Pengertian Model Pembelajaran Model Pembelajaran CPS Creative Problem Solving

Suherman 2003 mengatakan bahwa dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya. Ibarat membangun sebuah apartemen, lantai kedua dan selanjutnya tidak akan terwujud apabila pondasi lantai pertama tidak kokoh. Begitu pula dalam mempelajari matematika, konsep pertama yang menjadi prasyarat harus benar-benar dikuasai agar dapat memahami konsep-konsep selanjutnya. Berdasarkan uraian di atas dapat dideskripsikan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu apabila kegiatan belajar itu didasari oleh apa yang telah diketahuinya. Belajar materi matematika yang baru dipengaruhi oleh pengalaman belajar yang lalu sebagai konsep prasyarat sehingga proses belajar matematika dapat berlangsung dengan baik.

2.1.4 Pengertian Model Pembelajaran

Trianto 2013: 51 mengkaji bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Joyce Weil 2003: 84-85 mengemukakan bahwa setiap model belajar mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat unsur berikut: 1 sintaks syntax yang merupakan fase-fase phasing dari model yang menjelaskan model tersebut dalam pelaksanaannya secara nyata; 2 sistem sosial the social system yang menunjukkan peran dan hubungan guru dan siswa selama proses pembelajaran; 3 prinsip reaksi principles of reaction yang menunjukkan bagaimana guru memperlakukan siswa dan bagaimana pula ia merespon terhadap apa yang dilakukan siswanya; dan 4 sistem pendukung support system yang menunjukkan segala sarana, bahan, dan alat yang dapat digunakan untuk mendukung model tersebut.

2.1.5 Model Pembelajaran CPS Creative Problem Solving

Asikin Pujiadi 2008: 38 mengkaji bahwa model pembelajaran CPS Creative Problem Solving merupakan suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Model pembelajaran ini mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir tinggi, karena model pembelajaran ini memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk memecahkan masalah matematika dengan caranya sendiri. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya, tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berfikir. Dalam proses pembelajaran dengan CPS terdapat diskusi berpasangan maupun kelompok kecil small discussion dengan anggota kelompok yang heterogen berdasarkan kemampuan awalnya. Dengan adanya pembagian kelompok siswa yang heterogen akan saling mendukung antar anggota kelompok. Siswa yang mengalami kesulitan dapat bertanya kepada siswa lain maupun guru sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar yang diperoleh lebih maksimal. Sasaran dari model pembelajaran Creative Problem Solving berdasarkan kajian oleh Cahyono 2008 adalah sebagai berikut. 1. Siswa akan mampu menyatakann urutan langkah-langkah pemecahan masalah dalam CPS; 2. Siswa mampu menemukan kemungkinan-kemungkinan strategi pemecahan masalah; 3. Siswa mampu mengevaluasi dan menyeleksi kemungkinan- kemungkinan tersebut kaitannya dengan kriteria-kriteria yang ada; 4. Siswa mampu memilih suatu pilihan solusi yang optimal; 5. Siswa mampu mengembangkan suatu rencana dalam mengimplementasikan strategi pemecahan masalah; 6. Siswa mampu mengartikulasikan bagaimana CPS dapat digunakan berbagai bidang atau situasi. Sintakstahap-tahap model pembelajaran CPS menurut Pepkin 2004 dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut.. Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Creative Problem Solving Fase Penjelasan Fase 1 Klarifikasi Masalah Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan masalah oleh guru kepada siswa tentang masalah yang diajukan agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan. Fase 2 Pengungkapan Pendapat Brainstorming Pada tahap ini siswa dibebaskan untuk menggali dan mengungkapkan pendapat-pendapatnya tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah, tidak ada sanggahan dalam mengungkapkan ide atau gagasan satu sama lain. Fase 3 Evaluasi dan Seleksi Pada tahap ini, dengan bimbingan guru setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi-strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah. Sehingga diperoleh suatu strategi yang optimal dan tepat. Fase 4 Implementasi Pada tahap ini, siswa menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut. Adapun implementasi dari model pembelajaran CPS Creative Problem Solving terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut. 1. Tahap Awal Guru menanyakan kesiapan siswa selama pelajaran matematika berlangsung, guru mengulas kembali materi sebelumnya mengenai materi yang dijadikan sebagai prasyarat pada materi saat ini kemudian menjelaskan aturan main ketika model pembelajaran Creative Problem Solving berlangsung serta guru memberi motivasi kepada siswa akan pentingnya pembahasan materi melalui pembelajaran Creative Problem Solving. Kemudian guru menyampaikan materi pelajaran. 2. Tahap Inti Siswa membentuk kelompok kecil untuk melakukan small discussion. Tiap kelompok terdiri atas 4-5 anak yang ditentukan oleh guru dan kelompok ini bersifat permanen. Tiap kelompok mendapat bahan ajar Lembar Diskusi Siswa untuk dibahas bersama. Secara berkelompok, siswa memecahkan permasalahan yang terdapat dalam bahan ajar siswa sesuai petunjuk yang terdapat di dalamnya. Siswa mendapat bimbingan dan arahan dari guru dalam memecahkan permasalahan peranan guru dalam hal ini menciptakan situasi yang dapat memudahkan munculnya pertanyaan dan mengarahkan kegiatan brainstrorming serta menumbuhkan situasi dan kondisi lingkungan yang dihasilkan atas dasar interest siswa. Menurut Pepkin 2004: 2 penekanan dalam pendampingan siswa dalam menyelesaikan permasalahan sebagai berikut. a. Klarifikasi Masalah b. Pengungkapan gagasan Brainstrorming c. Evaluasi dan Seleksi d. Implementasi Selanjutnya perwakilan salah satu siswa dari kelompoknya mempresentasikan hasil yang telah didiskusikan ke depan kelas dan siswa lain menanggapinya. Kemudian guru bersama siswa menyimpulkan materi ke arah matematika formal. 3. Tahap Akhir Sebagai pemantapan materi, secara individu siswa mengerjakan pop quiz matematika yang diberikan oleh guru dan memberikan kredit poin bagi siswa yang mampu memecahkannya sebagai upaya motivasi siswa mengerjakan soal-soal matematika Setiap model pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Begitu juga dengan model pembelajaran Creative Problem Solving. Asikin Pujiadi 2008: 40 menyatakan keunggulan model pembelajaran Creative Problem Solving sama halnya dengan model-model pembelajaran berbasis pemecahan masalah pada umumnya. Kesumah 2008 mengkaji keunggulan pembelajaran yang berbasis pada pemecahan masalah problem solving antara lain sebagai berikut. 1 melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, 2 berpikir dan bertindak kreatif, 3 memecahkan masalah yang dihadapi secara realitas, 4 mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, 5 menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, 6 merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, 7 dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja. Sedangan kelemahan model pembelajaran CPS yaitu: 1 beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut, 2 memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran untuk menerapkan metode ini. Sebagai contoh terbatasnya alat- alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya yang lain, 3 diperlukan kemauan siswa yang tinggi. Untuk siswa yang tidak menpunyai kemauan melakukannya cenderung malas untuk mencoba mengemukakan gagasan.

2.1.6 Model Pembelajaran Problem Posing