Anggaran Formal Pembiayaan Berkelanjutan dalam Pengelolaan Pesisir Terpadu

34

2.6.1 Sejarah dan Evolusi Pemikiran CSR

Konsep CSR mulai dikenal sejak diterbitkannya buku karya Howard Bowen sebagai founding father CSR dengan judul ”Social Responsibility of Businessman” pada tahun 1953, konsep ini pun menjadi aktual pada tiga dasawarsa kemudian, tepatnya tahun 1987, dimana The World Commision on Environment and Development WCED dalam Bruntland Report, telah mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni economic growth, environtmental protection, dan social equity. Konsep sustainability development kian dikukuhkan melalui KTT Bumi di Rio De Janeiro pada tahun 1992 dimana pada forum tersebut ditegaskan bahwa konsep sustainability development yang didasarkan pada perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi dan sosial merupakan sesuatu yang mesti dilakukan oleh semua pihak, termasuk perusahaan. Konsep CSR kian populer pada tahun 1998, terutama setelah kehadiran buku ”Cannibals With forks; The Triple Bottom Line in 21st Century Business” 1998 karya John Elkington, dimana Elkington mengemas CSR dalam tiga fokus; 3P yang merupakan singkatan dari Profit, Planet dan People. Dan pada tahun 2002 hasil dari World Summit Sustainable Development WSSD di Yohannesburg memunculkan konsep Social Responsibility yang mengiringi dua konsep sebelumnya yaitu economic dan environtment sustainability, dari rumusan pertemuan inilah selanjutnya pada tahun 2010 berhasil diberlakukan ISO 26000 sebagai suatu standar operasi dan norma pelaksanaan tanggung jawab sosial dari organisasi-organisasi termasuk perusahaan yang terhimpun dalam Guidance on Social Responsibility. Loss Prevention Not Charity merupakan cara pandang baru guna mencari solusi yang bersifat win-win antara pihak perusahaan dan komunitas lokal. Selain isu-isu kontribusi perusahaan terhadap komunitas dan masyarakat, sebenarnya banyak isu lainnya dalam CSR. Seperti: isu tata kelola yang baik bagi organisasi good corporate governance, isu tentang hak asasi manusia, isu tentang ketenagakerjaan, isu lingkungan, isu tentang menjalankan bisnis yang tidak curang, dan isu tentang konsumen. 35 Ada tiga hal utama yang merupakan esensi dari pemahaman CSR, yaitu: 1 CSR merupakan tindakan yang harus diambil perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak yang ditimbulkan akibat operasi perusahaan maupun kebijakan yang diambil terhadap lingkungan hidup, internal perusahaan dan eksternal perusahaan. 2 Board juga harus mengungkapkan hal-hal penting diketahui para pemangku kepentingan, baik internal maupun eksternal, seperti: laporan kinerja, laporan proses pengambilan keputusan, audit, laporan kegiatan CSR melalui Sustainable Reporting, dan lain-lain. Nindita, 2008. CSR harus beyond compliance to law, artinya: perusahaan harus dan wajib pertama kali mematuhi hukum dan peraturan yang ada. Setelah itu baru melakukan hal-hal baik kepada para stakeholders maupun lingkungan, diluar yang diwajibkan oleh hukum dan peraturan. Pra kondisi inilah yang harus tercipta, perusahaan harus dan wajib mematuhi hukum dan peraturan, sehingga barulah dapat dikategorikan sebagai kegiatan CSR. 3 CSR menuntut pengambil keputusan untuk turut bertanggung jawab juga. Dengan demikian CSR berkaitan erat dengan praktek corporate governance, atau jika pada organisasi, berarti organizational governance. Mengapa governance, karena dalam konsep governance, tanggung jawab dalam pengambilan keputusan board adalah hal yang paling utama. Board harus dapat diminta pertanggungjawabannya atas keputusan dan kebijakan yang diambil. Artinya, hal ini sangat terkait dengan akuntanbilitas. Dalam diskusi terbatas di CECT Universitas Trisakti dapat disimpulkan hubungan CSR, sustainability dan sustainable development. Sustainability adalah tujuan akhir yang harus dicapai oleh semua perusahaan. Tujuan akhir tersebut diantaranya adalah menyeimbangkan antara kinerja ekonomi, kesejahteraan sosial dan peremajaan serta pelestarian lingkungan hidup. Proses mencapai tujuan akhir disebut sebagai sustainable development pembangunan berkelanjutan. Sedangkan CSR adalah vehicle kendaraan untuk mencapai tujuan akhir tersebut, jadi CSR merupakan bagian dari kegiatan pembangunan yang berkelanjutan.