2.1.6 Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Secara garis besar, berpikir dibedakan menjadi dua jenis, yaitu berpikir tingkat rendah dan berpikir tingkat tinggi. Perwujudan dari berpikir tingkat tinggi
diantaranya adalah berpikir kritis critical thinking dan berpikir kreatif creative thinking.
Pehkohnen dalam „The State-of-Art in Mathematical Creativity’ 1997: 63 mengungkapkan,
“Creativity is not a characteristic only found in artists and scientists, but it is also a part of everyday life. For example, a do-it-yourself man
is making use of his creative thinking when he solves practical problems with defective tools. Therefore, creativity should be an intrinsic part of the
“mathematics for all” program”. Pernyataan di atas menjelaskan bahwa kreativitas tidak hanya dimiliki oleh
artis maupun ilmuwan, tapi kreativitas merupakan bagian dari kehidupan. Misalnya, seseorang dikatakan melakukan proses berpikir kreatif ketika dia bisa
menyelesaikan masalah dengan cara yang tidak biasa. Jadi, proses berpikir kreatif juga merupakan sesuatu yang dapat dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan
dalam matematika. Berpikir kreatif dapat juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan
ketika seorang individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru. Ide baru tersebut merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang belum pernah diwujudkan
Sunata, 2008 : 19. Pengertian ini lebih menfokuskan pada proses individu untuk memunculkan ide baru yang merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang
belum diwujudkan atau masih dalam pemikiran. Pengertian berpikir kreatif ini
ditandai adanya ide baru yang dimunculkan sebagai hasil dari proses berpikir tersebut. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka berpikir kreatif dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seseorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru.
Munandar 2009: 43 menyebutkan empat kriteria dari berpikir kreatif, yaitu kelancaran fluency, kelenturan flexibility, keaslian originality, dan
kerincian elaboration. Kelancaran meliputi kemampuan untuk mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, memberikan
banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Kelenturan meliputi kemampuan untuk menghasilkan gagasan,
jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
Keaslian ditandai dengan kemampuan melahirkan ungkapan yang baru atau unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, dan mampu
membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur- unsur. Kerincian meliputi kemampuan untuk memperkaya dan mengembangkan
suatu gagasan atau produk dan kemampuan menambahkan atau memperinci detil- detil dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik.
Demikianlah beberapa tinjauan tentang kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kreatif dalam matematika mengacu pada kemampuan
berpikir kreatif pada umumnya. Selanjutnya, dalam penelitian ini peneliti akan mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik ditinjau dari aspek
kelancaran fluency, keluwesan flexibility, keaslian originality, dan kerincian elaboration.
Ada beberapa strategi atau cara yang dapat diaplikasikan seorang guru untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif bagi peserta didik. Munandar
2009: 43 mengemukakan beberapa falsafah mengajar yang medorong berkembangnya potensi kreatif sebagai berikut.
1 Belajar sangat penting dan harus dalam suasana yang menyenangkan.
2 Anak didorong menjadi pelajar yang aktif. Artinya mereka diberi kesempatan
yang luas untuk ikut terlibat aktif dalam proses belajar, seperti menyampaikan pengalaman, gagasan, dan ide-idenya di dalam kelas. Ikut
memberikan masukan dalam materi pelajaran dan didorong untuk berdiskusi dengan guru mengenai banyak hal yang berkaitan dengan proses belajar
mengajar. 3
Anak perlu distimulasi dan merasa nyaman selama proses belajar mengajar. 4
Guru merupakan fasilitator, bukan polisi atau dewa yang serba tahu. 5
Kerja sama menjadi iklim yang utama yang harus diciptakan di dalam kelas, bukan kompetisi.
2.1.7 Alat Peraga