[Depdikbud] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka: 1278 hlm.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2007. SARD and Mountain Regions. Sustainable Agriculture and Rural Development SARD Policy Brief 19.
Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome, Italy: 1-4. [FAO] Food and Agriculture Organization. 2010. The State of Food Insecurity in
the World-Addressing food insecurity in protracted crises. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome, Italy: 54 hlm.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2011. The state of the world’s forests 2011. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome: 157
hlm. Fausia, L. dan Prasetyaningsih, N. 2005. Kajian Aktivitas Reproduktif dan
Produktif Perempuan dan Kaitannya dengan Pengelolaan Sumberdaya Alam.
Di dalam:
Pembaharuan Tata-Pemerintahan
Lingkungan: Menciptakan Ruang Kemitraan Negara-Masyarakat Sipil-Swasta. Bogor:
PSP-LPPM IPB da PGRI-UNDP. 81-91. Finotto, F. 2011. Landscape Assessment: The Ecological Profile. In: Castella, C.,
and Peano, A. 2011. Landscape Indicators: Assessing and Monitoring Landscape Quality. Dordrecht: Springer Science Business Media B. V.
Fridley, J. D., Senf, A. R., and Peet, R. K. 2009. Vegetation Structure of Field Margins and Adjacent Forest in Agricultural Landscape of the North
Carolina Piedmont. Castanea. 74: 4. [GEN] Global Ecovillage Nework. 2008. Community Sustainability Assessment
CSA. USA: Ecovillage Network of the Americas: 41 hlm. Harianto. 2007. Peranan Pertanian dalam Ekonomi Pedesaan. Makalah pada
Seminar Nasioanl “Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mecari
Alternatif Arah
Pengembangan Ekonomi
Rakyat” yang
diselenggarakan oleh Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Departemen Pertanian. Pada tanggal 4 Desember 2007 di Bogor.
Huntington, H. P. 2000. Using traditional ecological knowledge in science: methods and applications. Ecological Applications. 10: 1270-1274.
Indaryanti, Y. 2005. Sistem Ekonomi Rumah Tangga Komunitas Lokal di Daerah Aliran Sungai Citanduy. Di dalam: Pembaharuan Tata-Pemerintahan
Lingkungan: Menciptakan Ruang Kemitraan Negara-Masyarakat Sipil- Swasta. Bogor: PSP-LPPM IPB da PGRI-UNDP. 41-53.
Iskandar, J. dan Iskandar, B. S. 2011. Agroekosistem Orang Sunda. Bandung: PT Kiblat Buku Utama. 246 hlm.
Kartasasmita, G. 2005. Ketahanan Pangan dan Ketahanan Bangsa. Keynote Speech pada Seminar “Pengembangan Ketahanan Pangan Berbasis Kearifan
Lokal” dalam rangka Dies Natalies ke-45 Universitas Pasundan. Pada tanggal 26 November 2005 di Bandung.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. 391 hlm.
Lubis, N. H., Nugraha, A., Wildan, D., Dyanti, E. S., Sofianto, K., Falah, M., Dienaputra, R. D., dan Djubiantono, T. 2003. Sejarah Tatar Sunda Jilid 1.
Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Penelitian UNPAD Bandung.
Machmur, M. 2010. Ketahanan Pangan: Diversivikasi Pangan dan Kesehatan. Makalah pada Stakeholder Meeting “Stategic Alliance for Achieving
MDG’s” dalam Dies Natalis FK UNPAD ke-53. Pada tanggal 21 Oktober 2010 di Bandung.
Miskinis, P. 2011. Mathematical modeling of mountain heinght distribution on the Earth’s surface. Geologija. 1: 21-26.
Muleler, J. G., Assanou, I. H., Guimbo, I. D., and Almedom, A. M. 2009. Evaluating Rapid Participatory Rural Appraisal as an Assessment of
Ethnoecological Knowledge and Local Biodiversity Patterns. Conservation Biology, 1: 140–150.
Mulyoutami, E., Rismawan, R., and Joshi, L. 2009. Local knowledge and management of simpukng forest garden among the Dayak people in East
Kalimantan, Indonesia. Forest Ecology and Management. 257: 255. [NRC] National Research Council. 2010. Toward Sustainable Agricultural
Systems in the 21st Century. Washington, D. C.: The National Academic Press: 598 hlm.
Prasetyo, L. B. 2005. Perubahan PenutupanPenggunaan Lahan, Degradasi Lahan dan Upaya Penganggulangannya: Studi Kasus di Daerah Aliran Sungai
Citanduy. Di dalam: Pembaharuan Tata-Pemerintahan Lingkungan: Menciptakan Ruang Kemitraan Negara-Masyarakat Sipil-Swasta. Bogor:
PSP-LPPM IPB da PGRI-UNDP: 18-40.
Prasodjo, N. W. 2005. Pengetahuan Lokal dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citanduy. Di dalam: Pembaharuan Tata-Pemerintahan Lingkungan:
Menciptakan Ruang Kemitraan Negara-Masyarakat Sipil-Swasta. Bogor: PSP-LPPM IPB da PGRI-UNDP. 92-120.
Purnama, S. 2007. Menelusuri Arsitektur Masyarakat Sunda. Bandung: PT. Cipta Sastra Salura.
Reijntjes, C., Haverkort, B., and Bayer, A. W. 1992. Farming for Future: An Introduction
to Low-External-Input
and Sustainable
Agriculture. Netherland: ILEIA.
Rigg, J. 1862. A Dictionary of The Sunda Language of Java. Batavia: LangeCo. Rosidi, A. 2000. Ensiklopedi Sunda; Alam, Manusia, dan Budaya. Jakarta:
Pustaka Jaya. Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafati. Jurnal
Filsafat. 37: 2 Sharma, E., Chettri, N., and Oli, K. P. 2010. Mountain biodiversity conservation
and management: a paradigm shift in policies and practices in the Hindu Kush-Himalayas. Ecol Res. 25: 909-923.
Simonds, J. O. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Co., Inc. New York.
Soemarwoto, O., and G. R. Conway. 1992. The Javanese homegarden. Journal for Farming Systems Research-Extension. 2: 95-118.
Soerianegara, I. dan Indrawan, A. 2005. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan, Fahutan, IPB: 37.
Suryani, E. 2011. Ragam Pesona Budaya Sunda. Bogor: Ghalia Indonesia. Swanwcik, C. 2002. Landscape Character Assessment: Guidance for England
and Scotland. UK: The Countryside Agency and Schottist Natural Heritage. Turpin, N. and Oueslati, W. 2008. Editorial: Landscape in the Dynamic of Local
Economies. Landscape Research. 3: 259-262. Walker, D. H., Sinclair, F. L., Joshi, L., and Ambrose, B. 1997. Prospect for The
Use of Corporate Knowledge Bases in The Generation, Managemen, and Communication of Knowledge at A Front-Line Agriculture Research
Center. Agricultural Systems. 54: 291-312.
[USDA-NAL] U.S. Department of Agriculture National Agricultural Library. 2007.
Sustainable agriculture:
definitions and
terms. http:www.nal.usda.govafsicpubstermssrb9902.shtmltoc5 [9 Sep 2011].
LAMPIRAN
Lampiran 1. Aspek Kajian dalam Mencapai Sistem Pertanian Berkelanjutan National Research CouncilNRC.
No. Aspek Kajian
Daftar Pertanyaan 1.
Kriteria kesuksesan dan batasan penilaian aspek
keberlanjutan sistem
pertanian
1. Faktor apa yang berkontribusi terhadap perkembangan atau kesuksesan usaha pertanian Anda?
2. Dalam hal terpenting apa perubahan tersebut terjadi pada kurun waktu lima tahun terakhir?
3. Secara umum, bagaimana Anda menilai kinerja sistem pertanian dalam beberapa kriteria umum aspek
keberlanjutan berikut: a. Keberlanjutan ekosistem lokal air, udara, tanah,
keanekaragaman, dan spesies langka, dsb. b. Keberlanjutan ekosistem global penggunaan energi,
iklim, dsb. c. Keberlanjutan sosial kualitas hidup, pekerja,
ekonomi, masyarakat, dsb. d. Keberlanjutan sistem pangan kualitas pangan,
nutrisi, kesesuaian harga dan kemudahan akses, dsb.
4. Kesempatan utama apa yang Anda miliki untuk meningkatkan pelaksanaan usaha pertanian? Resiko
apa yang akan Anda hadapi? 5. Bagaimana cara Anda menanggulangi masalah atau
menurunkan resiko? 6. Apakah Anda melakukan penelitian atau ekperimen
dalam memperoleh metode baru? Jika iya, dalam bentuk apa? Apakah Anda bekerja sama dengan
organisasi atau individu? Jika iya, dengan siapa? 7. Apakah Anda memiliki masalah yang spesifik yang
mungkin lebih menguntungkan dari penelitian ilmiah? 8. Apa yang Anda pikirkan tentang usaha pertanian Anda
di masa depan? 9. Faktor
apa sangat
mempengaruhi terhadap
keberlanjutan usaha Anda? Bagaimana menurut Anda tentang sistem pertanian berkelanjutansistem pertanian
organik di masa depan? 10. Apa Anda dapat memprediksi beragam hambatan dan
tantangan untuk mencapai pertanian berkelanjutan, atau untuk
membangun strategi
tambahan untuk
memperkaya keberlanjutan? 11. Apakah Anda merasa tertantang ketika memikirkan
tentang usaha pertanian yang Anda lakukan?
