Di balik kepentingan politik yang ada, pranata religius religious institution yang diemban oleh para ajengankyai telah memberikan dampak positif terhadap
proses distribusi informasi dan sosialisasi. Hal tersebut merupakan potensi bagi pengembangan kawasan perdesaan di Dusun Ciomas, Mandalare, dan Kertabraya.
Fakta yang menunjukkan adanya kelembagaan tradisional yang masih dipegang erat oleh masyarakat berpotensi untuk tetap dipertahankan dan dijadikan
alatmedia dalam proses pembangunan dan pengembangan kawasan. Meskipun dalam beberapa kasus peranan tokoh masyarakat masih berada di bawah tekanan
pihak luar pemerintah maupun swasta, sosok ajengankyai berpotensi untuk dijadikan tokoh sentral dalam menjembatani rencana pembangunan dan
pengembagan kawasan.
4.1.2.3. Mata Pencaharian
Data dalam profil desa pada masing-masing dusun di daerah studi menunjukkan
jumlah yang
tinggi untuk
kelompok masyarakat
bermatapencaharian sebagai petani. Desa Ciomas memiliki kurang lebih 4.016 orang petani atau sekitar 50 dari total penduduk sejumlah 6.941 jiwa. Desa
Mandalare dengan jumlah penduduk sebesar 3.016 jiwa memiliki 1.075 orang petani atau sekitar 30 dari total penduduk. Adapun Desa Kertabraya memiliki
jumlah petani 1.009 orang atau sekitar 30 dari total penduduk sejumlah 3.909 jiwa Tabel 12.
Tabel 12. Kondisi Mata Pencaharian Masyarakat di Daerah Studi
No. Jenis Mata Pencaharian
Jumlah Orang Ciomas
Mandalare Kertamandala
1. Petani
2.305 900
496 2.
Buruh Tani 1.981
- 513
3. Buruh Tukang
- 275
28 4.
Pensiunan -
97 20
5. Jasa
348 -
212 6.
PNS 40
9 30
7. Swasta
52 425
56 8.
Pedagang -
510 363
Sumber: Data Profil Desa
Berdasarkan klasifikasi mata pencaharian Fellman dan Getis 2003 dalam Jayadinata dan Pramandika 2006, masyarakat melakukan kegiatan ekonomi
produktif lain baik sekunder, tersier, kuarterner, dan kuiner Tabel 13. Aktivitas produksi primer merupakan aktivitas utama berdasarkan ketersediaan sumber
daya alam dominan sumber daya pertanian. Aktivitas sekunder dilakukan dengan memanfaatkan produk pertanian primer untuk diolah menjadi barang
olahan jadi atau setengah jadi. Selain itu, aktivitas sekunder dilakukan pula dalam kegiatan penyediaan jasa untuk usaha pertanian. Aktivitas tersier, kuarterner, dan
kuiner fokus pada penyediaan jasa. Produksi tersier menyediakan jasa untuk pelayanan produksi primer dan sekunder. Aktivitas kuartener menyediakan jasa
untuk pekerjaan profesional dan pengelolaan di lingkungan sekolah, universitas, badan penelitian, dan kompleks perkantoran. Aktivitas kuiner yang tidak ada di
daerah studi, menyediakan jasa pekerjaan profesional seperti peneliti, dosen, pegawai perusahaan besar, anggota dewan, dan pejabat negara.
Tabel 13. Ragam Mata Pencaharian Masyarakat di Daerah Studi
Dusun Kegiatan Produksi
Primer Sekunder
Tersier Kuarterner
Kuiner
Ciomas Petani
Penggilingan Beras Pengusaha di
kota PNS
- Buruh tani
Penggergajian kayu
Buruh tukang Pensiunan
Peternak Pedagang sayur
Pengrajin Perangkat desa
Industri rumah Buruh pabrik
TKI Mandalare
Petani Penggilingan Beras
Pengusaha di kota
PNS -
Buruh tani Penggergajian
kayu Buruh tukang
Pensiunan Peternak
Pedagang sayur Pengrajin
Perangkat desa Industri rumah
Buruh pabrik TNIPolri
TKI Kertabraya
Petani Penggilingan Beras
Pengusaha di kota
PNS -
Buruh tani Penggergajian
kayu Buruh tukang
Pensiunan Peternak
Pedagang sayur Pengrajin
Perangkat desa Industri rumah
Buruh pabrik TNIPolri
TKI Sumber: Data Profil Desa
Fakta yang menunjukkan bahwa ketergantungan erat masyarakat pada sumber daya pertanian, terbukti dengan tingginya persentase masyarakat yang
menjadikan bertani sebagai mata pencaharian utama. Usaha produksi pertanian yang bersifat subsisten dirasakan masyarakat belum mampu memberikan
keuntungan finansial. Kondisi tersebut menuntut keluarga petani untuk mengembangkan struktur nafkahnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan
hidup mereka. Dalam sistem sosial-ekonomi lahan menjadi modal utama bagi ekonomi keluarga petani baik untuk keluarga kelas bawah, menengah maupun
atas. Luas lahan garapan dapat menentukan sejauh mana keluarga petani dapat mengembangkan struktur pendapatan ekonomi keluarganya.
Berdasarkan karakteristik umum sosial-ekonomi masyarakat pada setiap bentuk agroekosistem, dapat dipahami bahwa sistem sosial-ekonomi yang berlaku
sangat mempengaruhi keputusan petani dalam memanfaatkan sumber daya lahan. Pemanfaatan dominan lahan sebagai kawasan pertanian belum mampu
memberikan hasil yang optimal meskipun menjadi sumber pendapatan inti keluarga petani. Kepemilikan lahan garapan yang relatif sempit gurem,
tingginya biaya produksi, kurangnya dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkait dengan teknik bertani, dan kurang efektifnya peran pemerintah dalam
mendukung usaha produksi pertanian masyarakat menjadi penyebab tetap rendahnya peran pertanian dalam meningkatkan taraf hidup keluarga petani.
Meskipun kondisi tersebut dipandang kurang menguntungkan secara sosial- ekonomi, tetapi masyarakat masih mampu beradaptasi dengan kondisi serba
ketidakpastian dari usaha pertanian. Dalam upaya memenuhi kebutuhannya, sebagian besar masyarakat menjalankan usaha produksi lainnya, seperti membuka
jasa penggilingan beras, penggergajian kayu, penyediaan input produksi, penyewaan gergaji mesin, traktor atau kerbau, dan pengumpul hasil pertanian.
Ragam aktivitas tersebut sebagian besar tergolong ke dalam kelompok produksi sekunder yang masih erat kaitannya dengan usaha pertanian off farm. Usaha
nonpertanian yang dilakukan masyarakat sebagian besar tergolong ke dalam produksi tersier buruh pabrik, pengusaha di kota, buruh tukang bangunan, dan
TKI dan kuarterner pamong desa, pensiunan, dan TNIPolri.