Kajian Teori Alat Peraga

kelancaran fluency, keluwesan flexibility, keaslian originality, dan kerincian elaboration. Ada beberapa strategi atau cara yang dapat diaplikasikan seorang guru untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif bagi peserta didik. Munandar 2009: 43 mengemukakan beberapa falsafah mengajar yang medorong berkembangnya potensi kreatif sebagai berikut. 1 Belajar sangat penting dan harus dalam suasana yang menyenangkan. 2 Anak didorong menjadi pelajar yang aktif. Artinya mereka diberi kesempatan yang luas untuk ikut terlibat aktif dalam proses belajar, seperti menyampaikan pengalaman, gagasan, dan ide-idenya di dalam kelas. Ikut memberikan masukan dalam materi pelajaran dan didorong untuk berdiskusi dengan guru mengenai banyak hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. 3 Anak perlu distimulasi dan merasa nyaman selama proses belajar mengajar. 4 Guru merupakan fasilitator, bukan polisi atau dewa yang serba tahu. 5 Kerja sama menjadi iklim yang utama yang harus diciptakan di dalam kelas, bukan kompetisi.

2.1.7 Alat Peraga

2.1.7.1 Kajian Teori Alat Peraga

Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas. Objek matematika merupakan benda pikiran yang sifatnya abstrak dan tidak dapat diamati dengan pancaindra. Objek matematika berkenaan dengan ide-idekonsep- konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif, konsisten dan logis. Sudjadi Sugiarto, 2010: 2 menyatakan bahwa keabstrakan matematika karena objek dasarnya yang berupa fakta, konsep, operasi dan prinsip tersebut bersifat abstrak. Ciri keabstrakan dan ciri lainnya yang tidak sederhana, menyebabkan matematika tidak mudah untuk dipelajari, sehingga banyak peserta didik yang merasa kesulitan belajar matematika. Oleh karena itu perlu ada jembatan yang bisa menghubungkan antara keilmuan matematika dan pembelajaran matematika. Salah satu cara untuk menjembatani agar matematika yang bersifat abstrak tersebut mudah dipamahi oleh perserta didik dengan memanfaatkan media dalam pembelajaran matematika. Menurut Dienes dalam Sugiarto, 2010: 2, setiap konsep atau prinsip matematika dapat dimengerti secara sempurna apabila pertama-tama disajikan kepada peserta didik dalam bentuk-bentuk kongkret. Oleh karena itu betapa pentingnya pemanfaatan benda-benda konkret atau alat peraga baik yang dirancang secara khusus ataupun benda-benda yang ada dilingkungan sekitar kita sebagai media dalam pembelajaran matematika. Menurut Muhsetyo Sugiarto, 2010: 3, peserta didik baik secara individual maupun secara kelompok dapat membangun sendiri pengetahuan mereka dengan berbagai sumber belajar. Guru lebih berperan sebagai fasilitator, dan salah satu tugas guru adalah menyediakan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Hal ini sesuai dengan Teori Bruner dalam Sugiarto 2010: 3 bahwa dalam proses pembelajaran matematika sebaiknya peserta didik diberi kesempatan memanipulasi benda-benda konkret atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh peserta didik dalam memahami suatu konsep atau prinsip matematika. Selain itu Bruner menegaskan bahwa proses internalisasi dalam belajar matematika akan terjadi dengan sungguh-sungguh artinya proses belajar terjadi secara optimal, apabila pengetahuan yang sedang dipelajari oleh peserta didik tersebut difasilitasi melalui tiga tahap yaitu Enaktif, Ikonik dan Simbolik EIS. Tahap enaktif yaitu tahap belajar dengan memanipulasi benda atau obyek konkret, tahap ikonik yaitu tahap belajar dengan menggunakan gambar, dan tahap simbolik yaitu tahap belajar matematika melalui manipulasi lambang atau simbol. Muhsetyo dalam Sugiarto 2010: 3, menyatakan bahwa untuk mendukung pembelajaran matematika yang mampu menumbuhkan kemampuan peserta didik dalam membangun pengetahuan sendiri diperlukan guru yang memiliki kompetensi tidak saja dalam mengembangkan dan mengimplementasikan materi pelajaran atau bahan ajar, tetapi juga dalam penguasaan teori pembelajaran, media pembalajaran, evaluasi pembelajaran serta memahami pula bagaimana peserta didik belajar. Guru perlu terus meningkatkan kompetensi dalam mengembangkan perangkat pembelajaran dan mengimplementasinya dalam pembelajaran sehingga pempelajaran menjadi lebih berkualitas. Encyclopedia of Educationnal Research dalam Arsyad 2000: 25 merincikan manfaat media pembelajaran sebagai berikut. 1 Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu untuk mengurangi verbalisme. 2 Memperbesar perhatian siswa. 3 Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pembelajaran lebih mantap. 4 Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan peserta didik. 5 Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu terutama melalui gambar hidup. 6 Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa. 7 Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar. Menurut Waluya Sugiarto, 2010: 5, ditinjau dari fungsinya, media atau alat peraga dapat memberikan motivasi belajar, memberikan variasi dalam pembelajaran, mempengaruhi daya abstraksi, memperkenalkan, memperbaiki, dan meningkatkan pemahaman konsep dan prinsip. Menurut Brunner dalam Sugiarto 2010: 5 dalam proses pembelajaran matematika sebaiknya peserta didik diberi kesempatan memanipulasi benda- benda konkret atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh peserta didik dalam memahami suatu konsep matematika. Arti bahwa alat peraga yang dirancang secara khusus pada tulisan ini adalah bahwa setiap objek geometri memiliki satu atau beberapa atribut. Setiap atribut yang dimiliki oleh objek geometri tersebut harus dihadirkan pada alat peraga sebagai model objek geometri tersebut. Apabila alat peraga yang disediakan guru belum memuat atribut yang sama dengan atribut yang dimiliki oleh objek geometri, maka alat peraga tersebut belum efektif bahkan masih bisa menimbulkan miskonsepsi. Ini berarti bahwa mengembangan media atau alat peraga harus dilakukan secara cermat. Hasil pengembangan alat media atau alat peraga oleh seseorang yang tidak memiliki pemahaman konsep atau prinsip pada materi pokok tertentu akan diragukan keefektifannya.

2.1.7.2 Alat Peraga Geometri

Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

16 28 186

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK PADA MATERI POKOK SEGIEMPAT

2 11 301

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS PADA MATERI GEOMETRI KELAS VIII

0 25 429

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL SOMATIC AUDITORY VIZUALIZATION INTELLECTUAL BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS VII PADA MATERI SEGITIGA SMP NEGERI 1 SEMARANG

1 32 429

KEEFEKTIFAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) BERBANTUAN LKPD TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS PESERTA DIDIK SMP

0 20 259

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN CPS BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATERI POKOK GEOMETRI KELAS X

1 7 313

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP.

5 21 70

. Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 1 Bawen Pada Materi Pokok Segitiga Tahun Pelajaran 2009/2010.

0 0 1

(ABSTRAK) KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATERI SEGI EMPAT PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 2 PEGANDON.

0 0 2

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATERI SEGI EMPAT PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 2 PEGANDON.

0 0 122