2. Praktik Produksi
Praktik 1. Praktik apa yang Anda lakukan dalam usaha pertanian:
a. Konvensional ... b. Manajemen hama terpadu ...
c. Masukan rendah ... d. Organik yang telah disertifikasi ...
e. Sistem campuran tanaman dan hewan ...
f. Biodinamis ... g. Lainnya ...
2. Apakah Anda melakukan pergiliran tanaman? 3. Apakah Anda menggunakan tanaman penutup?
4. Apakah Anda
mengontrol masa
pembungaan, pengaturan buah, atau masa pertumbuhan tanaman?
5. Apakah Anda membantu penyelesaian penyerbukan? 6. Apakah Anda mengelola lebah atau agen penyerbukan
lainnya? 7. Jika Anda menanam tanaman tahunan, apakah Anda
menggunakan varietas hibrida? 8. Apakah Anda menanam tanaman musiman, kayu, atau
tanaman pohon? 9. Apakah Anda memiliki strategi untuk mengelola
keanekaragaman hayati dalam usaha pertanian? Kontrol Benih, Hama dan
Penyakit 1. Kontrol apakah yang Anda lakukan dalam penggunaan
benih? 2. Kontrol apakah yang Anda lakukan dalam penanganan
penyakit? 3. Kontrol apakah yang Anda lakukan dalam penanganan
hama? 4. Apakah Anda menggunakan pengendalian hama
terpadu PHT? Praktik apa yang Anda berdayakan? 5. Jika Anda menggunakan PHT, apakah Anda berkerja
sama dengan instansi PHT atau dilakukan secara mandiri?
Sumber Daya Tanah
Karakteristik Tanah
Secara Umum untuk tipe tanah mayor
1. Jelaskan tipe tanah pada lahan pertanian Anda? 2. Apa keterkaitan karakteristik tanah dengan proses
pengelolaan tanaman? 3. Apa yang menjadi hambatan dalam hal tanah
erodibilitas, faktor penyebab banjir, miskin struktur, dsb.?
4. Apa yang menurut Anda terbaik dari tanah dalam lahan pertanian Anda? Bagaimana Anda merespon tantangan
terkait kualitas tanah? 5. Program manajemen tanah apa yang Anda lakukan?
6. Apakah Anda menilai kesehatan dan kesuburan tanah? Apakah
Anda menggunakan
bioassay untuk
mengevaluasi aktivitas mikroba? 7. Apakah Anda menggunakan pupuk kimia?
8. Apakah Anda menggunakan kompos? 9. Apakah Anda menggunakan pupuk hijau? Jika iya,
menggunakan jenis tanaman apa? 10. Apakah Anda menggunakan amandemen terkait
pertanahan? Jika iya, dalam bentuk seperti apa? 11. Apakah Anda menggunakan metode konservasi
tanahpencegahan erosi? Jika iya, dalam bentuk apa? 12. Apakah Anda mengetahui lapisan bahan organik tanah?
Jika iya, bagaimana Anda mengukurnya?
Sumber Daya Air
Kuantitas 1. Berapa rata-rata curah hujan?
2. Apakah Anda menggunakan sistem irigasi? 3. Bagaimana kecukupan suplai air dalam menunjang
usaha pertanian Anda? 4. Apakah Anda pernah membuat perubahan yang
signifikan dalam upaya penyesuaian dengan kondisi sulit airkekeringan?
5. Apakah terjadi perubahan terkait ketersediaan air dalam beberapa tahun terakhir?
Kualitas 1. Apakah kekhawatiran terhadap kualitas air di kawasan
pertanian Anda mengalami peningkatan? 2. Apakah kondisi tersebut berdampak pada usaha
pertanian Anda? 3. Apakah Anda pernah membuat perubahan yang
signifikan dalam upaya penyesuaian dengan kondisi keperihatinan penurunan kualitas air?
4. Apa langkah spesifik yang Anda lakukan untuk melindungi kualitas air di kawasan pertanian Anda?
5. Apakah Anda menguji sumber daya air yang Anda miliki?
6. Apakah Anda mengetahui isu terkait kesehatan air minum?
Iklim
Isu Perubahan
Iklim Global
1. Apakah pernah terjadi banjir, badai, atau bencana yang disebabkan iklim lainnya yang berdampak pada usaha
pertanian Anda dalam beberapa tahun terakhir? 2. Bagaimana Anda merasakan usaha pertanian Anda
telah memberi
dampak pada
perubahan iklimpemanasan global?
3. Apa yang Anda pikirkan terkait dampak usaha pertanian Anda di masa depan?
Udara
Isu Kualitas Udara 1. Apakah terdapat isu kualitas udara yang mempengaruhi
usaha pertanian Anda? 2. Apa langkah nyata yang sudah Anda lakukan untuk
mengurangi kekhawatiran akibat isu tersebut?
Jejak Karbon Carbon Footprint
Isu Jejak Karbon 1. Dalam batas apa Anda menyadari dampak emisi gas
rumah kaca GRK dari usaha pertanian Anda seperti penggunaan minyak bumi dalam operasional mesin
pertanian, penggunaan pupuk kimia, dan penggunaan bahan sintetik plastik?
2. Apa langkah nyata yang sudah Anda lakukan untuk mengurangi kekhawatiran akibat isu tersebut?
Energi Energy Renewable
Isu Energi Terbarukan 1. Apa sumber energi yang Anda gunakan?
2. Apakah Anda menggunakan bentuk energy lain yang terbarukan angina, cahaya matahari, dsb. dalam usaha
pertanian Anda? 3. Seberapa efektifkah sistem tersebut berjalan?
4. Apa yang menjadi aspek terbaik pada sistem tersebut? 5. Apa yang menjadi aspek terburuk pada sistem tersebut?
6. Apakah Anda memiliki rencana pengelolaan energi?
Peralatan dan Gudang
1. Jenis peralatan apa yang digunakan dalam usaha pertanian Anda?
2. Apakah Anda menggunakan tenaga hewan? 3. Apakah Anda memiliki gudang penyimpanan hasil
panen? Jika iya, dalam bentuk seperti apa dan kapasitas berapa?
4. Apakah Anda memiliki gudang pendingin untuk pengawetan sayur dan buah? Jika iya, dalam bentuk
seperti apa dan kapasitas berapa?
3. Sosial dan EkonomiPasar
Penjualan 1. Bagaimana perubahan nilai bruto dari penjualan hasil
produksi pertanian Anda selama lima tahun terakhir? 2. Apa yang Anda harapkan dalam waktu lima tahun
mendatang? Pemasaran
1. Dimana Anda menjual hasil produksi pertanian Anda? 2. Berapa proporsi pemasaran hasil produksi pertanian
yang dipasarkan dalam pasar lokal? 3. Apakah produk Anda dipasarkan diluar daerah domisili
Anda? 4. Apakah Anda menjual setiap produk dalam ikatan
kontrak dengan perusahaan pemasaran? 5. Apakah Anda memperoleh pinjaman?
6. Bagaimana perubahan pendekatan pemasaran yang Anda lakukan selama 5 – 10 tahun terakhir?
7. Apakah Anda menambahkan nilai tambah pada produk yang dihasilkan melalui pengemasan atau pelabelan?
Produk Organik 1. Apakah produksi pertanian Anda telah memiliki
sertifikat resmi yang anda gunakan dalam pemasaran? 2. Jika Anda merupakan petani organik yang telah
disertifikasi, silahkan untuk menjawab pertanyaan berikut:
a. Apakah Anda mendapatkan bonus harga untuk produk yang dipasarkan?
b. Apakah bonus tersebut meningkat atau menurun dalam beberapa tahun terakhir?
c. Seberapa penting
bonus tersebut
terhadap kemampuan Anda untuk menjalankan sistem
pertanian organik?
d. Apakah penting bonus untuk produk organik dalam mempengaruhi keputusan Anda menggunakan
praktik pertanian berkelanjutan? Finansial
1. Dapatkah Anda menjelaskan terkait aspek finansial dari usaha pertanian yang Anda lakukan selama ini?
Pendapatan Kotor 1. Apa perkiraan penjualan kotor dari produk pertanian?
