Analisis Efektifitas Program CSR Pesisir

62 Peningkatan hasil pengkapan ikan dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah atau tonase perahu, pengembangan jenis alat tangkap yang lebih efektif seperti mini purse seine, gill net hanyut atau pukat mini, daerah penangkapan diperluas, jumlah hari layar diperlama sesuai dengan daya dukung potensi wilayah. Untuk mengetahui efektifitas penangkapan dapat dilihat dari catrch per unit effort CPUE yang semakin membesar. Berikut ini adalah gambaran asumsi dan prediksi hasil tangkapan dengan upaya peningkatan fishisng effort dan fishing ship ; Tabel 9. Asumsi dan Prediksi Hasil Tangkapan dengan Peningkatan Upaya Tangkap Fishing Effort No Jumlah Perahu Effort Hasil Tangkapan Catch ton Catch Effort CPUE Keterangan 1 460 2160,64 4,7 Kondisi yang ada sekarang dengan jumlah perahu sebagian besar 0-5 GT dan alat tangkap sebagian besar kurang efektif dengan fishing trip sehari 2 460 4321,28 9,4 Jumlah kapal tetap namun ditingkatkan tonasenya menjadi 5-10 GT dengan fishing trip ditingkatkan menjadi 2 hari 3 460 12963,84 28,2 Jumlah kapal meningkat dengan tonase 5-10 GT dengan fishing trip ditingkatkan menjadi 4 hari dan pengubahan alat tangkap yang efektif dengan asumsi alat tangkap 3 kali lebih efektif 4 500 14000,95 28 Jumlah kapal meningkat dengan tonase 5-10 GT dengan fishing trip ditingkatkan menjadi 2 hari dan pengubahan alat tangkap yang efektif dengan asumsi alat tangkap 3 kali lebih efektif 5 500 28001,9 56 Jumlah kapal dengan tonase 5-10 GT meningkat dan fishing trip ditingkatkan menjadi 4 hari dan pengubahan alat tangkap yang lebih efektif dengan asumsi alat tangkap 3 kali lebih efektif Sumber : Dinas Perikanan Dan Kelautan Kota Bontang Tahun 2010 63 Dengan prediksi dan asumsi peningkatan fishing effort FE dan fishing trip maka peningkatan hasil tangkapan Catch dapat dilihat dari semakin besarnya Catch per unit effort CPUE. Hasil perikanan Kota Bontang tidak hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk Kota Bontang sebesar 10.800 tontahun namun juga masih mampu di jual ke luar daerah atau ekspor. 2 Padang Lamun dan Budi Daya Rumput Laut Secara ekonomis lamun belum mempunyai nilai ekonomis hingga saat ini. Fungsi terbesar yang diketahui hingga saat ini adalah sebagai fungsi ekologis bersama-sama dengan sistem mangrove dan terumbu karang. Fungsi ekologis utama adalah sebagai feeding ground bagi ikan-ikan kecil larvae. Nurseri ground bagi ikan-ikan pelagis dan feeding ground bagi jenis udang dan ikan ekonomis penting seperti Baronang Samandar sp, Udang putih Metapenaeus sp dan jenis ikan Kerapu Grouper. Padang lamun juga berperan bagi penyedia detritus sebagai bahan makanan ikan dan udang dan sebagai pengikat sedimen yang lolos dari hutan mangrove. Dalam suatu ekosistem daerah padang lamun tetap dijaga kelestariannya karena mempunyai arti penting dalam siklus hidup biota laut dan mempunyai kemampuan dalam mengikat sedimen halus yang tidak terendapkan di daerah mangrove, dan sebagai sumber bahan organik untuk perairan. Salah satu pemanfaatan padang lamun seagrass oleh manusia adalah dengan mengambil bijinya sebagai bahan makanan seperti yang dilakukan masyarakat Kepulauan Seribu dan Teluk Banten terhadap Enhalus acoroides. Sedangkan Enhalus sendiri juga terdapat di perairan Kota Bontang sehingga kemungkinan besar sumberdaya ini dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan dimasa akan datang. Rumput laut adalah sumberdaya yang telah dimanfaatkan dan diusahakan oleh masyarakat nelayan Kota Bontang, namun sampai sekarang belum tercatat jumlah produksi yang ada baik produksi dari alam maupun hasil budidaya. Pengelolaan yang dilakukan hanya dalam bentuk pengeringan belum ada upaya dari instansi pemerintah untuk membina mereka sebagai bahan setengah jadi industri seperti keragenan atau tepung agar. Usaha budidaya sudah dilakukan meskipun dalam skala kecil dan belum menunjukkan usaha 64 yang intensif. Lokasi yang telah diusahakan untuk budidaya rumput laut adalah di sapa pasikan, Bontang Kuala, dan sekitar Pulau Agar-agar menggunakan rakit dengan metode terapung. Berikut adalah persentase tutupan dan jenis seagras di perairan sekitar Bontang Kula dan Tanjung Limau ; Tabel 10. Presentase Penutupan dan Jenis Seagrass di perairan sekitar Bontang Kuala dan Tanjung Limau Transek Persen Penutupan Jenis Dominan 1. 90 Enhalus dan Thalasia 2. 100 Enhalus dan Thalasia 3. 80 Enhalus dan Thalasia 4. 50 Enhalus dan Thalasia 5. 50 Enhalus 6. 70 Enhalus dan Thalasia 7. 70 Enhalus dan Thalasia 8. 70 Enhalus dan Thalasia 9. 80 Enhalus dan Thalasia 10. 90 Enhalus dan Thalasia 11. 50 Enhalus dan Thalasia 12. 50 Enhalus dan Thalasia 13. 80 Enhalus dan Thalasia 14. 80 Enhalus dan Thalasia 15. 100 Enhalus dan Thalasia 16. 100 Enhalus dan Thalasia 17. 70 Enhalus dan Thalasia 18. 90 Enhalus dan Thalasia 19. 70 Enhalus dan Thalasia 20. 60 Enhalus dan Thalasia Rerata 70 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bontang 2010