medicinals,  5  tanaman  bumbu  spices,  6  tanaman  penghasil  pati  cash crops, 7 tanaman industri building materials and fuelwoods, dan 8 tanaman
fungsi  lainnya  additional  functions  Abdoellah,  Hadikusumah,  Takeuchi, Okubo,  dan  Perikesit,  2006;  Arifin  et  al.,  1997.  Hasil  analisis  vertikal  dan
horizontal berupa analisa deskriptif dan spasial dengan mengintegrasikan struktur dan  fungsi  tanaman  dalam  setiap  sistem  pertanian  dengan  elemen  lanskap
pertanian  lainnya  secara  ekologi,  sosial,  ekonomi,  dan  spiritual-budaya Abdoellah,  Takeuchi,  Parikesit,  Gunawan,  dan  Hadikusumah,  2001  sehingga
membentuk pola lanskap pertanian Sunda Parahiyangan yang khas. Analisis  keanekaragaman  tanaman  dilakukan  dengan  menggunakan
pendekatan  indeks  keanekaragaman  Shannon’s-Wienner  Finotto,  2011.  Indeks keanekaragaman
Shannon’s-Wienner digunakan
untuk mengetahui
keanekaragaman  jenis  dalam  satu  lokasi  penelitian.  Dengan  pendekatan  tersebut, dapat  diperoleh  hasil  analisis  baik  deskriptif  maupun  spasial  terkait  dengan
keanekaragaman  jenis  tanaman  pada  lanskap  pertanian  Sunda  Parahiyangan secara umum. Rumus dari indeks Shannon-Wienner adalah sebagai berikut,
, dengan,  H
= Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner ;
pi = persentase kehadiran jenis I;
ni = jumlah nilai penting satu jenis;
i = jumlah nilai penting seluruh jenis; dan
S = jumlah jenis yang yang hadir.
Nilai  perhitungan  indeks  keanekaragaman  H  dapat  diinterpretasi  bahwa nilai kurang dari 1 menunjukkan keragaman spesies rendah; nilai di antara 1 dan 3
menunjukkan  keragaman  spesies  sedang;  nilai  indeks  keragaman  di  atas  3 menunjukkan keragaman spesies tinggi.
H
3.4.5.2. Analisis Keberlanjutan Masyarakat
Manusia  masyarakat  memiliki  peranan  penting  dalam  mengintervensi suatu  lanskap  sehingga  menghasilkan  lanskap  budaya  dengan  karakteristik  yang
khas  dan  beragam.  Lanskap  pertanian  sebagai  salah  satu  bentuk  lanskap  budaya memberikan representasi mengenai pengaruh cipta, rasa, dan karsa manusia dalam
mengolah  sumber  daya  alam  dan  lingkungan  guna  menjaga  kelangsungan hidupnya.  Sebagai  penerima  manfaat  dari  sumber  daya  alam  dan  lingkungan,
keberlanjutan suatu masyarakat perlu diperhatikan untuk menunjang pemanfaatan secara  lestari  GEN,  2008.  Untuk  menunjang  pertanian  berkelanjutan,  analisis
keberlanjutan  masyarakat  dilakukan  dengan  pendekatan  metode  Community Sustainability  AssessmentCSA.  CSA  melakukan  penilaian  terhadap  tiga  unsur
utama  keberlanjutan,  yaitu  ekologi,  sosial-ekonomi,  dan  spiritual-budaya  dari sudut pandang masyarakat.
Aspek  ekologi  dinilai  berdasarkan  pemahaman  masyarakat  terhadap  rasa kepemilikan  sense of belonging,  ketersediaan  pangan,  produksi,  dan  distribusi,
infrastruktur  fisik,  pola  konsumsi,  manajemen  limbah,  dan  pengelolaan  sumber daya  dan  energi.  Penilaian  aspek  sosial-ekonomi  difokuskan  kepada  pemahaman
masyarakat terhadap
hubungan antarmasyarakat,
seperti keterbukaan,
kepercayaan, keselamatan, komunikasi, pendidikan, kesehatan, serta keberlanjutan sosial dan ekonomi.
Penilaian  aspek  spiritual-budaya  dilakukan  untuk  mengetahui  pemahaman masyarakat  terhadap  bingkai  utama  dari  cipta,  rasa,  dan  karsa  manusia,  yaitu
spiritualitas dan budaya. Penilaian difokuskan kepada hal keeratan dan kelenturan komunitas,  paradigma  global,  manifestasi  unsur  budaya  nilai,  norma,  dan
simbol,  obyek  dan  atraksi  seni  dan  budaya,  wisata,  serta  keberlanjutan  spiritual dan budaya. Penilaian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu penjumlahan skor tingkat
komponen aspek, tingkat aspek, dan total ketiga aspek Lampiran 3. Dalam analisis keberlanjutan lanskap pertanian Sunda Parahiyangan dengan
pendekatan  kearifan  lokal,  diperoleh  hasil  berupa  tingkat  keberlanjutan  dari masing-masing  aspek  keberlanjutan  ekologi,  sosial-ekonomi,  dan  spiritual-
budaya.  Setiap  tingkat  keberlanjutan  diduga  dipengaruhi  oleh  nilai-nilai  dari kearifan masyarakat lokal. Semakin tinggi tingkat keberlanjutan, diduga semakin
tinggi  nilai  kearifan  lokal  yang  diaplikasikan.  Semakin  rendah  tingkat keberlanjutan, diduga semakin rendah pula nilai kearifan lokal yang dilaksanakan
oleh  masyarakat.  Dengan  menganalisis  tingkat  keberlanjutan  yang  dikaitkan dengan  nilai  kearifan  lokal  yang  ada,  diperoleh  dasar  dalam  penyusunan  strategi
pengelolaan  lanskap  pertanian  berkelanjutan  berbasis  kearifan  masyarakat  Sunda Parahiyangan.
3.4.6 Konsep Pengelolaan Lanskap Pertanian Sunda Parahiyangan
Produk akhir penelitian berupa rekomendasi dan saran dalam bentuk strategi rencana pengelolaan lanskap pertanian berkelanjutan berbasis kearifan masyarakat
Sunda  Parahiyangan.  Hasil  analisis  disajikan  secara  deskriptif  narasi,  tabel  atau
diagram  dan  spasial  foto,  gambar  peta,  atau  ilustrasi.  Dari  hasil  sintesis
diperoleh  rekomendasi  dan  saran  berupa  konsep  pengelolaan  lanskap  pertanian secara  deskriptif  dan  spasial  dengan  beberapa  strategi  pengelolaan  berbasis
kearifan  masyarakat  Sunda  Parahyangan.  Rekomendasi  dan  saran  berorientasi kepada  pencapaian  empat  tujuan  utama  dari  pertanian  berkelanjutan  USDA
USDA-NAL, 2007.