2. Apa perkiraan pendapatan dari pembayaran program pemerintah?
3. Apakah ada sumber lain dari pendapatan pertanian? Pendapatan Bersih
1. Berapa banyak pendapatan yang diperoleh dalam jangka waktu lima tahun terakhir?
2. Apakah pendapatan bersih tersebut meningkat dalam lima tahun terakhir?
Pendapatan Pertanian VS. Non Pertanian
1. Apakah ada dalam keluarga Anda yang bekerja di luar bidang pertanian?
2. Dalam batas apa ketergantungan keluarga Anda terhadap bidang pertanian terkait pendapatan dan
keuntungan? Hutang
1. Bagaimana Anda menghitung rasio aktual dari hutang pertanian dengan aset yang dimiliki apakah tidak ada
hutang, hutang kurang dari 10 aset, hutang antara 10 – 40 aset, atau hutan lebih dari 40 aset?
2. Apakah Anda merasa nyaman dengan hutang yang Anda miliki saat ini?
Pekerja 1. Apakah Anda memiliki pekerja yang membantu dalam
usaha pertanian? 2. Apakah Anda menyediakan rumah tinggal di dalam
atau di luar kawasan pertanian untuk pekerja? 3. Apakah Anda pernah menemukan kecukupan pekerja
untuk mempertahankan usaha dan kualitas kehidupan secara bekelanjutan?
4. Apa praktik nyata yang Anda lakukan untuk meyakinkan keadilan bagi setiap pekerja?
5. Apakah isu terkait pekerja mempengaruhi keputusan Anda dalam memutuskan sistem pertanian yang
dilakukan? Manajemen Resiko
1. Apa yang menjadi sumber resiko utama dalam usaha pertanian Anda?
2. Strategi apa yang sudah Anda buat dalam usaha pertanian untuk menghadapi resiko tersebut?
3. Bagaimana Anda berkompetisi dengan kondisi tingginya kebutuhan energi dan biaya?
4. Apa alternatif yang dapat Anda siapkan dalam pengelolaan pertanian di masa mendatang terkait
harapan pengurangan
pemanfaatan energi
tak terbarukan, pupuk kimia, sumber daya air dan lahan,
serta peningkatan biaya produksi? 5. Apakah Anda memiliki asuransi pertanian?
6. Apa yang menyebabkan Anda menggunakan asuransi pertanian?
7. Jika Anda saat ini menggunakan asuransi, bagaimana Anda bisa mengimplementasikan aturan?
8. Seberapa penting asuransi pertanian terhadap kemanan finansial dalam jangka waktu panjang?
4. Sosial dan Kemasyarakatan
Sosial Pertanian 1. Apa yang memotivasi Anda untuk memilih sistem
pertanian saat ini? Apa yang membuat Anda bertahan dalam menjalankan sistem tersebut?
2. Apakah konsumen memiliki dampak terhadap pertanian Anda? Apakah berdampak pada produk Anda? Jika iya,
dampak seperti apa yang Anda rasakan? 3. Bagaimana Anda memperoleh informasi dan arahan
tentang pertanian? 4. Siapa yang mendatangi Anda untuk memberi
penyuluhan? 5. Apakah Anda berbagi informasi dengan petani lainnya?
6. Apakah Anda berupaya untuk menyebarkan informasi terkait upaya pertanian yang Anda lakukan?
7. Apakah Anda bergabung dengan kelompok tani atau organisasi pertanian?
8. Apakah Anda bekerja dengan dinas pemerintah? 9. Program pemerintah apa yang berdampak luas terhadap
usaha pertanian Anda? 10. Apakah Anda mengikuti isu kebijakan terkait
pertanian? Jika iya, bagaimana menurut Anda? 11. Bagaimana Anda mempengaruhi petani lainnya untuk
mengikuti usaha pertanian dengan sistem yang Anda lakukan saat ini?
Tekanan Pembangunan 1. Berapa besar tekanan yang Anda rasakan terhadap
usaha pertanian akibat pembangunan di sekitar kawasan pertanian Anda?
2. Apa tantangan dan kesempatan perkembangan dan pembangunan kota saat ini terhadap usaha pertanian
Anda? 3. Terkait tantangan keberlanjutanregenerasi, bagaimana
Anda meyakinkan keberlanjutan dari usaha pertanian Anda:
a. Bagaimana meyakinkan keberlanjutan nilai antar generasiwaktu?
b. Bagaimana mengurangi biaya awal bagi petani baru dengan menyediakan biaya sewa lahan melalui
kontrak jangka panjang atas dasar kepercayaan dan kesepakatan bersama.
c. Bagaimana untuk
menyalurkan informasi,
pengetahuan, dan pengalaman kerja bagi generasi berikutnya?
4. Bagaimana untuk menjamin generasi tua ketika masa depan diberikan kepada generasi muda?
Lampiran 2. Aspek Kajian dalam Menggali Pengetahuan Masyarakat Lokal
Berkelanjutan Community Sustainablility AssessmentCSA.
No. Aspek Kajian
Daftar Pertanyaan 1.
Ekologi
a. Rasa kepemilikan
tempat lokasi
dan ukuran
masyarakat, restorasi serta preservasi
alam 1. Berapa lama Anda tinggal di kawasan kampung adat
KKA? 2. Berapa generasi yang tinggal di KKA?
3. Berapa jumlah masyarakat di KKA? 4. Berapa kuat keterkaitanintervensi masyarakat dengan
alam? 5. Berapa
banyak masyarakat
yang mengetahui
keanekaragaman hayati di KKA? 6. Bagaimana respon terhadap sumberdaya alami lokal
diperkaya, dilestarikan, atau diakui sebagai milik pribadi?
7. Apakah kualitas air, tanah, dan udara rusak, tetap atau lebih baik?
8. Apakah keberagaman hayati flora dan fauna meningkat, tetap atau bahkan menurun?
9. Apakah terjadi kerusakan lingkungan di KKA? Apa penyebabnya?
10. Bagaimana partsisipasi masyarakat dalam upaya konservasi dan restorasi lingkungan di KKA?
11. Apa yang
dilakukan masyarakat
dalam mengkonservasi sumberdaya lingkungan?
b. Ketersediaan pangan,
produksi dan distribusi 1. Apakah sumberdaya pangan tersedia di KAA?
2. Apakah sumberdaya
pangan mudah
diperolehdiakses? 3. Apakah sumberdaya pangan mudah didistribusikan
dan dibeli dengan harga terjangkau? 4. Berapa banyak jenis tanaman pangan di KKA
produk lokalindegenous, produk organik, dsb.? 5. Berapa banyak jenis tanaman pangan yang di peroleh
dari luar KKA? 6. Apakah ketersediaan sumberdaya pangan kurang,
terpenuhi, atau berlebih? 7. Solusi untuk kelebihan pangan: disimpan, dijadikan
pakan, dijual, dikomposkan, didonorkan, atau dibuang?
8. Apakah ruang sisa bangunan digunakan sebagai lahan produksi pangan?
9. Penggunaan pestisida, herbisida, dan pupuk kimia dalam produksi tanaman pangan?
10. Biji yang digunakan dalam produksi tanaman pangan menggunakan biji lokal atua hibrida?
c. Infrastruktur fisik,
bangunan dan
transportasi material,
metode, dan desain 1. Apakah bangunan yang tersedia memenuhi kriteria
rumah? 2. Apakah bahan bangunan yang digunakan termasuk
bahan alami, recyclable dan reusable, serta lokal? 3. Apakah
bangunan didesain
untuk menjaga
keharmonisan dengan
alam dan
pencapaian bangunan hemat energi orientasi, pembagian ruang,
kombinasi dengan tanaman, pemilihan warna, material, dan lokasi, serta keberlanjutan desain dan
konstruksi?
4. Apakah ada upaya penambahan terhadap bangunan eksisting?
5. Apakah ada upaya pengaturan kembali bangunan, lanskap, dan ruang aktivitas masyarakat yang tidak
sesuai dengan upaya konservasi lingkungan? 6. Apakah desain masyarakat bangunan, lanskap, dan
ruang aktivitas berorientasi terhadap kelestarian alam?
7. Apakah ada upaya dalam mengurangi penggunaan kendaraan bermotor?
8. Berapa sering masyarakat melakukan perjalanan ke luar KKA?
9. Apakah terdapat metode transportasi yang ramah lingkungan? Dalam bentuk apa?
10. Bagaimana kesempatan untuk mencari pekerjaan di dalam KKA dibandingkan di luar KKA?
d. Pola konsumsi
dan manajemen limbah padat
1. Berapa banyak masyarakat yang mengurangi konsumsi sumber daya alam dengan upaya: a
sukarela mengurangi konsumsi pribadi, b berbagi pemanfaatan SDA yang tersedia. c berbagi
pemanfaatan fasilitas pemanfataan SDA, d belanja secara kolektif, dsb?
2. Bagaimana upaya untuk mengurangi kesenjangan antara kebutuhan konsumen dengan produsen
terutama dalam pasar lokal? 3. Apakah masyarakat sudah melakukan pengolahan
recycle limbah padat kaca, plastic, alumunium, dsb, pemanfaatan kembali reuse atau perbaikan
repair untuk dijadikan fungsi lain tanpa harus membeli sesuatu yang baru?
