Pembelajaran di Kelas Eksperimen 2

Berbeda dengan kelompok A, kelompok B menuliskan informasi yang diketahui secara lebih lengkap. Strategi yang digunakan juga benar meskipun berbeda dengan strategi yang digunakan kelompok A, yaitu dengan mencari luas dinding-dinding akuarium ditambah dengan luas alasnya. Kendala yang dialami peneliti dalam menerapkan pembelajaran di kelas eksperimen 1 terkait situasi di sekolah yang tidak dapat diprediksikan sebelumnya. Pada pertemuan 4 terjadi perubahan jam pelajaran secara kondisional yang awalnya 1 jam pelajaran sama dengan 40 menit berkurang menjadi 25 menit. Sehingga tidak cukup waktu untuk melaksanakan quiz kedua. Padahal pembelajaran dengan model Creative Problem Solving memerlukan waktu yang tidak sedikit dalam pelaksanaannya. Pada jam pelajaran normal pun peneliti masih kesulitan dalam mengelola waktu, sehingga tidak semua soal latihan dan pekerjaan rumah dapat dibahas di kelas.

4.2.1.2 Pembelajaran di Kelas Eksperimen 2

Pembelajaran di kelas eksperimen 2 menggunakan model Problem Posing yang dilaksanakan selama 4 pertemuan. Sama seperti agenda tiap pertemuan pada pembelajaran di kelas eksperimen 1, pada pertemuan 1 dan 3 siswa belajar menemukan konsep dari materi untuk penelitian dengan bantuan Lembar Diskusi Siswa dan alat peraga untuk mendukung kegiatan pembelajaran berkelompok. Sedangkan pada pertemuan 2 dan 4 peneliti memfokuskan untuk pemberian latihan soal kepada siswa dan mengadakan quiz yang dikerjakan secara mandiri untuk mengetahui sejauh mana siswa menyerap materi yang telah dipelajari. Pembelajaran dilakukan hampir sama dengan kelas eksperimen 1, yaitu secara berkelompok dengan prosedur pengelompokan yang sama. Hanya saja pada kegiatan latihan soalnya yang bebeda. Awalnya model pembelajaran Problem Posing sedikit sulit diterapkan di kelas eksperimen 2 karena siswa tidak terbiasa menggunakan model pembelajaran ini ketika diampu oleh guru matematika di sekolah tersebut. Namun pada pertemuan-pertemuan selanjutnya siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran ini. Jenis soal yang diberikan di kelas eksperimen 2 juga sama dengan kelas eksperimen 1, yaitu untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah. Seperti pada pembelajaran di kelas eksperimen 1, peneliti menekankan kepada siswa tentang memecahkan masalah sesuai dengan strategi Polya. Karena siswa yang mengajukan pertanyaan, maka peneliti mengarahkan siswa untuk benar-benar memahami dan mengolah detail informasi dari pernyataan yang diberikan dengan tujuan untuk memunculkan ide-ide terkait pertanyaan yang mungkin dari pernyataan tersebut. Kegiatan ini sejalan dengan pendapat Bruner sebagaimana dikutip dalam Suyitno 2004: 37, bahwa belajar akan lebih bermakna bagi siswa jika mereka memusatkan perhatiannya untukmemahami struktur materi yang dipelajari. Dalam pelaksanaannya, model pembelajaran Problem Posing yang diterapkan peneliti yaitu Problem Posing tipe 1 Pre-solution Posing dan tipe 3 Post-solution Posing. Menurut Silver dan Cai sebagaimana dikutip dalam Thobroni Mustofa 2011: 352, Problem Posing tipe 1 yaitu jika seorang siswa membuat soal dari situasi yang diadakan. Dengan kata lain peneliti memberikan pernyataankondisi yang sebelumnya telah disiapkan untuk diberikan kepada siswa, kemudian siswa diminta untuk mengajukan pertanyaan dari pernyataan tersebut dan jawaban dari pertanyaan yang telah disusunnya. Pertanyaan yang telah disusun siswa kemudian ditampikan untuk dikerjakan oleh teman-temannya. Pembelajaran dengan Problem Posing tipe 1 diterapkan pada pertemuan pertama dan ketiga. Sedangkan Problem Posing tipe 3 yaitu jika seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal baru yang sejenis. Dengan