Prinsip Keterpaduan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir

19 Perencanaan pada prinsipnya merupakan suatu yang dinamis dan adaptif. Oleh karenanya, ia harus cukup luwes untuk dapat mengatasi berbagai ketidak menentuan dan perubahan baik yang terjadi didalam atau diluar sistem wilayah pesisir. Dalam konteks ini, suatu program pemantauan devaluasi yang teratur dapat meningkatkan keluwesan dan adaptifitas dari perencanaan pengelolaan sumberdaya pesisir, melalui mekanisme umpan balik feedback mechanism. Melalui proses perencanaan dan pengelolaan semacam ini pembangunan sumberdaya wilayah pesisir berkelanjutan diharapkan dapat tercapai. 2.3 Strategi Pembangunan Berkelanjutan Strategy of Development Sustainability dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya WCED, 1987. Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga syarat sebagai berikut 1 Untuk sumberdaya dapat pulih renewable resources, laju pemanfaatan sumberdaya tidak melampaui laju regenerasi sumberdaya tersebut. 2 Untuk sumberdaya tidak dapat pulih non renewable resources, laju pemanfaatan sumberdaya tidak melampaui laju penemuan inovasi baru atau substitusinya. 3 Adanya kemampuan mengekang implikasi kegiatan pemanfaatan, termasuk di dalamnya adalah kemampuan pengolahan limbah Ginting, 2002. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan pada dasarnya merupakan suatu strategi pembangunan yang memberikan semacam ambang batas limit pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah serta sumberdaya alam yang ada didalamnya. Ambang batas ini tidaklah bersifat mutlak absolute, melainkan merupakan batas yang luwes flexible yang bergantung pada kondisi teknologi dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya alam, serta kemampuan biosfir untuk menerima dampak kegiatan manusia. Dengan perkataan lain, pembangunan berkelanjutan adalah suatu strategi pemanfaatan ekosistem alamiah sedemikian rupa sehingga kapasitas fungsionalnya untuk memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia tidak rusak. Untuk dapat menterjemahkan konsep pembangunan berkelanjutan ke dalam praktek pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir secara tepat, maka baik 20 aspek ekologi maupun sosial, ekonomi dan budaya harus dipertimbangkan sejak tahap perencanaan dari suatu proses pengelolaan ini, harus diidentifikasi dan selanjutnya disinkronkan dengan kaidah-kaidah dari konsep pembangunan berkelanjutan. Kerangka strategi pembangunan berkelanjutan melalui pengelolaan sumberdaya pesisir terpadu dapat terlihat dalam Gambar 3 berikut : Gambar 3. Kerangka kerja Strategi Pembangunan Berkelanjutan unt uk Wilayah Kelautan Timur Asia PEMSEA, 2003 Secara garis besar konsep pembangunan berkelanjutan memiliki empat dimensi : 1 Dimensi ekologis, 2 Dimensi Sosial-Ekonomi-Budaya, 3 Dimensi Sosial Politik, dan 4 Demensi Hukum dan Kelembagaan. 1 Dimensi Ekologis Pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir secara berkelanjutan berarti bagaimana mengelola segenap kegiatan pembangunan yang terdapat disuatu wilayah yang berhubungan dengan wilayah pesisir agar total dampaknya tidak melebihi kapasitas fungsionalnya. Setiap ekosistem alamiah, termasuk wilayah pesisir, memiliki 4 fungsi pokok bagi kehidupan manusia: 1 Jasa-jasa Pemerintah an Kebijakan, Strategi dan Perencanaan Perangkat Kelembagaan Legislasi Informasi dan Kepedulian Publik Mekanisme Keuangan Pengembangan Kapasistas Policy and Funct ional, Sc ientific Expert Advice Aspek Pemb angun an Berkelan jutan Natural and Man- made Hazard Prevention and Management Pollution Reduction and Waste Management Project and P rogram Habitat Protection, Restoration and Management Water Use and Supply Management Food Security an Livelihood Management Target State of Co asts Report ing MDGs SDS-SEA WSSD Agenda 21 ICM Cycle ICM Cycle IS O 1 40 01 IC M Co d e IS P ar tn e rs h ip s P u bl ic , C iv il So ci e ty , C o rpo ra te a n d O the r S ta ke h o lde rs 21 pendukung kehidupan, 2 Jasa-jasa kenyamanan, 3 Penyedia sumberdaya alam, dan 4 Penerima limbah Ortolano, 1984. Berdasarkan keempat fungsi ekosistem diatas, maka secara ekologis terdapat tiga prinsip yang dapat menjamin tercapainya pembangunan berkelanjutan, yaitu : 1 Keharmonisan spasial, 2 Kapasitas asimilasi, dan 3 Pemanfaatan berkelanjutan. Keberadaan zona konservasi dalam suatu wilayah pembangunan sangat penting dalam memelihara berbagai proses penunjang kehidupan, seperti siklus hidrologi dan unsur hara; membersihkan limbah secara alamiah; dan sumber keanekaragaman hayati biodiversity. Bergantung pada kondisi alamnya, luas zona preservasi dan konservasi yang optimal dalam suatu kawasan pembangunan sebaiknya antara 30 - 50 dari luas totalnya. Sementara itu, bila kita menganggap wilayah pesisir sebagai penyedia sumberdaya alam, maka kriteria pemanfaatan untuk sumberdaya yang dapat pulih renewable resources adalah bahwa laju ekstraksinya tidak boleh melebihi kemampuannya untuk memulihkan dari pada suatu periode tertentu Clark, 1988. Sedangkan pemanfaatan sumberdaya pesisir yang tak dapat pulih non- renewable resources harus dilakukan dengan cermat, sehingga efeknya tidak merusak lingkungan sekitarnya. Ketika kita memanfaatkan wilayah perairan pesisir sebagai tempat untuk pembuangan limbah, maka harus ada jaminan bahwa jumlah total dari limbah tersebut tidak boleh melebihi daya asimilasinya assimilative capacity. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan daya asimilasi adalah kemampuan suatu ekosistem pesisir untuk menerima suatu jumlah limbah tertentu sebelum ada indikasi terjadinya kerusakan lingkungan dan atau kesehatan yang tidak dapat ditoleransi Krom, 1986 dalam Bengen, 2000. 2 Dimensi Sosial Ekonomi Secara sosial - ekonomi - budaya konsep pembangunan berkelanjutan mensyaratkan, bahwa manfaat keuntungan yang diperoleh dari kegiatan penggunaan suatu wilayah pesisir serta sumberdaya alamnya harus diprioritaskan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk sekitar kegiatan proyek tersebut, terutama mereka yang ekonomi lemah, guna menjamin