4. Berapa banyak masyarakat yang mengetahui metode pengelolaan limbah padat lokasi dan metode?
e. Sumberdaya air sumber, kualitas dan pola-pola
penggunaan 1. Berapa banyak masyarakat yang mengetahui,
menyadari, dan melindungi sumber daya air di KKA?
2. Bagaimana cara pemanfaatan SDA dalam KKA? 3. Bagaimana pengelolaan SDA yang dilakukan
masyarakat untuk
menjaga kualitas
dan kuantitasnya?
4. Bagaimana metode penampungan SDA? f. Manajemen limbah cair
dan polusi air 1. Bagaimana pengelolaan limbah cair di KKA?
2. Berapa banyak masyarakat yang mengetahui lokasi dan metode pengelolaan limbah?
3. Bagaiaman pengaruh limbah cair bagi masyarakat? 4. Bagaimana kualitas limbah cair yang keluar dari
KKA? 5. Apakah terdapat polusi air di KKA?
6. Apakah terdapat sistem tradisional dalam upaya pengelolaan limbah cair?
g. Sumber energi
dan penggunaannya
1. Berapa jumlah energi yang dihasilkan dari sumberdaya energi terbarukan panas matahari,
angina, air, biomasa, atau geothermal? 2. Berapa banyak energi terbarukan yang diambil dari
luar KKA? 3. Berapa banyak energi tidak terbarukan nuklir atau
minyak bumi yang diambil dari luar KKA? 4. Bagaimana respon masyarakat terhadap sumberdaya
energi tidak terbarukan? 5. Bagaimana distribusi informasi dan pendidikan
mengenai konservasi energi di KKA? 6. Bagaimana aktivitas masyarakat dalam pemanfaatan
energi memasak, mencuci, menyetrika, dsb.? 7. Apakah masyarakat sudah menerapkan upaya
konservasi energi? 8. Bagaimana model tradisional yang dilakukan
masyarakat dalam uapaya konservasi energi? 9. Jika masyarakat banyak menggunakan produk pohon
sebagai sumberdaya energi, bagaimana mereka melakukan upaya konservasinya?
2. Sosial-Ekonomi
a. Keterbukaan, kepercayaan
dan keselamatan
ruang sosial
1. Apakah masyarakat menyadari akan pentingnya keterbukaan, kepercayaan, dan keselamatan?
2. Bagaimana mereka mengeksprsikannya? 3. Apakah masyarakat memberikan jaminan keamanan
bagi wanita dan anak-anak? 4. Bagaimana hubungan interpersonal antara sesama
anggota keluarga dan dengan keluarga lainnya tetangga?
5. Apakah sering terjadi kejahatan orang dewasa, remaja, atau anak-anak?
6. Apakah tersedia ruang sosial indoor maupun outdoor bagi aktivitas masyarakat?
7. Apakah tersedia ruang bermain untuk anak-anak? 8. Berapa sering masyarakat melakukan aktivitas sosial
berkumpul, bercanda, bermain, dsb.? b. Komunikasi aliran ide
dan informasi 1. Apakah sistem masyarakat yang ada telah
mengakomodasi masyarakat dalam berbagi informasi dan ide?
2. Bagaimana sistem komunikasi yang digunakan dalam masyarakat di KKA?
3. Apa media yang digunakan masyarakat dalam berkomunikasi tatap muka langsung, telepon, surat,
dsb? c. Pencapaian jejaring dan
pelayanan pertukaran
1. Apakah informasi mengenai masyarakat KKA dapat dengan mudah diperoleh masyarakat luas?
sumberdaya internaleksternal
2. Apakah metode kehidupan berkelanjutan masyarakat di KKA dapat diadaptasi oleh masyarakat luas?
3. Bagaimana keterlibatan masyarakat di KKA dalam pelayanan masyarakat baik di dalam maupun di luar
KKA regional, nasional bahkan internasional? 4. Apakah terdapat kesempatan bagi pemuda untuk
melakukan pelayanan masyarakat? 5. Bagaimana masyarakat di KKA membangun jejaring
komunikasi dengan masyarakat atau organisasi di luar KKA?
d. Keberlanjutan sosial
keberagaman dan
toleransi, penetapan
keputusan, dan resolusi konflik
1. Berapa banyak masyarakat di KKA yang menghargai keberagaman dan toleransi baik di dalam maupun
diluar KKA? 2. Apakah masyarakat di KKA mampu untuk mengatur
KKA secara mandiri? 3. Apakah masyarakat menggunakan metode yang tidak
mendiskriminasikan anggotanya dalam memecahkan permasalahan?
4. Apakah dalam proses penentuan kebijakan dilakukan secara transparanterbuka?
5. Berapa banyak masyarakat yang terlibat aktif dalam proses penentuan kebijakan?
6. Apakah informasi atau pelatihan kemampuan dalam penentuan kebijakan tersedia bagi dewasa maupun
remaja? 7. Berapa banyak masyarakat yang setuju bahwa
kesuksesan sistem penentuan kebijakan terdapat dalam situasi yang sulit?
8. Apakah permasalahan sosial dapat dengan mudah diselesaikan menggunakan sistem yang suportif dan
bukan punitif? 9. Apakah masyarakat dapat dengan mudah masuk ke
dalam sistem resolusi konflik? 10. Apakah informasi atau pelatihan kemampuan dalam
pemecahan konflik tersedia bagi dewasa dan pemuda?
11. Apakah masyarakat setuju bahwa sistem pemecahan konflik akan berhasil ketika HAM dipertahankan dan
penerapan hukum yang tidak pandang bulu? e. Pendidikan
1. Bagaimana proses pendidikan berlangsung di masyarakat KKA formal atau informal dengan
ragam bentuknya? 2. Bagaimana kesempatan bagi masyarakat untuk
mengenyam dunia pendidikan, apakah tersedia dan mudah diakses?
3. Apakah kesempatan pendidikan tersedia bagi seluruh jenjang usia di dalam maupun di luar KKA?
4. Bagaimana sistem pendidikan dan metode KBM di KKA?
f. Kesehatan 1. Bagaimana
ketersediaan fasilitas
penunjang
kesehatan masyarakat di KKA? 2. Bagaimana sistem kesehatan tradisional yang
diterapkan masyarakat di KKA? 3. Bagaimana kondisi kesehatan masyarakat di KKA?
4. Bagaimana komitmen masyarakat terhadap aspek kesehatan masyarakat?
5. Apakah pernah terjadi kejadian yang serius bencana alam, kebakaran, dsb.?
6. Apakah pernah terjadi kematian yang disebabkan oleh bunuh diri, pembunuhan, over dosis obat
terlarang, dsb? g. Keberlajutan
ekonomi kesehatan
ekonomi lokal
1. Apakah terdapat upaya nyata dalam menyokong perekonomian masyarakat lokal di KKA?
2. Apakah terdapat bank lokal atau badan keuangan lainnya yang membantu aktivitas perekonomia
masyarakat di KKA? 3. Berapa
banyak remaja
yang meninggalkan
komunitas untuk mencari sumber penghidupan? 4. Berapa banyak masyarakat yang tidak memiliki
pekerjaan? 5. Apakah masyarakat pengangguran mendapat subsidi
dari pemerintah atau pihak lain? 6. Berapa banyak masyarakat yang tidak mampu
mengakomodasi kebutuhan dasar kehidupannya makanan, pangan, dan papan?
7. Bagaimana sistem perekonomian yang berlangsung di dalam masyarakat di KKA?
8. Apakah masyarakat berperan aktif dalan sistem perekonomian lokalrakyat?
9. Apakah masyarakat merasakan manfaat dari aktivitas perekonomian lokal baik secara moneter maupun
non-moneter?
3. Spiritual-Budaya
a. Keberlanjutan budaya 1. Bagaiamana
masyarakat menjaga
eksistensi budayanya?
2. Sumber daya budaya apa saja yang menjadi kebanggaan masyarakat di KKA?
3. Apakah setiap gelaran aktivitas budaya terbuka untuk masyarakat umum?
4. Apakah masyarakat di KKA mengetahui sejarah dari KKA?
5. Apakah dengan melalui gelaran aktivitas budaya, nilai-nilai budaya akan terdistribusi dengan baik?
b. Kesenian dan wisata 1. Apakah akses bagi masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan dalam kesenian terbuka? 2. Jenis kesenian apa saja yang dibudayakan dalam
masyarakat di KKA? 3. Bagaimana masyarakat menilai dan mendukung
pengembangan kesenian dan pelaku seni lokal? 4. Apakah masyarakat memiliki waktu luang untuk
berekreasi dan berwisata olah raga, hobi, relaksasi, dsb?