kata lain siswa diminta mengajukan soal secara utuh meliputi pernyataan, pertanyaan dan jawabannya dengan memodifikasi soal yang sudah ada. Pembelajaran dengan Problem Posing tipe 3 diterapkan pada pertemuan kedua dan keempat. Siswa diminta untuk menyusun soal dan jawabannya, kemudian pada pertemuan selanjutnya soal tersebut ditampilkan di kelas untuk dikerjakan siswa lain. Namun dalam pembelajaran di kelas eksperimen 2 peneliti tidak selalu memberikan soal yang menunjang pembelajaran Problem Posing. Peneliti juga memberi selingan soal lengkap dengan pertanyaan yang berasal dari peneliti sebagai latihan siswa di kelas eksperimen 2 pada setiap latihan soal dan pekerjaan rumah. Soal yang diberikan pada pembelajaran Problem Posing tidak jauh berbeda dengan soal yang diberikan pada pembelajaran Creative Problem Solving. Hanya saja dibeberapa soal peneliti menghilangkan pertanyaan dari soal tersebut untuk menunjang pembelajaran Problem Solving. Berikut ini adalah beberapa contoh hasil pekerjaan siswa di kelas eksperimen 2 dengan butir soal yang sama. Butir soal tersebut yaitu “Bagas ingin membuat akuarium yang terbuat dari kaca berbentuk balok tanpa tutup. Jika ukuran panjang, lebar, dan tinggi akuarium yang akan dibuat berturut-turut adalah 70 cm, 60 cm, dan 65 cm, sedangkan harga kaca per meter persegi adalah Rp.30.000,00”. Contoh hasil pekerjaan kelompok A. Gambar 4.3 Contoh hasil pekerjaan kelompok A kelas eksperimen 2 Kelompok A mengajukan dua buah pertanyaan yaitu luas permukaan akuarium tersebut dan dana minimal yang dibutuhkan untuk membeli kaca. Strategi yang digunakan untuk menentukan luas permukaan tersebut adalah menghitung luas permukaan akuarium secara utuh dikurangi luas tutupnya. Contoh hasil pekerjaan kelompok B. Gambar 4.4 Contoh hasil pekerjaan kelompok B kelas eksperimen 2 Kelompok B mengajukan pertanyaan berapa biaya untuk membeli kaca dengan menambahkan informasi pemberian diskon 10 untuk pembelian tiap 1 m 2 kaca. Namun kelompok B kurang memahami pernyataan yang diberikan dengan baik karena tidak menuliskan informasi bahwa akuarium tersebut dibuat tanpa tutup. Contoh hasil pekerjaan kelompok C. Gambar 4.5 Contoh hasil pekerjaan kelompok C kelas eksperimen 2 Tanpa mengurangi informasi yang diberikan dari pernyataaan asli, kelompok C mencoba mengubah sedikit kasus pada pernyataan tersebut dengan menambahkan informasi bahwa salah satu sisi akuarium yang berukuran × pecah. Setelah ayah membeli kaca untuk mengganti sisi yang pecah, harga naik Rp.7.700,00m 2 . Pertanyaan yang diajukan oleh kelompok C yaitu dana total minimal untuk membeli kaca. Strategi yang digunakan kelompok C yaitu menghitung dana minimal pembelian kaca pertama, lalu menghitung dana minimal pembelian kaca kedua dengan harga kaca per-m 2 yang sudah naik, kemudian menjumlahkannya. Meskipun dalam pembelajaran Problem Posing ada beberapa siswa yang sangat antusias untuk menampilkan hasil soal temuannya, kendala dalam pelaksanaan pembelajaran tetap ada. Kendala yang dialami pada pembelajaran di kelas eksperimen 2 masih terkait masalah kurangnya waktu yang tersedia. Ditambah lagi dengan adanya pengurangan waktu secara kondisional dari sekolah menyulitkan peneliti dalam mengelola waktu. Seperti halnya pada pertemuan 3 di kelas eksperimen 2, terjadi perubahan jam dari 1 jam pelajaran normal sama dengan 40 menit menjadi 35 menit. Padahal bagi siswa untuk mengajukan satu butir soal saja cukup memakan waktu yang tidak sedikit. Akibatnya pada tiap pertemuan hanya dapat menampilkan paling banyak tiga butir soal yang diajukan siswa untuk dibahas bersama. Di pertemuan 4 pun quiz kedua tidak terlaksana karena kendala waktu yang sangat terbatas.

4.2.1.3 Pembelajaran di Kelas Kontrol