Analisis Kewilayahan Pesisir 1 Analisis Biogeofisik Wilayah

55 for Fisheries, yakni tekhnik yang dikembangkan oleh Fisheries Center, University of British Columbia Canada, merupakan analisis untuk mengevaluasi sustainability dari perikanan secara multidisipliner. RAPFISH didasarkan pada tekhnik ordinansi yaitu menempatkan sesuatu pada urutan attribut yang terukur dengan menggunakan Multi Dimensional Scaling MDS, tekhnik ini selanjutnya dimodifikasi untuk dapat diterapkan dalam analisis keberlanjutan wilayah pesisir.. Analisis data dengan MDS, meliputi aspek keberlanjutan dari dimensi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya, infrastruktur dan teknologi, serta hukum dan kelembagaan. Selanjutnya, dilakukan pula analisis multidimensi dengan menggabungkan seluruh atribut dari lima dimensi keberlanjutan di atas. Analisis data dengan MDS dilakukan melalui beberapa tahapan. 1. Pertama, mereview atribut-atribut pada setiap dimensi keberlanjutan dan mendefenisikan atribut tersebut melalui pengamatan lapangan, serta kajian pustaka. Secara keseluruhan, terdapat 48 atribut yang dianalisis, masing- masing: 10 atribut dimensi ekologi, 10 atribut dimensi ekonomi, 9 atribut dimensi sosial dan budaya, 10 atribut dimensi infrastruktur dan teknologi, dan 9 atribut dimensi hukum dan kelembagaan. 2. Kedua, pemberian skor yang didasarkan pada hasil pengamatan lapangan dan pendapat pakar sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Rentang skor berkisar antara 1 – 4, yang diartikan dari buruk sampai baik atau sebaliknya, tergantung kondisi masing- masing atribut. 3. Ketiga, hasil pemberian skor kemudian dianalisis, dengan menggunakan program MDS, untuk menentukan posisi status keberlanjutan pengelolaan kawasan pesisir pada setiap dimensi dan multidimensi yang dinyatakan dalam skala indeks keberlanjutan. Skala indeks keberlanjutan terletak antara 0 – 100, seperti pada Tabel 7. Tabel 7. Kategori Status Keberlanjutan berdasarkan Indeks Hasil Analisis MDS Nilai indeks Kategori 0,00 – 25,00 Buruk tidak berkelanjutan 25,01 – 50,00 Kurang kurang berkelanjutan 50,01 – 75,00 Cukup cukup berkelanjutan 75,01 – 100,00 Baik sangat berkelanjutan Sumber : Fauzi 2002 56 Posisi status keberlanjutan sistem yang dikaji diproyeksikan pada garis mendatar dalam skala ordinasi yang berada diantara dua titik ekstrim, yaitu titik ekstrim buruk dan baik yang diberi nilai indeks antara 0 sampai 100 persen, Dalam analisis MDS dengan menggunakan sorftware RAPFISH yang telah dimodifikasi di komputer, sekaligus dilakukan analisis Leverage, analisis Monte Carlo , penentuan nilai Stress, dan nilai Koefisien Determinasi R 2 Penentuan atribut yang sensitif dilakukan berdasarkan urutan prioritasnya pada hasil analisis Leverage dengan melihat bentuk perubahan root mean square RMS ordinasi pada sumbu X. Semakin besar nilai perubahan RMS, maka semakin besar pula peranan atribut tersebut dalam peningkatan status keberlanjutan, atau dengan kata lain, semakin sensitif atribut tersebut dalam keberlanjutan pengelolaan wilayah pesisir di lokasi penelitian. Kedua, analisis Monte Carlo digunakan untuk menduga pengaruh kesalahan dalam proses analisis yang dilakukan, pada tingkat kepercayaan 95 persen. yang merupakan program satu paket dengan program MDS. Pertama, analisis Leverage digunakan untuk mengetahui atribut- atribut yang sensitif, ataupun intervensi yang dapat dilakukan terhadap atribut yang sensitif untuk meningkatkan status keberlanjutan wilayah pesisir. Hasil analisis dinyatakan dalam bentuk nilai indeks Monte Carlo, yang selanjutnya dibedakan dengan nilai indeks hasil analisis MDS. Apabila perbedaan kedua nilai indeks tersebut kecil, mengindikasikan bahwa : a kesalahan dalam pembuatan skor setiap atribut relatif kecil, b variasi pemberian skor akibat perbedaan opini relatif kecil, c proses analisis yang dilakukan secara berulang-ulang stabil, d kesalahan pemasukan data dan data yang hilang dapat dihindari. Ketiga, nilai stress dan koefisien determinasi R 2 berfungsi untuk menentukan perlu tidaknya penambahan atribut, untuk mencerminkan dimensi yang dikaji secara akurat mendekati kondisi sebenarnya. Nilai ini diperoleh dari pemetaan terhadap dua titik yang berdekatan, dimana titik tersebut diupayakan sedekat mungkin terhadap titik asal dalam skala ordinasi. Teknik ordinasi penentuan jarak dalam MDS didasarkan pada Euclidian Distance yang dalam ruang berdimensi n Fauzi, 2002 dengan persamaan : 57 ......................... 9 Titik tersebut kemudian diaproksimasi dengan meregresikan jarak euclidian d ij dari titik i ke titik j dengan titik asal d ij dengan persamaan : ; e adalah error ................................... 10 Dalam meregresikan persamaan di atas digunakan teknik least squared bergantian yang didasarkan pada akar dari Euclidian Distance squared distance atau disebut metode algoritma ASCAL. Metode ini mengoptimalisasi jarak kuadrat squared distance=d ijk terhadap data kuadrat titik asal= o ijk yang dalam tiga dimensi i,j,k yang disebut S-stress dengan persamaan : .............................. 11 Menurut Kavanagh dan Pitcher 2004, nilai stress yang dapat diperbolehkan adalah apabila berada dibawah nilai 0,25 menunjukkan hasil analisis sudah cukup baik. Sedangkan nilai R 2 diharapkan mendekati nilai 1 100 yang berarti bahwa atribut-atribut yang terpilih saat ini dapat menjelaskan mendekati 100 persen dari model yang ada.