5. Apakah terdapat ruang sosial bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas sosial?
6. Berapa sering masyarakat melakukan aktivitas kesenian di KKA?
7. Apakah desain
kawasan dan
penampilan masyarakatnya memunculkan nilai seni, keindahan,
dan kualitas estetika yang baik? 8. Bagaimana respon, ekspresi, dan pengalaman
masyarakat terhadap
keindahan seni,
taman, arsitektur, dsb.?
c. Keberlanjutan spiritual 1. Apakah masyarakat diberi kebebasan untuk memeluk
dan meyakini agama dan kepercayaan yang diyakininya?
2. Apakah fasilitas untuk meningkatkan ketakwaan masyarakatnya tersedia dengan mudah?
3. Bagaimana kondisi spiritualitas dalam masyarakat? 4. Apa aktivitas dan media spiritual yang dilakukan
oleh masyarakat? 5. Berapa
sering masyarakat
melakukan ritual
keagamaan? 6. Bagaimana kearifan lokal masyarakat dan nilai
keagamaan yang diyakininya mampu memberikan kontribusi nyata bagi kelestarian lingkungan?
7. Apakah tersedia ruang khusus untuk pelaksanaan ritual keagamaan?
8. Apakah masyarakat merasakan pentingnya agama dalam kehidupannya?
9. Bagaimanan gambaranmanifestasi nilai spiritual dalam kehidupan masyarakat di KKA?
d. Keeratan komunitas 1. Apakah masyarakat setuju bahwa kualitas hidup
dalam bermasyarakat adalah lebih baik dari individualis?
2. Bagaimana masyarakat
berbagai dalam
hal keyakinan, nilai, dan pengalaman?
3. Bagiamana prinsip-prinsip
moral beradaptasi
menjadi filosofi bagi kehidupan masyarakat? 4. Bagaiamana masyarakat secara tradisional menjaga
keeratan hubungan antar warga? 5. Bagaimana hubungan masyarakat berdasarkan
gender? e. Kelenturan komunitas
1. Apakah masyarakat mampu merespon secara positif masalah yang terjadi pada anggota masyarakatnya?
2. Apakah masyarakat
bisa menerima
ketika membutuhkan bantuan pihak luar dalam menangani
masalahan yang terjadi? 3. Bagaimana masyarakat merespon permasalahan yang
terjadi pada
anggota masyarakat
yang termarjinalkan?
4. Bagaimana masyarakat
mengupayakan kemampuannya dalam memecahkan permasalahan
yang terjadi? 5. Bagaimana upaya tradisional yang dapat dilakukan
masyarakat dalam menghadapi permasalahan? f. Paradigma
baru, pandangan global
1. Apakah masyarakat menyadari tanggung jawabnya dalam mengembangkan diri dan masyarakatnya?
2. Apakah masyarakat menyadari bahwa keberagaman manusia harus dinilai dan didukung sama pentingnya
seperti kesehatan dan kesuksesan masyarakat? 3. Apakah terdapat kesadaran untuk berbagi baik dalam
komunitas lokal maupun global? 4. Apakah masyarakat telah mengetahui dan menerima
konsep keberlanjutan? 5. Apakah ada kesadaran masyarakat bahwa apa yang
dilakukan masyarakat adalah untuk keberhasilan masyarakat itu sendiri?
g. Kesadaran perdamaian dan global
1. Apakah masyarakat menyadari bahwa keharmonisan dalam keberagaman sangat bermanfaatn bagi
komunitas? 2. Apakah aktivitas masyarakat berdampak pada
keterbukaan hati dan pikiran anggota masyarakat untuk sebuah pengalaman bersama yang berharga?
3. Apakah ketika penentuan kebijakan, anggota masyarakat dapat menggunakan hati dan pikirannya
secara bijak, jujur, dan penuh dedikasi? 4. Apakah masyarakat berani bertanggung jawab atas
perbuatan salah yang diperbuat? 5. Apakah masyarakat bijak selfless?
6. Apakah KKA merupakan tempat yang baik untuk memupuk perdamaian baik lokal maupun global?
Lampiran 3. Kriteria Penilaian dalam Community Sustainability AssessmentCSA
No. Parameter
Bobot Aspek Ekologis
1. Perasaan terhadap tempat
2. Ketersediaan, produksi, dan distribusi makanan
3. Infrastruktur, bangunan, dan transportasi
4. Pola konsumsi dan pengelolaan limbah padat
5. Air-sumber mutu dan pola penggunaan
6. Limbah cair dan pengelolaan polusi air
7. Sumber dan penggunaan energy
Total nilai aspek ekologis Aspek Sosial
1. Keterbukaan, kepercayaan, keselamatan; ruang bersama
2. Komunikasi, aliran gagasan, dan informasi
3. Jaringan pencapaian dan jasa
4. Keberlanjutan sosial
5. Pendidikan
6. Pelayanan kesehatan
7. Keberlanjutan ekonomi lokal yang sehat
Total nilai aspek sosial Aspek Spiritual
1. Keberlanjutan budaya
2. Seni dan kesenangan
3. Keberlanjutan spiritual
4. Keterikatan masyarakat
5. Kelenturan masyarakat
6. Holografik baru berorientasi global
7. Perdamaian dan kesadaran global
Total nilai aspek spriritual Total nilai aspek keseluruhan
Keterangan: 1. Pembobotan parameter dalam satu aspek
50+ : Menunjukan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan
25-49 : Menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan
0-24 : Menunjukan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan
2. Pembobotan parameter dalam satu aspek 333+
: Menunjukan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan 166-332
: Menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan 0-165
: Menunjukan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan 3. Pembobotan parameter dalam satu aspek
999+ : Menunjukan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan
500-998 : Menunjukan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan
0-449 : Menunjukan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan
Lampiran 4. Jenis Tanaman Dominan dalam Agroekosistem Kebun-Talun
No. Dusun
Plot Nama Lokal
Nama Botani Individu
Kelompok Fungsi
1 Ciomas
1a Pisang
Musa paradisiaca L. 46
Herba BuahPenghasil PatiObat
Kelapa Cocos nucifera L.
9 Pohon
BuahBumbuLainnya SengonAlbo
Paraserianthes falcataria 9
Pohon IndustriLainnya
2a Pisang
Musa paradisiaca L. 21
Herba BuahPenghasil PatiObat
SengonAlbo Paraserianthes falcataria
15 Pohon
IndustriLainnya Cengkeh
Syzygium aromaticum 10
Perdu BumbuLainnya
3a Jati
Tectona grandis L.f. 28
Pohon IndustriLainnya
Mengkudu Morinda citrifolia L.
9 Perdu
BuahObat SengonAlbo
Paraserianthes falcataria 5
Pohon IndustriLainnya
2 Mandalare
1b Pisang
Musa paradisiaca L. 58
Herba BuahPenghasil PatiObat
Cengkeh Syzygium aromaticum
16 Perdu
BumbuLainnya SengonAlbo
Paraserianthes falcataria 18
Pohon IndustriLainnya
2b Pisang
Musa paradisiaca L. 39
Herba BuahPenghasil PatiObat
SengonAlbo Paraserianthes falcataria
18 Pohon
IndustriLainnya Cengkeh
Syzygium aromaticum 14
Perdu BumbuLainnya
3b Pisang
Musa paradisiaca L. 33
Herba BuahPenghasil PatiObat
Jati Tectona grandis L.f.
15 Pohon
IndustriLainnya Bambu Apus
Gigantochloa apus 13
Pohon IndustriSayurObatLainnya
3 Kertabraya
1c Kopi Robusta
Coffea robusta L. 24
Perdu Buah
Pisang Musa paradisiaca L.
24 Herba
BuahPenghasil PatiObat Suren
Toona sureni BI. Merr 23
Pohon IndustriLainnya
2c Pisang
Musa paradisiaca L. 63
Perdu BuahPenghasil PatiObat
Suren Toona sureni BI. Merr
10 Pohon
IndustriLainnya Gmelina
Gmelina arborea Roxb. 10
Pohon IndustriLainnya
3c Pisang
Musa paradisiaca L. 54
Herba BuahPenghasil PatiObat
Cengkeh Syzygium aromaticum
18 Perdu
BumbuLainnya SengonAlbo
Paraserianthes falcataria 13
Pohon IndustriLainnya
159
Lampiran 5. Jenis Tanaman Dominan dalam Agroekosistem Sawah
No. Dusun
Plot Nama Lokal
Nama Botani Individu
Kelompok Fungsi
1 Ciomas
1a Pisang
Musa paradisiaca L. 17
Herba BuahPenghasil PatiObat
Kelapa Cocos nucifera L.
8 Pohon
BuahBumbuLainnya SengonAlbo
Paraserianthes falcataria 6
Pohon IndustriLainnya
2a Pisang
Musa paradisiaca L. 123
Herba BuahPenghasil PatiObat
SengonAlbo Paraserianthes falcataria
11 Pohon
IndustriLainnya Kelapa
Cocos nucifera L. 6
Pohon BuahBumbuLainnya
3a Pisang
Musa paradisiaca L. 73
Herba BuahPenghasil PatiObat
Pisang Musa paradisiaca L.
