Demografi Analisis Kondisi Sistem Sosial-Ekonomi Masyarakat Pertanian Sunda Parahiyangan

masyarakat pada umumnya. Konsekuensi dari kedudukan tersebut mengharuskan pelakunya untuk bertindak menurut norma-norma khusus dari pranata yang disandangnya peranan. Hasil analisis sosial secara umum menunjukkan adanya tokoh untuk setiap pranata yang berlaku di masyarakat, seperti ajengankyai, ustaz, kepala desa, kepala dusun, ketua RT, ketua RW, sarjana, mantridokter, bidan, guru, juraganpengusaha, petani, dan masyarakat pada umumnya. Setiap tokoh yang muncul meskipun memiliki peranan dalam ranah pranata masing-masing, telah membentuk suatu hierarki kultural. Ajengankyai diposisikan pada strata tertinggi yang selanjutnya diikuti oleh ustaz, guru, staf kepemerintahan, dan tokoh lain serta masyarakat pada umumnya. Fakta yang muncul sebagai bagian dari karakteristik sosial yang unik adalah penempatan ajengankyai sebagai tokoh utama dalam masyarakat. Penokohan tersebut didasarkan tidak hanya pada kecerdasan agama spiritual quotientSQ yang biasa disematkan pada sosok ajengankyai, tetapi lebih dari itu, ajengankyai merupakan tokoh yang dipandang menguasai berbagai kecerdasan intelligence quotientIQ dan emosional quotientEQ. Meskipun dipandang sebagai tokoh serba tahu multitalented, beberapa ajengankyai mengungkapkan bahwa sebenarnya bukan keilmuan secara fisik yang menentukan status tersebut, tetapi lebih pada nilai hakiki yang terkandung dalam setiap ranah keilmuan. Oleh karena itu, penokohan lebih didasarkan pada kharisma yang muncul dari orang yang ditokohkan. Warga masyarakat yang dipandang bijaksana, berwibawa, cerdas dalam IQ, EQ, dan SQ layak untuk diposisikan sebagai ajengankyai. Dalam sistem sosial-kemasyarakatan di daerah studi, peran ajengankyai sangatlah penting. Beberapa informan kunci menjelaskan bahwa mereka selalu dilibatkan dalam berbagai pertemuan penting untuk memutuskan kebijakan mengenai pembangunan dan pengembangan desa. Begitu pula dalam tingkat lebih rendah seperti pertemuan RT, RW, dan dusun, peran ajengankyai selalu dilibatkan. Dengan posisinya sebagai sesepuh, ajengankyai berperan untuk menjembatani kepentingan masyarakat umum dan menyelaraskannya dengan kepentingan pemerintah. Di balik kepentingan politik yang ada, pranata religius religious institution yang diemban oleh para ajengankyai telah memberikan dampak positif terhadap proses distribusi informasi dan sosialisasi. Hal tersebut merupakan potensi bagi pengembangan kawasan perdesaan di Dusun Ciomas, Mandalare, dan Kertabraya. Fakta yang menunjukkan adanya kelembagaan tradisional yang masih dipegang erat oleh masyarakat berpotensi untuk tetap dipertahankan dan dijadikan alatmedia dalam proses pembangunan dan pengembangan kawasan. Meskipun dalam beberapa kasus peranan tokoh masyarakat masih berada di bawah tekanan pihak luar pemerintah maupun swasta, sosok ajengankyai berpotensi untuk dijadikan tokoh sentral dalam menjembatani rencana pembangunan dan pengembagan kawasan.

4.1.2.3. Mata Pencaharian

Data dalam profil desa pada masing-masing dusun di daerah studi menunjukkan jumlah yang tinggi untuk kelompok masyarakat bermatapencaharian sebagai petani. Desa Ciomas memiliki kurang lebih 4.016 orang petani atau sekitar 50 dari total penduduk sejumlah 6.941 jiwa. Desa Mandalare dengan jumlah penduduk sebesar 3.016 jiwa memiliki 1.075 orang petani atau sekitar 30 dari total penduduk. Adapun Desa Kertabraya memiliki jumlah petani 1.009 orang atau sekitar 30 dari total penduduk sejumlah 3.909 jiwa Tabel 12. Tabel 12. Kondisi Mata Pencaharian Masyarakat di Daerah Studi No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah Orang Ciomas Mandalare Kertamandala 1. Petani 2.305 900 496 2. Buruh Tani 1.981 - 513 3. Buruh Tukang - 275 28 4. Pensiunan - 97 20 5. Jasa 348 - 212 6. PNS 40 9 30 7. Swasta 52 425 56 8. Pedagang - 510 363 Sumber: Data Profil Desa