3.6.3. Analisis Efektifitas Program CSR Pesisir

Tingkat efektifitas Program CSR terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir dapat diketahui dengan menggunakan Importance Performance Analysis IPA. Metode IPA pertama kali diperkenalkan oleh Martilla dan James 1977, Analisis ini digunakan untuk melihat kesenjangan antara kinerja CSR dengan harapan masyarakat berdasarkan indikator-indikator yang di analisis. Disamping untuk menunjukkan sejauh mana terjadi kesenjangan antara kinerja dan harapan, IPA juga memberikan rekomendasi program apa yang perlu untuk dilanjutkan, serta program apa yang disarankan untuk ditinggalkan. Melalui analisis ini diidentifikasi program yang baik dan mana program yang tidak baik. 58 Penerapan teknik IPA dimulai dengan identifikasi atribut-atribut yang relevan terhadap situasi pilihan yang diamati. Daftar atribut-atribut dapat dikembangkan dengan mengacu kepada literatur-literatur, melakukan interview, dan menggunakan penilaian manajerial. Di lain pihak, sekumpulan atribut yang melekat kepada barang atau jasa dievaluasi berdasarkan seberapa penting masing-masing produk tersebut bagi responden dan bagaimana kinerja tersebut dipersepsikan oleh responden. Setelah menentukan atribut-atribut yang layak, responden ditanya dengan dua pertanyaan. Satu adalah atribut yang menonjol dan yang kedua adalah kinerja perusahaan yang menggunakan atribut tersebut. Dengan menggunakan mean, median atau pengukuran ranking, skor kepentingan dan kinerja atribut dikumpulkan dan diklasifikasikan ke dalam kategori tinggi atau rendah; kemudian dengan memasangkan kedua set rangking tersebut, masing-masing atribut ditempatkan ke dalam salah satu dari empat kuadran kepentingan kinerja Crompton dan Duray, 1985. Skor mean kinerja dan kepentingan digunakan sebagai koordinat untuk memplotkan atribut-atribut individu pada matriks dua dimensi yang ditunjukkan pada gambar berikut: Gambar 8. Importance Performance Analysis Crompton dan Duray, 1985 Keterangan : A : Faktor yang akan dievaluasi AD : Apa yang diharapkan dari faktor A AE : Fakta-fakta mengenai A DE : Gap, yaitu perbedaan antara harapan D dan kenyataan E KUADRAN II PERTAHANKAN PRESTASI KUADRAN I PRIORITAS UTAMA KUADRAN III PRIORITAS RENDAH KUADRAN IV BERLEBIHAN D E GAP A

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Wilayah Pesisir Kota Bontang 4.1.1 Sistem Lingkungan dan Sumberdaya Pesisir Kota Bontang Sumberdaya pesisir Kota Bontang dijumpai mulai dari yang berukuran mikro seperti fitoplankton maupun hewan makrobenthos yang sangat berperan dalam rantai makanan di wilayah pesisir dan laut. Sumberdaya dapat pulih yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir Bontang selama ini terdiri dari sumberdaya perikanan budidaya dan penangkapan, ekosistem pesisir terumbu karang, hutan mangrove, padang lamun, dan rumput laut. Keberadaan sumberdaya hayati di pesisir dan laut sekitar PKT tidak lepas dari daya dukung kondisi lingkungan fisik dan kimiawi perairan terutama kandungan oksigen, kandungan fosfat, nitrat, CO 2 Sumber hayati pesisir dan laut tersebut tersebar luas di perairan Kota Bontang. Terumbu karang diperairan tersebut terdapat dan tersebar luas di daerah Karang Segajah, Bontang Kuala dan Pulau Agar-agar. Kondisi terumbu karang yang masih baik terdapat di Bontang Kuala dan Pulau Agar-Agar dengan persen penutupan yang relatif tinggi sehingga daerah tersebut memiliki potensi yang tinggi dalam mendukung perikanan tangkap, terutama sebagai daerah penangkapan ikan, daerah perlindungan bagi spawning dan pencarian makanan feeding berbagai jenis ikan karang yang ekonomis penting seperti karapu, kakap, ekor kuning dan lobster maupun berbagai hewan moluska. dan penetrasi sinar matahari ke perairan yang sangat dibutuhkan oleh produser primer di pesisir dan laut untuk fotosintesis seperti fitoplankton, rumput laut, lamun dan zooxanthelae pada karang. Organisme tersebut menentukan produktif atau tidaknya suatu perairan selain produksi detritus dan serasah daun yang dihasilkan oleh mangrove dan padang lamun. Sumberdaya lain yang dapat dimanfaatkan secara langsung adalah sumberdaya perikanan dan rumput laut. Sumberdaya rumput laut di perairan Kota Bontang belum dimanfaatkan secara optimal sehingga perlu upaya peningkatan secara budidaya maupun pengambilan langsung dari alam.