35 Perdu
BuahPenghasil PatiObat Kelapa
Cocos nucifera L. 11
Pohon BuahBumbuLainnya
2 Mandalare
1b SengonAlbo
Paraserianthes falcataria 6
Pohon IndustriLainnya
Pisang Musa paradisiaca L.
63 Herba
BuahPenghasil PatiObat Kelapa
Cocos nucifera L. 6
Pohon BuahBumbuLainnya
2b SengonAlbo
Paraserianthes falcataria 6
Pohon IndustriLainnya
Pisang Musa paradisiaca L.
37 Herba
BuahPenghasil PatiObat Kelapa
Cocos nucifera L. 9
Pohon BuahBumbuLainnya
3b SengonAlbo
Paraserianthes falcataria 6
Pohon IndustriLainnya
Pisang Musa paradisiaca L.
54 Herba
BuahPenghasil PatiObat Pisang
Musa paradisiaca L. 43
Herba BuahPenghasil PatiObat
3 Kertabraya
1c SengonAlbo
Paraserianthes falcataria 6
Pohon IndustriLainnya
Pisang Musa paradisiaca L.
117 Herba
BuahPenghasil PatiObat Kelapa
Cocos nucifera L. 3
Pohon BuahBumbuLainnya
2c SengonAlbo
Paraserianthes falcataria 3
Pohon IndustriLainnya
Pisang Musa paradisiaca L.
17 Herba
BuahPenghasil PatiObat Kelapa
Cocos nucifera L. 8
Pohon BuahBumbuLainnya
3c SengonAlbo
Paraserianthes falcataria 6
Pohon IndustriLainnya
Pisang Musa paradisiaca L.
123 Herba
BuahPenghasil PatiObat
160
Lampiran 6. Jenis Tanaman Dominan dalam Agroekosistem Pekarangan
No. Dusun
Plot Nama Lokal
Nama Botani Individu
Kelompok Fungsi
1 Ciomas
1a Pisang
Musa paradisiaca L. 7
Herba BuahPenghasil PatiObat
Pepaya Carica papaya L.
5 Herba
BuahObat Cengkeh
Syzygium aromaticum 3
Perdu BumbuLainnya
2a Pisang
Musa paradisiaca L. 8
Herba BuahPenghasil PatiObat
Pepaya Carica papaya L.
3 Herba
BuahObat SengonAlbo
Paraserianthes falcataria 3
Pohon IndustriLainnya
3a Pisang
Musa paradisiaca L. 5
Herba BuahPenghasil PatiObat
Pepaya Carica papaya L.
5 Herba
BuahObat SengonAlbo
Paraserianthes falcataria 3
Pohon IndustriLainnya
2 Mandalare
1b Pisang
Musa paradisiaca L. 8
Herba BuahPenghasil PatiObat
Pepaya Carica papaya L.
3 Perdu
BuahObat Cengkeh
Syzygium aromaticum 2
Perdu BumbuLainnya
2b Pisang
Musa paradisiaca L. 9
Herba BuahPenghasil PatiObat
SengonAlbo Paraserianthes falcataria
7 Pohon
IndustriLainnya Pepaya
Carica papaya L. 2
Herba BuahObat
3b Pisang
Musa paradisiaca L. 6
Herba BuahPenghasil PatiObat
Jambu Biji Psidium guajava L.
4 Perdu
BuahObat Alpukat
Persea Americana L. 1
Pohon BuahObat
3 Kertabraya
1c Pisang
Musa paradisiaca L. 16
Herba BuahPenghasil PatiObat
Kelapa Cocos nucifera L.
5 Pohon
BuahBumbuLainnya SengonAlbo
Paraserianthes falcataria 5
Pohon IndustriLainnya
2c Pisang
Musa paradisiaca L. 11
Herba BuahPenghasil PatiObat
Pepaya Carica papaya L.
5 Herba
BuahObat SengonAlbo
Paraserianthes falcataria 2
Pohon IndustriLainnya
3c Pisang
Musa paradisiaca L. 7
Herba BuahPenghasil PatiObat
Pepaya Carica papaya L.
3 Herba
BuahObat
161
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 23 Desember 1986 dari ayah Drs. H. Ahmad Mulyadiprana, M.Pd, dan ibu Dra. Hj. Iis Mardiana. Penulis
merupakan putra pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB, lulus pada tahun 2010.
Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program Studi Arsitektur Lanskap pada Program Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 2012.
Selama mengikuti program strata-2, penulis aktif sebagai asisten mata kuliah Teknik Penulisan Ilmiah dan Pelestarian Lanskap Sejarah dan Budaya
untuk jenjang strata-1, serta mata kuliah Interaksi Manusia dan Lanskap untuk strata-2. Pada tahun 2009 penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti short
research selama enam bulan di International Field Science Course, Faculty Agriculture, Kochi University, dalam program Japan-East Asia Network of
Exchange of Students and Youths JENESYS dan di Graduate School of Global Environmental Studies GSGES Kyoto University pada bulan Maret 2012. Karya
ilmiah berupa abstrak dan poster disajikan dalam kumpulan abstrak pada The Second SUIJI International Seminar yang diselenggarakan bersama oleh enam
universitas IPB, UGM, UNHAS, Kochi University, Ehime University, dan Kagawa University tahun 2012. Selain itu, penulis aktif dalam lingkung seni
Sunda Gentra Kaheman IPB sebagai pembina dan aktivitas lingkungan sebagai koordinator Sahabat KS BERIMAN IPB.
ABSTRACT
MOHAMAD ZAINI DAHLAN. Study on The Characteristic of Sunda Parahiyangan Landscape for A Model of Sustainable Agricultural Landscape.
Supervised by NURHAYATI H. S. ARIFIN and WAHJU QAMARA MUGNISJAH.
Agricultural landscape agroecosystem is a unified system of ecology and socio-economic and also spiritual-culture that involved in production of foods,
shelters, clothes, fibers, biofuels, and other agricultural products. Sustainability of agroecosystem is needed to support the continuity of life, especially for rural
communities that relied strongly on agricultural resources. Sundanese society as a rural and mountain society has its own traditional ecological knowledges
TEK. TEK of Sundanese society could be a filter for modernization that negatively affects socio-cultural life of the society itself, as well as damages the
nature and environment. Regarding to the role of TEK, it is necessary to do an explorative and descriptive-qualitative study of the various forms of TEK in the
context of sustainable agriculture. The qualitative method was used for collecting relevant data to the characteristic of Sunda Parahiyangan landscape. The Data
were collected by using Rapid Participatory Rural Appraisal rPRA through semi-structured interview, Focus Group Discussion FGD, and field survey. Data
analysis used Landscape Characteristic Assessment LCA to analyze character of Sunda Parahiyangan landscape, Knowledge-Based System Methodology to
analyze TEK, National Research Council NRC and Community Sustainability Assessment CSA to analyze sustainable agricultural landscape. The
sustainability of agricultural landscape was proposed to achieve USDA’s sustainable agricultural landscape criteria. The study results indicate that the
Sunda Parahiyangan agroecosystem has unique characteristics as a result of the adaptation of society to nature and environment through a learning process from
generation to generation in a relatively long time period. The character at rural landscape that has been created is a mountainous agricultural landscape type
with abundant water resource as a main element. Therefore, Sundanese society called as mountain people urang gunung and water people urang cai. In
general, this character is reflected in some Sundanese’s agroecosystems such as kebun-talun forest garden, sawah paddy field, and pekarangan home garden
that located in the surrounding settlement area. Furthermore, kabuyutan concept is one of the TEKs related to understanding and utilization of nature and
environment. Kabuyutan is focused on revitalizing the role of forest mountain as a buffer of agroecosystem balance by calculating and deciding protected area
leuweung laranganprotected forest and leuweung tutupanconservation forest. To support the sustainability, integrated between traditional and modern concept
by practicing agroforestry system with low external-input and sustainable agriculture LEISA system and also applying Islamic management could be
applied in utilizing and managing agricultural resources. Keywords: agroecosystem, mountainous agricultural landscape, mountain and
water society, traditional ecological knowledgeTEK, kabuyutan, rural landscape management
RINGKASAN
MOHAMMAD ZAINI DAHLAN. Kajian Karakteristik Lanskap Sunda Parahiyangan sebagai Model Lanskap Pertanian Berkelanjutan. Dibimbing oleh
NURHAYATI H. S. ARIFIN dan WAHJU QAMARA MUGNISJAH.
Kawasan Sunda Parahiyangan yang berada di bagian hulu DAS Citanduy Sub-DAS Cimuntur merupakan bagian dari satuan kawasan lanskap pertanian.
