Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh z
hitung
= -1,23 −
, −�
= -0,1736, yang berarti H
ditolak. Jadi persentase banyak siswa yang tuntas pada tes kemampuan pemecahan masalah setelah diberi perlakuan dengan model pembelajaran CPS belum
mencapai ketuntasan klasikal minimal 75. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 70
4.1.3.4 Uji Hipotesis 2
Uji hipotesis 2 dilakukan untuk mengetahui apakah hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa pada submateri luas permukaan dan volum kubus dan balok
dengan model pembelajaran PP Problem Posing mencapai ketuntasan klasikal. Kriteria ketuntasan klasikal yang berlaku di SMP Negeri 2 Magelang sebesar 75. Uji
ketuntasan klasikal menggunakan uji proporsi pihak kiri. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.
� ∶ � , artinya persentase banyak siswa kelas eksperimen 2 yang tuntas lebih
dari atau sama dengan 75. � ∶ �
, artinya persentase banyak siswa kelas eksperimen 2 yang tuntas kurang dari 75.
Kriteria pengujian adalah tolak H jika
z
hitung
−
, −�
dengan � = .
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh z
hitung
= 0,25 −
, −�
= -0,1736, yang berarti H
diterima. Jadi persentase banyak siswa yang tuntas pada tes kemampuan pemecahan masalah setelah diberi perlakuan dengan model pembelajaran
PP sudah mencapai ketuntasan klasikal minimal 75. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 71
4.1.3.5 Uji Hipotesis 3
Uji hipotesis 3 dilakukan untuk mengetahui apakah tiga kelas sampel mempunyai rata-rata kemampuan pemecahan masalah yang sama secara signifikan atau tidak.
Untuk menguji hipotesis 3 digunakan uji ANAVA Satu Arah berbantuan program SPSS 21.0. Hipotesis yang digunakan dalam uji ANAVA Satu Arah adalah sebagai
berikut. H
: � = � = � , artinya tidak ada perbedaan rata-rata kemampuan pemecahan
masalah antara ketiga kelas sampel. H
1
: terdapat paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku, artinya terdapat perbedaan rata-rata kemampuan pemecahan masalah antara ketiga kelas sampel.
Kriteria dalam uji ANAVA Satu Arah ini adalah terima H jika nilai signifikansi
0,05. Tabel 4.6 Output Uji ANAVA Satu Arah Data Akhir
One Way ANAVA Test
Data_Akhir Sum of Squares df
Mean Square F
Sig. Between Groups
720,364 2
360,182 3,217 0,047
Within Groups 7053,455
63 111,960
Total 7773,818
65
data diambil dari output uji ANAVA Satu Arah SPSS 21.0
Berdasarkan output di atas diperoleh nilai signifikansi = 0,047 0,05, sehingga H
ditolak. Artinya, terdapat perbedaan kemampuan dari ketiga kelas sampel. Jika dilihat dari nilai F, terima H
jika F
hitung
F
tabel
. F
tabel
dapat dicari dengan kriteria F
α,df1, df2
dimana df1 = banyak variabel – 1 dan df2 = banyak semua sampel –
3. Berdasarkan output di atas diperoleh F
hitung
= 3,217 dan F
tabel
= 3,143 maka F
hitung
F
tabel
sehingga H ditolak, artinya terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah
dari ketiga kelas sampel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 72 Untuk mengetahui pasangan kelas manakah yang terdapat perbedaan
kemampuan pemecahan masalah yang signifikan, dilakukan uji lanjut. Pada penelitian ini akan digunakan uji lanjut LSD berbantuan program SPSS 21.0 dengan taraf
signifikansi sebesar 5. Tabel 4.7 Output Uji Lanjut LSD
Pairs Mean Difference Std. Error
Sig. Eksperimen 1
Kontrol 4,182
3,190 0,195
Eksperimen 2 Kontrol
8,091 3,190
0,014 Eksperimen 1 Eksperimen 2
-3,909 3,190
0,225
data diambil dari output Uji Lanjut LSD SPSS 21.0
Berdasarkan output di atas, pada kolom Mean Difference I – J hanya pasangan
kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol yang bertanda bintang . Ini berarti rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah yang berbeda secara signifikan adalah
pasangan kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol. Untuk kombinasi pasangan kelas sampel yang lain tidak terdapat perbedaan secara signifikan terhadap kemampuan
pemecahan masalah. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 73
4.1.3.6 Uji Hipotesis 4