IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  Analisis Situasional 4.1.1. Analisis Kondisi Fisik Lanskap Pertanian Sunda Parahiyangan
Lanskap  pertanian  disusun  oleh  beragam  bentuk  sistem  ekologi  pertanian agroekosistem  yang  terbentuk  oleh  komposisi  elemen  lanskap  yang  khas.
Agroeksosistem merupakan suatu sistem ekologi dan sosial-ekonomi yang terdiri dari  tumbuhan  dan  hewan  yang  sudah  didomestikasikan  serta  masyarakat  yang
mengelolanya  untuk  menghasilkan  pangan,  papan,  sandang,  serat,  biofuel,  serta produk  pertanian  lainnya.  Aspek  fisik  dalam  agroekosistem  seperti  tanah,
topografi, iklim, hidrologi, vegetasi dan satwa memiliki pengaruh yang signifikan dalam  keberlangsungan  usaha  pertanian,  baik  untuk  pertanian  bahan  makanan
subsisten  maupun  pertanian  untuk  bahan  dagangan  komersial.  Kondisi  fisik tersebut membentuk tatanan agroekosistem yang spesifik pada setiap kawasan dan
sesuai  dengan  tanaman  maupun  ternak  yang  dibudidayakan.  Bentuk  umum lanskap pertanian Sunda Parahiyangan disusun oleh struktur lanskap pegunungan
Gambar 8.
Gambar 8. Bentuk Umum Lanskap Pertanian Sunda Parahiyangan Secara  umum  agroekosistem  dalam  lanskap  pertanian  Sunda  Parahiyangan
di  daerah  studi  terdiri  dari  kebun-talun,  sawah,  dan  pekarangan.  Sistem  huma sebagai ciri khas sistem pertanian masyarakat Sunda kuno telah lama ditinggalkan
oleh masyarakat di daerah studi. Pembentukan agroekosistem oleh masyarakat di
daerah studi dimulai dari pembukaan kawasan hutan menjadi kawasan pertanian. Faktor utama yang mempengaruhi bentuk sistem pertanian yang akan dijalankan
adalah  ketersediaan  sumber  daya  air.  Lahan  yang  tidak  didukung  oleh ketersediaan  sumber  daya  air  melimpah,  difungsikan  sebagai  sistem  usaha
pertanian lahan kering kebun-talun dan tegalan. Sedangkan ketika sumber daya air  tersedia  lahan  dibuka  dibedah  dan  dialiri  air  hingga  tergenang  untuk
difungsikan sebagai sistem usaha pertanian lahan basah sawah. Perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat terhadap
tempat  tinggal  permanen.  Masyarakat  memanfaatkan  lahan  di  setiap agroekosistem  untuk  mendirikan  rumah  pada  saat  lahan  diberakan.  Sisa  lahan
setelah  dioptimalkan  untuk  bangunan  yang  dimanfaatkan  untuk  usaha  pertanian dinamakan  pekarangan.  Secara  umum  pemanfaatan  sumber  daya  lahan
dimanfaatkan untuk difungsikan sebagai agroekosistem yang disesuaikan dengan kondisi  fisik  lahan  serta  persepsi  dan  preferensi  masyarakat.  Dengan  demikian,
tampak  sebaran  agroekosistem  yang  khas  dari  lanskap  pertanian  Sunda Parahiyangan di daerah studi Gambar 9.
Kawasan hutan lindung dan hutan produksi
Kawasan agroekosistem kebun-talun
Kawasan agroekosistem sawah
Kawasan agroekosistem pekarangan dalam
permukiman
Sumber: Peta Rupabumi Digital Indonesia -
Kawali Skala 1:25.000 - Bakosurtanal - Edisi 1-2000
Keterangan
U
Gambar 9. Sebaran Kawasan Agroekosistem di Daerah Studi
4.1.1.1. Tanah dan Topografi
Berdasarkan  pengetahuan  ekologi  tradisional  masyarakat,  diperoleh informasi jenis tanah yang mendominasi di daerah studi adalah jenis taneuh coklat
kabeureum-beureuman tanah  cokelat  kemerahan.  Berdasarkan  peta  tanah,  jenis tanah  tersebut  tergolong  jenis  tanah  litosol,  latosol,  regosol,  dan  andosoL.  Jenis
tanah litosol, latosol, dan regosol lebih mendominasi dibandingkan tanah andosol Gambar 10.
Litosol Regosol
Latosol Cokelat Latosol Kemerahan
Andosol Cokelat Andosol
Legenda
Lokasi Studi
5 5
10 Km
U
Sumber: Bapedda Kabupaten Ciamis 2010
Gambar 10. Peta Sebaran Tanah di Kabupaten Ciamis Jenis  tanah  litosol  tersebar  di  daerah  studi  dengan  ketinggian  di  atas  1.000
mdpl. hingga mencapai puncak Gunung SawaL. Pemanfaatan lahan aktual cukup sesuai  dengan  karakteristik  jenis  tanah  yang  mudah  tererosi.  Masyarakat
memanfaatkannya  dengan  penanaman  masal  tanaman  kayu,  seperti  sengonalbo Paraserianthes  falcataria,  suren  Toona  sureni  BI  Merr.,  tisuk  Hibiscus
macrophyllus,  pinus  Pinus  merkusii,  rasamala  Altingia  excelsa  Nerona., saninten  Castanea  argentea,  teureup  Ficus  elasticus  Rainw.,  angsana
Pterocarpus  indicus  Willd.,  dan  sebagainya.  Jenis  litosol  terkonsentrasi  pada kawasan agroekosistem kebun-talun, hutan produksi, dan hutan lindung.