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS VII PADA MATERI SEGITIGA SMP NEGERI 1 SEMARANG

1 32 429

KEEFEKTIFAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) BERBANTUAN LKPD TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS PESERTA DIDIK SMP

0 20 259

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN CPS BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATERI POKOK GEOMETRI KELAS X

1 7 313

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP.

5 21 70

. Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 1 Bawen Pada Materi Pokok Segitiga Tahun Pelajaran 2009/2010.

0 0 1

(ABSTRAK) KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATERI SEGI EMPAT PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 2 PEGANDON.

0 0 2

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATERI SEGI EMPAT PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 2 PEGANDON.

0 0 122