Lanskap pertanian yang disusun oleh beragam agroeksosistem merupakan perpaduan sistem ekologi dan sosial-ekonomi yang terdiri dari tumbuhan dan
hewan yang sudah didomestikasikan serta masyarakat yang mengelolanya untuk menghasilkan pangan, papan, sandang, serat, biofuel, serta produk pertanian
lainnya. Keberadaan unsur-unsur penyusun agroekosistem di daerah perdesaan menjadi bagian penting dalam menciptakan kawasan perdesaan yang
berkelanjutan. Masyarakat pertanian Sunda Parahiyangan sebagai bagian integral dari agroekosistem memiliki perananan penting dalam menunjang pembangunan
dan pengembangan kawasan perdesaan. Dengan sistem pengetahuan tradisional yang dimilikinya, secara turun-temurun masyarakat memanfaatkan sumber daya
pertanian berdasarkan kearifannya sehingga terbukti mampu memberikan manfaat secara lestari tidak hanya untuk generasi sekarang, melainkan juga untuk generasi
yang akan datang. Sistem usaha tani yang dilakukan masyarakat tidak hanya berorientasi untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga berperan aktif dalam
melestarikan sumber daya pertaniannya. Dengan demikian, kearifan masyarakat lokal dapat menjadi pendorong dinamisasi dalam mencapai pembangunan
pertanian di perdesaan yang berkelanjutan.
Sistem pembangunan pertanian berkelanjutan merupakan solusi tepat untuk menciptakan kehidupan perdesaan berkelanjutan. Sistem tersebut harus mampu
mengkonservasi tanah, air, tanaman, dan hewan, tidak merusak lingkungan, serta secara teknis tepat guna, ekonomi layak, dan sosial-budaya dapat diterima.
Melihat besarnya peranan kearifan lokal, perlu dilakukan kajian yang bersifat eksploratif terhadap ragam bentuk kearifan lokal dalam konteks pertanian
berkelanjutan yang dapat menjadi referensi bagi penerapan model lanskap pertanian berkelanjutan. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji karakteristik
lanskap pertanian Sunda Parahiyangan, mengkaji ragam manifestasi kearifan lokal masyarakat Sunda Parahiyangan dalam konteks lanskap pertanian berkelanjutan,
dan menyusun model pengelolaan lanskap pertanian berkelanjutan.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif. Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan yang mencakup kegiatan pra-
penelitian, penelitian, analisis dan sintesis, serta penyusunan rekomendasi pengelolaan lanskap pertanian berkelanjutan berbasis kearifan lokal masyarakat
Sunda Parahiyangan. Data yang dibutuhkan berupa data fisik, kesejarahan, sistem sosial-ekonomi, sistem pertanian masyarakat, sistem spiritual-budaya, traditional
ecological knowledgeTEK selanjutnya digunakan pengetahuan ekologik tradisionalPET, dan kebijakan pengelolaan diperoleh melalui pelibatan aktif
masyarakat lokal dengan pendekatan metode Rapid Partisipatory Rural Appraisal rPRA berupa wawancara semi terstruktur, Focus Group Discussion FGD, dan
observasi lapang. Data penunjang diperoleh melalui penelusuran literatur terkait topik penelitian.
Analisis karakteristik lanskap pertanian dilakukan berdasarkan acuan karakterisasi lanskap Landscape Characteristic AssessmentLCA. Analisis ragam
pengetahuan ekologi tradisional menggunakan metode pengetahuan berbasis sistem The Knowledge-Based System Methodology. Keberlanjutan lanskap
dianalisis berdasarkan acuan keberlanjutan lanskap pertanian National Research CouncilNRC dan Community Sustainability AssessmentCSA untuk menyusun
strategi kebijakan pengelolaan yang mengarah pada pembangunan pertanian berkelanjutan berdasarkan kriteria keberlanjutan USDA.
Kawasan studi berada dalam tatanan lanskap pegunungan Sunda Parahiyangan dengan karakteristik agroekosistem yang khas sebagai cerminan
dari budaya Sunda. Sumber daya lanskap elemen lanskap Sunda Parahiyangan secara umum dimanfaatkan untuk lahan pertanian dan nonpertanian. Karakteristik
lahan disusun oleh jenis tanah litosol, latosol, dan regosol, topografi dari landai hingga sangat curam, serta sumber daya air yang didukung kondisi iklim berupa
curah hujan rata-rata 4.000 mmth, suhu harian rata-rata 25
C, dan kelembaban nisbi rata-rata 80 yang ideal untuk pertanian. Unsur-unsur pembentuk lahan
berkontribusi dalam memberikan media tumbuh serta habitat bagi beragam vegetasi dan satwa yang sesuai dengan kondisi fisik alam dan lingkungannya.
Berbagai unsur pembentuk lahan dikelola oleh masyarakat dengan PET yang dimilikinya untuk membentuk berbagai pola sistem ekologi pertanian
agroekosistem. Agroekosistem yang terbentuk di daerah studi terdiri dari kebun- telun, sawah, dan pekarangan yang berada dalam kawasan permukiman.
Sistem sosial-ekonomi masyarakat pertanian terlihat dalam aktivitas produktif dan reproduktif. Aktivitas tersebut merupakan kegiatan ekstraksi
sumber daya pertanian untuk dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan. Aktivitas produktif dilakukan di lahan pertanian on farm, sedangkan aktivitas reproduktif
dilakukan di luar lahan untuk pemanfaatan sumber daya pertanian secara lebih layak off farm. Pemanfaatan lahan dominan sebagai kawasan pertanian belum
mampu memberikan hasil optimal meskipun menjadi sumber pendapatan inti keluarga petani. Kepemilikan lahan garapan yang relatif sempit gurem dengan
rata-rata 0,3 hapetani, tingginya biaya produksi, kurangnya dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian, serta kurang efektifnya peran pemerintah
dalam mendukung usaha produksi pertanian masyarakat menjadi penyebab rendahnya peran pertanian dalam meningkatkan taraf hidup keluarga petani.
Pengetahuan ekologik tradisional terkait pertanian dalam sistem spiritual- budaya diekspresikan masyarakat dengan mengenal istilah atau nama lokal dari
adat, aktivitas, dan obyek budaya pertanian. Salah satu PET dalam pengelolaan agroekosistem adalah konsep kabuyutan. Kabuyutan dipercaya sebagai model
pengelolaan lanskap pertanian yang terbukti mampu memberikan manfaat berupa ketersediaan sumber daya pertanian yang optimal dan lingkungan yang lestari. Hal
tersebut merupakan potensi yang dimiliki masyarakat untuk tetap bertahan dalam menjalankan kehidupannya dari usaha pertanian. Peran masyarakat pertanian di
perdesaan diharapkan bukan sebagai konsumen eksploitatif, tetapi konsumen yang mampu memanfaatkan sumber daya secara adil dan bijaksana. Adil berarti
memanfaatkan sesuai kebutuhan dan kemampuan daya dukung sumber daya; bijaksana berarti tetap mempertimbangkan pemanfaatan untuk generasi
selanjutnya.
Berdasarkan hasil analisis dengan kriteria penilaian NRC, daerah studi memiliki potensi keberlanjutan cukup baik untuk mendukung usaha pertanian di
setiap agroekosistem. Secara fisik, kondisi sumber daya pertanian yang melimpah dapat memberikan kesempatan bagi petani untuk memanfaatkan sumber daya
pertanian tidak hanya untuk saat ini tetapi untuk kebutuhan di masa yang akan datang. Di samping itu, ketersediaan sumber daya pertanian dapat memberikan
kualitas hidup yang layak bagi petani dengan tersedianya lapangan pekerjaan untuk melakukan aktivitas produktif dan reproduktif, serta ketersediaan pangan
dengan kualitas prima, cukup nutrisi, mudah diperoleh, dan harga yang sesuai. Kondisi optimal dapat dicapai dengan menjaga kualitas dan kuantitas sumber daya
air dan tanah sebagai elemen utama pembentuk lanskap pertanian Sunda Parahiyangan. Berdasarkan hasil analisis keberlanjutan masyarakat dengan
metode CSA, diperoleh hasil tingkat keberlanjutan masyarakat yang menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan dengan nilai rata-rata sebesar 1156.
Namun, upaya perbaikan dan penyempurnaan dalam beberapa aspek yang bernilai kurang dari 50 perlu dilakukan untuk mencapai keberlanjutan yang optimal seperti
pada aspek infrastruktur berupa penyediaan lahan pertanian, sarana, dan prasarana pertanian.
