Kajian  aspek  sistem  spiritual-budaya  dibatasi  pada  sistem  pengetahuan ekologik tradisional tentang pertanian berdasarkan pemahaman masyarakat lokal.
PET  yang  dikaji  bukan  secara  murni  sistem  pengetahuan  asli  dari  masyarakat lokal, karena sulit membedakan antara pengetahuan lokal yang murni hasil proses
belajar masyarakat setempat atau merupakan adopsi, adaptasi, atau akulturasi dari pengetahun  lain.  Dengan  demikian,  sistem  pengetahuan  yang  dikaji  merupakan
pengetahuan  yang  diketahui,  diyakini,  dan  masih  dijalankan  atau  sudah ditinggalkan oleh masyarakat lokal.
3.3.   Alat dan Bahan Penelitian
Alat  yang  digunakan  dalam  penelitian,  di  antaranya,  adalah  GPS  Global Positioning System, meteran, kamera, lembar panduan wawancara dan kuesioner,
serta perangkat lunak pengolah data spasial dan statistik. Bahan yang dibutuhkan dalam  studi  adalah  peta  rupa  bumi  digital  Indonesia  lembar  1308-441  Kawali
dengan skala 1:25.000 dan peta Wilayah Sungai Citanduy.
3.4.   Tahapan dan Metode Penelitian
Metode  yang  digunakan  dalam  penelitian  adalah  metode  kualitatif.  Metode  ini digunakan  sebagai  upaya  untuk  dapat  memperoleh  informasi  terkait  obyek
penelitian  sehingga  dapat  memberikan  jawaban  yang  relevan  bagi  pertanyaan- pertanyaan  dalam  rumusan  penelitian.  Penelitian  dilakukan  melalui  kegiatan
prapenelitian,  penelitian,  analisis,  sintesis,  dan  penyusunan  rekomendasi pengelolaan  lanskap  pertanian  berkelanjutan  berbasis  kearifan  lokal  masyarakat
Sunda Parahiyangan Gambar 4.
3.4.1. Metode Penentuan Sampel Kampung
Penentuan  sampel  kampung  dusun  merupakan  tahap  awal  dalam penelitian.  Dusun  yang  dijadikan  sebagai  obyek  penelitian  dipilih  berdasarkan
kajian pustaka terhadap konsep lanskap pertanian Sunda Parahiyangan Priangan atau  Prianger  dalam  Bahasa  Belanda  dan  pendekatan  daerah  aliran  sungai
DAS.  Dusun  yang  dipilih  berada  dalam  kawasan  Parahiyangan  Kabupaten Ciamis dengan ketinggian rata-rata lebih dari 600 mdpl.
Aspek Ekologi
Aspek Sosial-Ekonomi
Aspek Spiritual-Budaya
Aspek Legal
1.    Terrain lereng dan
topografi 2.
  Iklim 3.
  Tanah 4.
  Hidorologi 5.
  Vegetasi dan Satwa Pertanian
6.   Batas Ekologi
7.    Land cover
8.    Land use
1.   Kependudukan
2.   Pendidikan
3.   Pekerjaan
4.   Kesehatan
5.   Kelembagaan
Sosial 6.
  Kelembagaan Ekonomi
1.   Agama dan Kepercayaan
2.   Elemen Budaya Simbol,
Nilai, dan Norma 3.
  Persepsi dan Harapan 4.
  Sikap dan Perilaku 5.
  Adat Istiadat 6.
  Kesejarahan 1.
  Kebijakan Pelestarian 2.
  Aturan Adat 3.
  Konsep Keberlanjutan Fisik Lanskap dan
Masyarakat 4.
  Batas Administrasi
Kajian Karakteristik Lanskap Pertanian Sunda Parahiyangan sebagai Model Lanskap Pertanian Berkelanjutan
Sunda Parahiyangan Kabupaten Cianjur, Bandung, Sumedang, Garut, Tasikmalayan, dan Ciamis
Kampungdusun Sunda dengan ketinggian  600 mdpl. dalam kawasan DAS Citanduy Sub-DAS Cimuntur dan termasuk wilayah administrasi
Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat
Analisis Karakteristik Lanskap Pertanian Sunda Parahiyangan
Metode Karakterisasi Lanskap Landscape Characteristic AssessmentLCA Swanwick, 2002
Analisis Ragam Pengetahuan Ekologi Tradisional Masyarakat Pertanian Sunda Parahiyangan
Metode Pengetahuan Berbasis Sistem Walker et al., 1997
Analisis Keberlanjutan Lanskap Pertanian Sunda Parahiyangan Faktor Fisik dan Masyarakat
Metode Keberlanjutan Fisik Lanskap National Research CouncilNRC NRC, 2010 dan Keberlanjutan Masyarakat Community Sustainability AssessmentCSA GEN, 2008
Konsep Pengelolaan Lanskap Pertanian Berkelanjutan Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Sunda Parahiyangan
Gambar 4. Tahapan dan Metode Penelitian