117
4.4 Analisis Desain Strategi CSR dalam Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat dan Sumberdaya Pesisir
Berdasarkan analisis ekonomi wilayah pesisir dan keberlanjutan wilayah pesisir, terlihat bahwa peran ekonomi yang besar dari perusahaan pengolahan
termasuk PKT ternyata belum dapat mendukung keberlanjutan pembangunan wilayah pesisir Kota Bontang. Dengan demikian maka peran PKT harus lebih
ditingkatkan dan diarahkan pada pengembangan ekonomi masyarakat dan pengelolaan sumberdaya pesisir Kota Bontang. Oleh karena itu sangat penting
dilakukan analisis desain strategi dalam pemberdayaan ekonomi dan sumberdaya pesisir di Kota Bontang.
Dalam rangka analisis tersebut dilakukan wawancara dengan berbagai stakeholders terhadap program CSR PKT, secara rinci hasil wawancara
ditabulasikan dan disajikan pada Lampiran 2 sampai Lampiran 11. Hasil analisis desain strategi CSR dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat dan sumberdaya
pesisir adalah sebagai berikut ;
4.4.1 Analisis Peran dan Efektifitas Program CSR
Peran dan efektifitas pelaksanaan program CSR dapat terlihat dengan melakukan Analisis Kesenjangan Gap Analysis dan Importance Performance
Analysis IPA. Analisis Kesenjangan digunakan untuk mengetahui kesenjangan antara harapan masyarakat sebagai penerima manfaat program CSR PKT
dengan kinerja yang dicapai juga menurut masyarakat tersebut. Analisis selanjutnya adalah Importance Performance Analysis IPA, dimana dalam
analisis ini dapat terlihat posisi masing-masing indikator dalam diagram kartesian. Penempatan posisi masing-masing indikator tersebut menentukan
rekomendasi terhadap indikator tersebut.
1 Analisis Kesenjangan Gap Analysis
Mayoritas responden masyarakat menyatakan bahwa program CSR telah tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tingkat persetujuan
masyarakat terhadap ketepatan sasaran dan kesesuaian program masing- masing sebesar 77,5 dan 82,5 responden masyarakat menyatakan bahwa
program CSR telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Opini positif
118
responden masyarakat tersebut senada dengan opini yang dikeluarkan oleh responden keluarga karyawan dan mitra binaan. Data kuesioner menunjukkan
bahwa keseluruhan responden keluarga karyawan dan mitra binaan menyatakan penilaian positif terhadap ketepatan sasaran dan kesesuaian program terhadap
kebutuhan mereka. Lebih lanjut keseluruhan responden pada kelompok mitra binaan menyatakan bahwa perlu adanya keberlanjutan pelaksanaan program
CSR PKT. Terkait besarnya kebutuhan masyarakat terhadap bidang pelaksanaan
program, keseluruhan responden menyatakan bahwa program di bidang olahraga sangat dibutuhkan. Bidang olahraga menjadi satu-satunya bidang yang
mendapat seluruh suara responden. Di sisi lain sebanyak 27,5 responden menyatakan belum terdapat program CSR bidang olahraga. Data tersebut
memberikan gambaran bahwa masih terdapat sebagian masyarakat yang belum dapat merasakan atau belum mengetahui adanya pelaksanaan program CSR
pada bidang olahraga. Tingkat kebutuhan responden masyarakat pada bidang kesehatan,
pendidikan, ekonomi, kesenian, dan bencana masing-masing sebesar 85, 95, 95, 90 dan 80. Sedangkan tingkat keberadaan program pada masing-
masing bidang tersebut adalah sebesar 52,5; 75; 82,5; 57,5 dan 57,5. Pada bidang kesehatan, kesenian dan bencana terlihat adanya gap yang cukup
jauh antara tingkat kebutuhan dan keberadaan program. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa harapan masyarakat tentang adanya pelaksanaan program
CSR pada ketiga bidang tersebut belum dapat terpenuhi dengan baik. Kesenjangan antara kebutuhan dan keberadaan program pada bidang
pendidikan dan ekonomi tidak terlalu jauh, dengan demikian keberadaan program pada kedua bidang tersebut telah cukup baik memenuhi kebutuhan
yang dirasakan masyarakat. Semakin besarnya kesenjangan yang terjadi mengindikasikan semakin besarnya kebutuhan masyarakat yang belum dapat
dipenuhi oleh program CSR. Pada kelompok responden keluarga masyarakat, gap antara keberadaan
dan kebutuhan program pada bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi, kesenian, olahraga dan bencana masing-masing sebesar 32,5; 20; 12,5; 32,5; 30
119
dan 22,5. Gap terkecil terjadi pada bidang ekonomi, sedangkan gap terbesar terjadi pada bidang kesehatan dan kesenian. Berdasarkan hasil tersebut dapat
dinyatakan bahwa kebutuhan keluarga karyawan pada bidang ekonomi merupakan kebutuhan yang paling dapat dipenuhi oleh kegiatan CSR PKT,
sedangkan kebutuhan karyawan pada bidang kesehatan dan kesenian merupakan kebutuhan yang paling belum dapat dipenuhi oleh kegiatan CSR
PKT. Tidak terpenuhinya kebutuhan responden oleh kegiatan CSR dapat disebabkan oleh dua kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah belum
tersedianya program CSR yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sedangkan kemungkinan kedua adalah belum diketahuinya keberadaan program
oleh kelompok responden. Dalam hal keterlibatan, persentase responden keluarga karyawan dan
responden masyarakat yang merasa dilibatkan dalam proses perencanaan program CSR masing-masing sebanyak 66,67 dan 52,50. Besarnya
persentase responden keluarga karyawan yang merasa dilibatkan pada proses persiapan program perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, dan
pemanfaatan masing-masing mencapai 66,67; 83,33; 50 dan 83,33 Sedangkan besarnya persentase responden yang merasa dilibatkan pada
keempat tahapan program CSR tersebut masing-masing adalah 50; 57,5; 12,5 dan 65. Berdasarkan data tersebut maka dapat terlihat bahwa
persentase keluarga karyawan yang merasa dilibatkan pada penyelenggaraan kegiatan CSR PKT cenderung lebih besar dibandingkan dengan persentase
masyarakat yang merasa dilibatkan pada penyelenggaraan kegiatan tersebut. Kelompok responden keluarga karyawan mayoritas dilibatkan pada tahapan
pelaksanaan dan pemanfaatan, demikian pula dengan kelompok responden masyarakat. Tahapan kegiatan CSR yang paling sedikit melibatkan kelompok
keluarga karyawan dan masyarakat adalah monitoring dan evaluasi. Analisis terhadap kinerja berbagai indikator menunjukkan bahwa
beberapa diantaranya memberikan point yang kurang bagus, dari sudut pandang masyarakat. Beberapa indikator yang menunjukkan kinerja kurang baik
ditunjukkan oleh persepsi TB Tidak baik dan KB kurang baik yang dominan diberikan oleh masyarakat. Sementara untuk indikator yang menunjukkan kinerja