Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi

111 Gambar 17. Hasil Analisis MDS Terhadap Dimensi Infrastruktur dan Tekhnologi wilayah pesisir Kota Bontang Gambar 18. Hasil Analisis Leverage Terhadap Dimensi Infrastruktur dan Tekhnologi wilayah pesisir Kota Bontang 74.77 65.50 54.21 Good Bad Up Down -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 O th e r Dis tin g is h in g F e a tu re s Status Keberlanjutan Wilayah Kondisi Wilayah Reference anchors Anchors 1 2 3 4 5 6 7 Infrastruktur transportasi dan distribusi Infrastruktur fasilitas umum pendukung Stabilitas pemanfaatan Standarisasi dan sertifikasi mutu produk Industri pengolahan lanjutan Ketersediaan tekhnologi informasi Dampak penggunaan tekhnologi Penggunaan mesin produksi Selektif dalam peralatan ramah lingkungan Perubahan tekhnologi A ttr ib u te 112 Munculnya atribut yang sensitif kelompok pertama, seperti industri pengolahan lanjutan dan standardisasi mutu produk, lebih disebabkan karena di wilayah Bontang belum banyak dijumpai industri pengolahan hasil kelautan, sehingga standardisasi mutu dan sertifikasi bagi produk kelautan yang akan dijual ke pasaran masih bersifat tradisional. Munculnya atribut lain yang sensitif, seperti keberadaan teknologi informasi belum tersedia dan berjalan secara optimal, stabilitas pemanfaatan tekhnologi serta dampaknya dalam peningkatan produksi, hal ini muncul karena pada umumnya masyarakat Kota Bontang belum menggunakan peralatan yang memadai, melainkan lebih banyak yang menggunakan perlatan secara tradisional. Demikian pula dengan teknologi informasi di wilayah ini. Sarana tersebut belum digunakan secara optimal. Berbagai informasi yang berkaitan dengan perkembangan teknologi lebih banyak diperoleh melalui kegiatan- kegiatan penyuluhan yang disampaikan oleh petugas setempat.

4.3.5 Status Keberlanjutan Dimensi Hukum dan Kelembagaan

Atribut yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi hukum dan kelembagaan terdiri dari sembilan atribut, antara lain: 1 Kesetaraan dalam pemanfaatan ruang wilayah pesisir, 2 Penjangkauan penyuluhan dan pembinaan, 3 Keberadaan kelembagaan penyuluhan sosial, 4 Keberadaan organisasi masyarakat sipil OMS, 5 Mekanisme tekhnis pengelolaan kawasan pesisir, 6 Sinkronisasi antara kebijakan pusat dan daerah, 7 Ketersediaan perangkat hukum regulasi setempat, 8 Tatakelola pemerintahan yang baik, dan 9 Hubungan antar stakeholders. Hasil analisis MDS diperoleh nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi hukum dan kelembagaan wilayah pesisir Bontang untuk Kecamatan Bontang Utara sebesar 60,00 cukup berkelanjutan, Kecamatan Bontang Selatan sebesar 55, 01 cukup berkelanjutan, dan Kecamatan Bontang Barat sebesar 50,98 kurang berkelanjutan. Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh empat atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi hukum dan kelembagaan : 1 Penjangkauan penyuluhan dan pembinaan, 2 Keberadaan kelembagaan 113 penyuluh sosial, 3 Sinkronisasi antara kebijakan pusat dan daerah, 4 Ketersediaan perangkat hukum regulasi lokal setempat. Adapun nilai indeks keberlanjutan dan atribut yang sensitif hasil analisis leverage, seperti tersaji pada Gambar 19 dan Gambar 20 berikut ; Gambar 19. Hasil Analisis MDS Terhadap Dimensi Hukum dan Kelembagaan wilayah pesisir Kota Bontang Gambar 20. Hasil Analisis Leverage Terhadap Dimensi Hukum dan Kelembagaan wilayah pesisir Kota Bontang 60,01 55,01 50,98 Good Bad Up Down -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 O th e r Dis tin g is h in g F e a tu re s Status Keberlanjutan Wilayah Kondisi Wilayah Reference anchors Anchors 1 2 3 4 5 6 Hubungan antar stakeholder Tatakelola pemerintahan Regulasi lokal Sinkronisasi kebijakan Pusat - Daerah Mekanisme tekhnis Organisasi masyarakat sipil Kelembagaan penyuluh sosial Penjangkauan penyuluhan dan … Kesetaraan pemanfaatan ruang A ttr ib u te 114 Munculnya atribut sensitif pertama, berupa sinkronisasi antara kebijakan pusat dan daerah, dan regulasi kebijakan ditingkat lokal, hal disebabkan karena masalah pesisir belum tercover sepenuhnya oleh kebijakan pengembangan pesisirsecara terpadu, kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini lebih bersifat umum dan biasanya ditentukan secara top down , dan belum terintegrasi sampai level grassroot, sementara kondisi dan permasalahan yang dialami setiap daerah berbeda-beda, sehingga kebijakan tersebut terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan di daerah. Dalam rangka pengembangan kawasan pesisir, seharusnya diusulkan secara bottom up yang berasal dari kalangan grassroot yang mengetahui persis kondisi dan permasalahan daerahnya. Munculnya atribut sensitif kedua, yaitu terkait dengan keberadaan lembaga penyuluh sosial dan penjangkauan kegiatan dari lembaga tersebut, keberadaan kelembagaan sosial sangat penting dalam memberikan pemahanan pada masyarakat guna menciptakan pengelolaan wilayah yang berkelanjutan, aktivitas eksploitasi sumberdaya pesisir tidak hanya mengedepankan sisi keuntungan saat ini semata terapi bagaimana potensi tersebut dapat dikelola hingga lintas generasi, sehingga lembaga penyuluhan sosial dapat lebih berperan sesuai dengan fungsinya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat setempat.

