Batasan Wilayah Pesisir Pengertian dan Batasan Wilayah Pesisir .1 Pengertian Wilayah Pesisir

16 dari keterpaduan fungsional yang efektif. Skema ini menentukan jenis dan tingkat kegiatan yang diperbolehkan di zona masing-masing sesuai dengan sasaran dan tujuan ICM, dengan memberikan batasan yang ditetapkan untuk jenis-jenis kegiatan proyek dan program yang boleh diimplementasikan. 3 Pengalaman menunjukkan bahwa keterpaduan fungsional dan koordinasi di tingkat lokal sangat penting dalam meminimalkan konflik dalam mencapai kesepahaman antar stakeholders. Namun, keterpaduan fungsional perlu dibarengi dengan alokasi sumberdaya keuangan, undang-undang, dan pengembangan strategi pengelolaan pesisir di tingkat lokal maupun nasional. Keterpaduan Kebijakan

2.2.2. Perencanaan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir

Keterpaduan kebijakan bertujuan untuk mensinkronisasi antara kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Keterpaduan kebijakan membantu merasionalisasi dan mengkoordinasikan kegiatan antar lembaga publik dan dapat saling melengkapi antar program dan proyek. Keterpaduan Kebijakan membuka peluang bagi strategi pengelolaan pesisir dalam menghadapi tantangan perubahan, dengan tetap menyelaraskan terhadap tujuan pembangunan ekonomi nasional. Ditinjau dari perspektif manajemen, pada dasarnya ada empat unsur pertanyaan pokok yang harus dijawab secara tepat didalam proses perencanaan pengelolaan sumberdaya pesisir. Pertama, dimana berbagai macam kegiatan manusia pembangunan harus ditempatkan diwilayah pesisir. Kedua, bagaimana menentukan tingkat usaha yang optimal dari setiap kegiatan pembangunan tersebut. Dalam hal ini, yang dimaksudkan dengan optimal adalah suatu tingkat usaha kegiatan pembangunan yang secara sosial ekonomi menguntungkan dan secara lingkungan ekologis masih dapat diterima. Ketiga, ”kapan” dan ”bagaimana” berbagai kegiatan pembangunan ini harus dilaksanakan. Keempat, ”siapa” yang sebaiknya bertanggung jawab atas pelaksanaan, pemantauan, evaluasi serta penegakan hukum dari program pengelolaan ini. Suatu perencanaan pada perinsipnya merupakan skenario yang sistematis dan rasional serta dimaksudkan untuk mencapai sasaran yang 17 diinginkan dan harus didefinisikan secara jelas dan tepat pada awal tahap perencanaan. Guna mendefinisikan secara proporsional, maka pendefinisian ini hendaknya berdasarkan pada permasalahan dan isu dari pengelolaan sumberdaya pesisir. Meskipun permasalahan ini secara rinci bervariasi dari satu wilayah pesisir kewilayah yang lainnya, namun secara garis besar setiap upaya pengelolaan wilayah pesisir di Indonesia akan mengahadapi empat kelompok masalah berikut 1 degradasi ekosistem, 2 pencemaran, 3 konflik pemanfaatan sumberdaya, dan 4 ketidak efisienan pemanfaatan sumberdaya. Sudah barang tentu, akar dari keempat masalah pokok ini harus ditelaah secara cermat. Menghadapi permasalahan pokok ini, maka wajar bila tujuan pengelolaan wilayah pesisir adalah untuk mencapai alokasi sumberdaya secara optimal di antara berbagai penggunaan, serta untuk memelihara kapasitas keberlanjutan sustainable capacity dari ekosistem pesisir itu sendiri. Analisa permasalahan dan definisi tujuan tersebut menjadi landasan dan tolok ukur utama bagi tahapan berikutnya. Agar dapat menempatkan berbagai kegiatan pembangunan dilokasi yang secara ekologis sesuai, maka kelayakan biofisik biophysical suitability dari wilayah pesisir harus diidentifikasikan lebih dahulu. Pendugaan kelayakan biofisik ini dilakukan dengan cara mendefinisikan persyaratan biofisik biophysical requirements setiap kegiatan pembangunan, kemudian dipetakan dibandingkan dengan karakteristik biofisik wilayah pesisir itu sendiri. Dengan cara ini dapat ditentukan kesesuaian penggunaan setiap unit lokasi wilayah pesisir. Penempatan kegiatan pembangunan dilokasi yang sesuai, tidak saja menghindarkan kerusakan lingkungan tetapi juga menjamin keberhasilan viability ekonomi kegiatan dimaksud. Penentuan kelayakan biofisik ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografi SIG seperti ArcInfo dan Arc View Kapetsky et al, 1987. Informasi dasar, biasanya tersedia dalam bentuk thematic maps, yang diperlukan untuk menyusun kelayakan biofisik ini tidak saja meliputi karakteristik daratan dan hidrometeorologi, tetapi juga oceanografi dan biologi perairan pesisir.