134
dibeberapa aspek, yaitu aspek perencanaan, koordinasi dan keberlanjutan program serta pendampingan masyarakat.
5. Arah strategi CSR dalam pengembangan kawasan pesisir hendaknya difokuskan pada upaya memberikan akselerasi dalam mendorong
perkembangan sektor-sektor yang berbasis sumberdaya pesisir selain sektor industri migas sehingga dapat menjadi penggerak bagi kegiatan ekonomi
masyarakat pesisir melalui kemandirian ekonomi masyarakat lokal, peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan pesisir terpadu dan
upaya pelestarian sumberdaya di wilayah pesisir Kota Bontang.
5.2. Saran
1. Perlu kajian secara konprehensif tentang peran perusahan industri pengolahan PKT, bukan hanya berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi Kota Bontang akan tetapi juga memberikan kontribusi secara langsung pada penciptaan kesempatan kerja dan pembukaan peluang usaha
dan pemerataan pendapatan bagi masyarakat lokal. 2. Peran perusahaan industri pengolahan PKT terhadap pengelolaan
sumberdaya pesisir dan laut Kota Bontang diharapkan bukan hanya diarahkan pada pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisirnya saja, akan
tetapi juga secara langsung pada lingkungan wilayah pesisir, laut dan pulau- pulau kecilnya termasuk peningkatan kapasitas masyarakat dalam
pengelolaan pesisir terpadu dan upaya pelestarian sumberdaya di wilayah pesisir Kota Bontang.
3. Pengembangan strategi program CSR hendaknya difokuskan pada atribut- dimensi yang sensitif terhadap tingkat keberlanjutan sustainability
pengelolaan sumberdaya pesisir. 4. Beberapa indikator yang perlu mendapat perhatian dalam rangka
peningkatan kinerja CSR PKT diantaranya adalah aspek kekonsistenan manajemen dalam perencanaan, koordinasi dan keberlanjutan program serta
pendampingan masyarakat. 5. Setiap pelaksanaan CSR hendaknya memiliki parameter kinerja yang bisa
dikaitkan dengan ISO 26000, WSSD, MDG’s, Peraturan-peraturan yang berlaku di dalam dan luar negeri serta Visi Misi baik PKT sendiri maupun unit
kerja PKBL CSR PKT.
DAFTAR PUSTAKA
Abelson P. 1979. Cost Benefit Analysis and Environmental Problems. New South Wales: Macquarie University.
Adrianto L. 2005. Kebijakan Pengelolaan Perikanan dan Wilayah Pesisir. Kumpulan Working Paper Tahun 2005. Bogor: PKSPL IPB.
Anwar A. 2005. Ketimpangan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan. Bogor: P4W press.
Azheri B. 2011. Corporate Social Responsibility. Dari Voluntary menjadi Mandatory. Jakarta: Rajawali Press.
Azis E. 1995. Assesment of Marine Environmental Impacts from a Fertilizer Plant ; PT Pupuk Kalimantan Timur Bontang in Indonesia [Thesis]. Bangkok: Asian
Institute of Technology. [BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2007. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Kota Bontang Tahun 2006-2011. Bontang: Pemerintah Kota Bontang.
Bengen GD. 2002. Metodologi Riset Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Materi Kuliah PS-SPL. Bogor: IPB.
Bengen DG. 2000. Prosiding Pelatihan untuk Pelatih Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Bogor: PKSPL-IPB.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Bontang Dalam Angka 2010. Bontang: Kantor Badan Pusat Statistik Kota Bontang.
[BPS] Badan Pusat Statistik. Kalimantan Timur Dalam Angka 2010. Samarinda: BPS Kaltim.
Budiharsono S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah. Jakarta: Pradnya Pratama.
Bohari R, B Pramudya, HS Alikodra, S Budiharsono. 2008. Analisis Keberlanjutan Wilayah Pesisir Pantai Makassar Sulawesi Selatan. Jurnal
Torani. Vol. 18. No. 4. Desember 2008. 314-324. [Care IPB] Center for Alternative Dispute Resolution and Empowerment, Institut
Pertanian Bogor. 2011. Laporan Akhir Penyusunan Masterplan CSR PT.Pupuk Kaltim. Bontang: PKT.
Carson R. 1963. Silent Spring. Boston: Houghton Mifflin. Carter JA. 1996. Introductory Course on Integrated Coastal Zone Management
Training Manual. Jakarta: Dalhousie University, Environmental Studies Centers Development in Indonesia Project.
Chua T. 2006. The Dynamics of Integrated Coastal Management. Practical Applications in the Sustainability Coastal Development in East Asia.
Quezone City: GEFUNDPIMO Regional Programme on Building PEMSEA.