4.3.6 Status Keberlanjutan Multidimensi

Secara multidimensi, nilai indeks keberlanjutan wilayah pesisir Kota Bontang saat ini existing condition, sebesar 53,73 dan termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan. Ini berarti bahwa jika dilihat dari sisi weak sustainability , maka dapat dikatakan bahwa wilayah pesisir Kota Bontang termasuk dalam kategori berkelanjutan. Sebaliknya, jika dilihat dari sisi strength sustainability, maka dapat dikatakan bahwa wilayah pesisir Kota Bontang termasuk dalam kategori belum berkelanjutan, karena masih ada dimensi keberlanjutan yang berada pada kategori kurang atau tidak berkelanjutan, yaitu dimensi ekonomi serta dimensi sosial budaya. Nilai ini diperoleh berdasarkan penilaian terhadap 48 atribut dari lima dimensi keberlanjutan. Dari 48 atribut yang dianalisis, terdapat 19 atribut yang sensitif berpengaruh atau perlu diintervensi untuk meningkatkan status keberlanjutan wilayah pesisir Kota Bontang. 115 Adapun perbandingan nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya, infrastruktur dan teknologi, serta hukum dan kelembagaan di tiap Kecamatan Kota Bontang, seperti pada Gambar 21 berikut. Gambar 21. Diagram Layang Perbandingan Hasil Analisis MDS Terhadap Tingkat Keberlanjutan wilayah pesisir Kota Bontang Tingkat kesalahan dalam analisis MDS dapat dilihat dengan melakukan analisis Monte Carlo. Analisis ini dilakukan pada tingkat kepercayaan sekitar 95 persen. Berdasarkan hasil analisis Monte Carlo, menunjukkan bahwa kesalahan dalam analisis MDS dapat diperkecil. Ini terlihat dari nilai indeks keberlanjutan pada analisis MDS tidak banyak berbeda dengan nilai indeks pada analisis Monte Carlo. Ini berarti, kesalahan dalam proses analisis dapat diperkecil, baik dalam hal pembuatan skoring setiap atribut, variasi pemberian skoring karena perbedaan opini relatif kecil, dan proses analisis data yang dilakukan secara berulang-ulang stabil, serta kesalahan dalam menginput data dan data hilang, dapat dihindari. Dalam rangka mengetahui apakah atribut-atribut yang dikaji dalam analisis MDS dilakukan cukup akurat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dilihat dari nilai stress dan nilai Squared Correlation RSQ. Nilai ini 0,00 25,00 50,00 75,00 100,00 EKOLOGI EKONOMI SOSIAL BUDAYA INFRASTRUKTUR DAN TEKHNOLOGI HUKUM DAN KELEMBAGAAN BONTANG UTARA BONTANG SELATAN BONTANG BARAT