Identifikasi dan Perumusan Masalah

9 masyarakat di sekitarnya serta dari aspek sumberdaya pesisir dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Kajian dalam penelitian ini difokuskan pada bagaimana penerapan tanggung jawab sosial CSR perusahaan PKT terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir, sehingga diharapkan dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat disekitarnya dan sumberdaya pesisir tetap terjaga kelestariannya. Untuk itu perlu merumuskan suatu desain strategi dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat dan sumberdaya pesisir khususnya di Kota Bontang. Secara lengkap kerangka fikir penelitian ini disajikan pada Gambar 1. Gambar 1.Kerangka Pemikiran AS PE K E K ON OM I WI L AY A H EK ON OM I M AS YA R A KA T P OT E N SI S U MB E R D AY A WI L AY A H PE SI SI R K OT A B ON T A N G K ON D IS I LI N GK U N GA N DA N S U MB E R D A YA P ES IS I R K OT A B ON T A N G PE N GE L OL AA N WI LA Y A H PE SI SI R SE C A R A T E RP A D U D A N BE R KE L A N JU T A N P WP T PE R U S A HA A N IN D U S T R I P K T AS PE K S U MB E R D AY A PE SI SI R C OR P OR A T E S OC I AL R ES P ON SI BI LI T Y C S R A NA LI SI S E FE K T IVI T A S A NA LI SI S BI OGE OF I S IK A NA LI SI S EK ON OM I R E GI ON AL A NA LI SI S PE R S EP SI A NA LI SI S S US T AI N A BI LI T Y D ES AI N S T R A T E GI C S R D AL A M P E MB E R DA Y AA N EK ON OM I M AS YA R A KA T DA N S U MB E R D AY A PE SI SI R

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Batasan Wilayah Pesisir 2.1.1 Pengertian Wilayah Pesisir Definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan laut; kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin; sedangkan kearah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses- proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan perencanaan Soegiarto, 1976; Dahuri, 1996.

2.1.2 Batasan Wilayah Pesisir

Dahuri 1996, mengemukakan bahwa pertanyaan yang seringkali muncul dalam pengelolaan kawasan pesisir adalah bagaimana menentukan batas-batas dari suatu wilayah pesisir coastal zone. Sampai sekarang belum ada definisi wilayah pesisir yang baku. Namun demikian, terdapat kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara wilayah daratan dan laut. Apabila ditinjau dari garis pantai coastline, maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas boundaries, yaitu : batas yang sejajar dengan garis pantai longshore dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai cross-shore. Berdasarkan kepentingan pengelolaan, batas ke arah darat dari suatu wilayah pesisir dapat ditetapkan sebanyak dua macam, yaitu batas untuk wilayah perencanaan planning zone dan batas untuk wilayah pengaturan regulation zone atau pengelolaan keseharian day-to-day management. Wilayah perencanaan sebaiknya meliputi seluruh daerah daratan hulu apabila terdapat kegiatan manusia pembangunan yang dapat menimbulkan dampak secara nyata significant terhadap lingkungan dan sumberdaya di pesisir. Oleh karena itu, batas wilayah pesisir kearah darat untuk kepentingan perencanaan Planning zone dapat sangat jauh ke arah hulu, misalnya kota Bandung untuk kawasan 12 pesisir dari DAS Citarum. Jika suatu program pengelolaan wilayah pesisir menetapkan dua batasan pengelolaannya wilayah perencanaan dan wilayah pengaturan, maka wilayah perencanaan selalu lebih luas dari pada wilayah pengaturan Dahuri, 1996. Batas wilayah pesisir menurut Pernetta dan Milliman 1995 disajikan pada Gambar 2 . Gambar 2. Batasan Wilayah Pesisir Pernetta dan Milliman, 1995

2.1.3 Potensi Sumberdaya Wilayah Pesisir

Dengan garis pantai terpanjang kedua didunia setelah Kanada, yaitu 81.000 km serta wilayah laut yang luasnya mencapai 5,8 juta km 2 Kelompok pertama, sumberdaya alam wilayah pesisir dan lautan dapat pulih mencakup ekosistem mangrove, wilayah pesisir, rumput laut dan padang lamun, serta sumberdaya perikanan, yang secara potensial sangat besar dan , maka tidak mengherankan bahwa secara potensial, Indonesia memiliki sumberdaya alam pesisir dan lautan yang sangat besar. Secara garis besar, potensi pembangunan kelautan Indonesia tersebut dikelompokkan dalam 3 tiga kelompok besar yaitu 1 sumberdaya dapat pulih renewable resources, 2 sumberdaya tidak dapat pulih non-renewable resources dan 3 jasa-jasa lingkungan evironmental services. 13 beragam jenisnya. Sebagai ilustrasi, Indonesia memiliki luas ekosistem mangrove sebesar 2,4 juta km 2 dan wilayah pesisir seluas 75.000 km 2 Berbagai jenis sumberdaya hayati laut beserta perairan pesisir yang luas sangat potensial untuk dikembangkan melalui usaha mariculture budidaya laut. Usaha tersebut dapat digolongkan menjadi dua kegiatan, yaitu budidaya tambak brackish water ponds dan budidaya laut mariculture. Dahuri, et.al., 1996. Sementara itu, di wilayah perairan Indonesia terdapat sedikitnya 7 marga dan 13 spesies lamun seagrass dengan sebaran mencakup di wilayah perairan Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Maluku, Sulawesi, dan Irian jaya. Sedangkan untuk sumberdaya perikanan, negara kita sudah lama diakui sebagai salah satu negara yang memiliki potensi perikanan terbesar di dunia. Data terakhir menunjukkan bahwa potensi lestari sumberdaya perikanan nasional adalah 5,649 juta ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan sebesar 40 FAO, 1997. Kelompok kedua, sumberdaya alam yang tidak dapat pulih, yang meliputi seluruh jenis mineral dan gas, dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu Kelas A Mineral Strategis seperti minyak bumi, gas alam dan batubara; Kelas B Mineral Vital seperti emas, timah, nikel, dan bauksit, dan kelas C Mineral Industri seperti granit, kaolin, pasir dan bahan pembangunan lainnya. Sebagai ilustrasi, Indonesia memiliki cadangan migas yang besar dan terbesar di kurang lebih 60 cekungan basins yang sebagian besar terdapat di wilayah pesisir dan lautan seperti Kepulauan Natuna, Selat Malaka, Pantai Selatan Jawa, Selat Makassar dan Celah Timor Ditjen Migas, 1996 Selain kedua sumberdaya tersebut diatas, yang tidak kalah pentingnya adalah sumberdaya jasa-jasa lingkungan pesisir dan laut, seperti pariwisata, perhubungan laut, pemukiman dan sebagainya. Potensi kawasan pesisir sebagai kawasan wisata bahari hampir tersebar di seluruh kawasan pesisir Indonesia.

2.2 Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu PWPT

Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu Integrated Coastal Zone Management atau disingkat ICM merupakan kegiatan manusia didalam mengelola ruang, sumber daya, atau penggunaan yang terdapat pada suatu wilayah pesisir, yakni dengan melakukan pemanfaatan sumber daya alam dan