Potensi Sumberdaya Wilayah Pesisir

17 diinginkan dan harus didefinisikan secara jelas dan tepat pada awal tahap perencanaan. Guna mendefinisikan secara proporsional, maka pendefinisian ini hendaknya berdasarkan pada permasalahan dan isu dari pengelolaan sumberdaya pesisir. Meskipun permasalahan ini secara rinci bervariasi dari satu wilayah pesisir kewilayah yang lainnya, namun secara garis besar setiap upaya pengelolaan wilayah pesisir di Indonesia akan mengahadapi empat kelompok masalah berikut 1 degradasi ekosistem, 2 pencemaran, 3 konflik pemanfaatan sumberdaya, dan 4 ketidak efisienan pemanfaatan sumberdaya. Sudah barang tentu, akar dari keempat masalah pokok ini harus ditelaah secara cermat. Menghadapi permasalahan pokok ini, maka wajar bila tujuan pengelolaan wilayah pesisir adalah untuk mencapai alokasi sumberdaya secara optimal di antara berbagai penggunaan, serta untuk memelihara kapasitas keberlanjutan sustainable capacity dari ekosistem pesisir itu sendiri. Analisa permasalahan dan definisi tujuan tersebut menjadi landasan dan tolok ukur utama bagi tahapan berikutnya. Agar dapat menempatkan berbagai kegiatan pembangunan dilokasi yang secara ekologis sesuai, maka kelayakan biofisik biophysical suitability dari wilayah pesisir harus diidentifikasikan lebih dahulu. Pendugaan kelayakan biofisik ini dilakukan dengan cara mendefinisikan persyaratan biofisik biophysical requirements setiap kegiatan pembangunan, kemudian dipetakan dibandingkan dengan karakteristik biofisik wilayah pesisir itu sendiri. Dengan cara ini dapat ditentukan kesesuaian penggunaan setiap unit lokasi wilayah pesisir. Penempatan kegiatan pembangunan dilokasi yang sesuai, tidak saja menghindarkan kerusakan lingkungan tetapi juga menjamin keberhasilan viability ekonomi kegiatan dimaksud. Penentuan kelayakan biofisik ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografi SIG seperti ArcInfo dan Arc View Kapetsky et al, 1987. Informasi dasar, biasanya tersedia dalam bentuk thematic maps, yang diperlukan untuk menyusun kelayakan biofisik ini tidak saja meliputi karakteristik daratan dan hidrometeorologi, tetapi juga oceanografi dan biologi perairan pesisir. 18 Apabila kelayakan biofisik ini dipetakan dengan informasi tentang tata guna ruang saat ini, maka ketersediaan biofisik biophysical availability wilayah pesisir pun dapat pula ditentukan. Selanjutnya, jika informasi tentang potensi penggunaan the future uses wilayah pesisir juga tersedia, maka tata ruang yang dinamis pun dapat disusun. Tahap selanjutnya adalah menentukan tingkat usaha optimal dari setiap kegiatan yang diplot pada lokasi yang sesuai menurut tata ruang tersebut di atas. Tahap ini merupakan tugas yang paling menantang bagi para perencana dan pengambil keputusan. Oleh karena tahap ini harus melibatkan paling sedikit 3 pertimbangan: berbagai tujuan yang mungkin saling bertentangan, timbal balik sektoral dan regional baik yang ada di sistem wilayah pesisir ataupun yang diluarnya, dan dinamika waktu. Untuk dapat menentukan kapan dan bagaimana berbagai kegiatan pembangunan dilaksanakan, diperlukan analisis antara lain mengenai: keadaan infrastruktur, potensi, vegetasi, potensi sumberdaya manusia, dan kemampuan administratif daerah yang sedang dipertimbangkan. Sedangkan untuk menentukan siapa yang harus bertanggung jawab atas pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi program yang sudah ditetapkan membutuhkan analisis tentang aspek kelembagaan dan hukum yang ada, baik yang formal maupun tidak formal. Dengan demikian, tahapan yang terakhir pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk menjamin terlaksananya segenap aktivitas yang sudah ditetapkan pada tahap sebelumnya. Analisis mengenai keadaan sosekbud dan aspek kelembagaan minimal meliputi : statistik kependudukan, pola mata pencaharian, aspirasi penduduk setempat tentang pembangunan wilayah pesisir dan kualitas lingkungan, pola hak pemilikan sumberdaya, dan manajemen sumberdaya tradisional yang sudah dianut masyarakat pesisir secara turun temurun. Informasi ini sangat berguna untuk menjamin bahwa penduduk setempat akan diuntungkan oleh setiap proyek pembangunan yang akan berlangsung di wilayahnya. Lebih jauh, hasil analisis ini juga dapat membantu para perencana dan pengambil keputusan dalam merancang dan membangun suatu perangkat kelembagaan institutional arrangement dan metode-metode tepat guna bagi pengelolaan sumberdaya pesisir.