Konsep pengelolaan lanskap pertanian Sunda Parahiyangan dapat dilakukan dengan penerapan model tradisional dan modern. Pengetahuan ekologik
tradisional merupakan modal utama yang disempurnakan oleh pengetahuan ekologik modern guna merespon dinamika lanskap yang terjadi. Keterpaduan
dapat dilakukan melalui penerapan konsep kabuyutan yang diintegrasikan dengan sistem pertanian agroforestry dalam setiap agroekosistem disertai optimalisasi
asupan dari dalam dan efisiensi masukan dari luar low-external-input and sustainable agricultureLEISA. Selain LEISA, pengaruh luar berupa inisiasi
program pemberdayaan masyarakat perdesaan baik dari pemerintah maupun swasta perlu dilakukan dengan pelibatan aktif masyarakat lokal. Pemberdayaan
diarahkan untuk penguatan spiritual-buaya masyarakat yang dapat meningkatkan produktivitas serta etos kerja untuk mencapai kesejahteraan sehingga berdampak
pada pemanfaatan sumber daya pertanian yang berkelanjutan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa lanskap pertanian Sunda Parahiyangan memiliki karakteristik yang khas berupa karakter
lanskap pertanian pegunungan dengan air sebagai elemen pembentuk lanskap utama yang diaktualisasikan dalam ragam agroekosistem khas masyarakat Sunda
seperti kebun-talun, sawah, dan pekarangan dalam kawasan permukiman. Konsep kabuyutan merupakan pengetahuan ekologik tradisional masyarakat yang fokus
pada revitalisasi peran hutan gunung sebagai penyangga keseimbangan sistem ekologi pertanian. Sistem pertanian agroforestry modern dengan ragam bentuk
pengembangannya berpotensi menjadi model pengelolaan lanskap pertanian berkelanjutan dengan penerapan sistem LEISA yang ditunjang oleh kebijakan
pemerintah yang adil dan bijaksana bagi masyarakat perdesaan. Dengan demikian, dapat terbentuk lanskap pertanian dengan kondisi fisik yang lestari serta
masyarakat yang kuat secara sosial-ekonomi dan sehat secara spiritual-budaya.
Kata kunci: lanskap pertanianagroekosistem, Sunda Parahiyangan, pengetahuan ekologik tradisionalPET, kabuyutan, pengelolaan lanskap perdesaan
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Model pertanian konvensional yang lebih berorientasi kepada percepatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan telah mengakibatkan dampak
negatif pada ketersediaan sumber daya alam dan kualitas lingkungan pertanian. Kondisi tersebut menjadi bukti bahwa sudah saatnya Indonesia sebagai negara
yang kaya akan sumber daya pertanian negara agraris mengubah paradigma ke arah pembangunan pertanian berkelanjutan sustainable agriculture dalam hal
sistem, strategi, dan kebijakan. Pertanian berkelanjutan didefinisikan sebagai pertanian yang memiliki daya saing tinggi, produktif, menguntungkan,
mengkonservasi sumber daya pertanian, meningkatkan kualitas pangan, serta menjaga ketersediaan saat ini dan akan datang. Dengan demikian, pembangunan
pertanian harus mampu mengkonservasi tanah, air, tanaman dan hewan, tidak merusak lingkungan, serta secara teknis tepat guna, secara ekonomi layak, dan
secara sosial-budaya dapat diterima FAO, 2010. Indonesia, sebagai negara agraris dengan mayoritas penduduknya
merupakan masyarakat pertanian, memiliki keterkaitan yang erat dengan pembangunan pertanian berkelanjutan. Masyarakat Indonesia dengan pekerjaan
utama di bidang pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan memiliki porsi terbesar dengan jumlah pekerja 84.320.748 jiwa atau sekitar 35 dari total
penduduk Indonesia yang berjumlah 237.641.000 jiwa BPS, 2011. Melimpahnya potensi alam, kuatnya budaya masyarakat agraris serta beragamnya
kearifan masyarakat lokal, sangat berpotensi dalam merealisasikan Indonesia sebagai negara agraris berkelanjutan yang mampu menciptakan kelestarian
sumber daya alam dan lingkungan, kesejahteraan sosial, serta pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Kawasan perdesaan sebagai basis produksi pertanian dengan beragam budaya masyarakatnya telah melahirkan berbagai macam kearifan lokal. Kearifan
lokal tersebut telah melalui perjalanan panjang sehingga menjadi intisari dan kompilasi pengalaman hidup serta terus diwariskan secara turun-temurun Sartini
2004. Kearifan lokal masyarakat pertanian sebagai cerminan dari pengetahuan
ekologi tradisional dapat menjadi penyaring modernisasi yang dapat berdampak negatif bagi kehidupan sosial dan budaya masyarakat, serta merusak alam dan
lingkungan. Kearifan lokal telah terintegrasi secara sadar dalam penataan lanskap pertanian, tata cara bertani, dan pola kehidupan masyarakat pertanian.
Budaya bertani tercermin dalam kehidupan masyarakat pertanian Sunda Parahiyangan di Kabupaten Ciamis sebagai bagian integral dari suatu lanskap
pertanian yang memanfaatkan sumber daya pertanian menjadi ragam bentuk agroekosistem. Sunda Parahiyangan merupakan kawasan yang dibentuk oleh
dataran tinggi hingga pegunungan. Karakteristik lanskap yang khas tersebut telah membentuk suatu tatanan budaya masyarakat dengan sektor pertanian sebagai
sumber usaha dan penghasilan utama bagi masyarakatnya Rigg, 1862; Lubis, Nugraha, Wildan, Dyanti, Sofianto, Falah, Dienaputra, dan Djubiantono, 2003.
Kabupaten Ciamis merupakan bagian dari kawasan ParahiyanganPriangan dan termasuk ke dalam Satuan Wilayah Sungai Citanduy DAS Citanduy.
Selain sebagai sumber kehidupan, masyarakat pertanian berperan aktif dalam mengelola sumber daya pertanian agar tetap lestari. Kondisi aktual di
daerah studi sebagai dampak dari sistem pertanian konvensional, terjadi berbagai masalah pertanian seperti kesuburan dan produktivitas lahan menurun, daya
dukung lingkungan berkurang, konversi lahan, jumlah penduduk miskin dan pengangguran relatif meningkat, serta kesenjangan sosial semakin terlihat jelas.
Peran ganda inilah yang menjadi hal menarik bahwa di satu sisi masyarakat memerlukan sumber daya pertanian untuk keberlangsungan hidupnya, di sisi lain
mereka memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga keberlangsungan sistem ekologi pertanian agar tetap lestari.
Dengan demikian, kearifan lokal masyarakat Sunda Parahiyangan dapat menjadi penyaring modernisasi yang dapat berdampak negatif bagi kehidupan
sosial-ekonomi dan spiritual-budaya masyarakat, serta kelestarian alam dan lingkungannya. Melihat besarnya peranan kearifan lokal, perlu dilakukan kajian
eksploratif terhadap ragam bentuk kearifan lokal dalam konteks pertanian berkelanjutan.
Kajian terhadap
karakteristik lanskap
pertanian Sunda Parahiyangan menjadi salah satu obyek kajian yang dapat menghasilkan informasi
sebagai referensi bagi penerapan model lanskap pertanian berkelanjutan
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
Rumusan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana karakteristik lanskap pertanian Sunda Parahiyangan?
2. Bagaimana kearifan lokal masyarakat Sunda Parahiyangan dalam konteks pertanian berkelanjutan saat ini?
3. Bagaimana hubungan antara lanskap pertanian Sunda Parahiyangan dengan konsep pertanian berkelanjutan?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. mengkaji karakteristik lanskap pertanian Sunda Parahiyangan; 2. mengkaji ragam bentuk manifestasi kearifan lokal masyarakat Sunda
Parahiyangan dalam konteks lanskap pertanian berkelanjutan; 3. menyusun model lanskap pertanian Sunda Parahiyangan sebagai referensi bagi
model lanskap pertanian berkelanjutan. 1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. sebagai informasi bagi penguatan eksistensi budaya Sunda pada umumnya dan
khususnya kebudayaan Sunda Parahiyangan; 2. sebagai model acuan pengelolaan lanskap pertanian berkelanjutan di
perdesaan yang berbasis kearifan masyarakat lokal; 3. sebagai dasar pertimbangan penentuan kebijakan dalam mengelola lanskap
pertanian yang berkelanjutan di perdesaan.
1.5. Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan masalah pertanian yang terjadi, diperlukan upaya pemecahan masalah yang komprehensif dengan melihat setiap elemen masalah sebagai suatu
sistem yang saling terkait. Adanya isu pembangunan pertanian berkelanjutan berpotensi untuk memaksimalkan sumber daya lanskap pertanian dengan
mempertimbangkan aspek kearifan lokal sehingga dapat dijadikan pendorong dinamisasi dalam mencapai pembangunan pertanian berkelanjutan Gambar 1.
Lanskap Pertanian Sunda Parahiyangan di kawasan hulu DAS Citanduy
Karakteristik Lanskap Pertanian Sunda Parahiyangan
Sumber Daya Lanskap Pertanian Sumber Daya Masyarakat Pertanian
UpayaStrategi Kebijakan Pengelolaan Lanskap Pertanian Berkelanjutan
Lanskap Pertanian Berkelanjutan Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Sunda Parahiyangan
AncamanMasalah Potensi Keberlanjutan
Lanskap Sunda Parahiyangan
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian